Laporan FAO yang dipublikasikan dengan judul “State of
Food Insecurity in the World 2015” pada bulan Juni tahun 2015 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk dunia yang kelaparan telah menurun menjadi 12,9%. Hal ini tentu kabar baik, tetapi pada saat
yang sama, angka absolut masih mengejutkan yaitu sekitar 795.000.000 orang
masih mengalami kelaparan saat ini dan jika tindakan terhadap perubahan iklim
tidak tercapai jumlah penduduk yang lapar akan meningkat. Gizi merupakan salah
satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan, sebuah konsep yang memiliki
banyak dimensi. Hal ini mencakup ketersediaan pangan, produksi, akses terhadap
pangan, pemanfaatan dan yang sangat penting lagi adalah stabilitas. Perubahan
iklim dan dampak yang terkait cenderung mempengaruhi semua dimensi ketahanan
pangan di berbagai tingkat dan situasinya lebih rumit dan rentan di seluruh
dunia.
FAO telah bekerja untuk mendukung beberapa negara
guna menghadapi dampak perubahan iklim selama bertahun-tahun. Pekerjaan FAO
adalah membantu negara-negara tersebut untuk mencapai ketahanan pangan dalam
kondisi ketidakpastian perubahan iklim. Karena sektor pertanian (produksi
tanaman dari petani kecil, peternak, kehutanan dan perikanan) yang sangat
terkena variabilitas iklim, maka FAO perlu membantu agar negara-negara tersebut
tangguh. Ada banyak cara untuk mencapai sistem pangan yang tangguh dan
produktif.
Di antara berbagai jalur yang tersedia, FAO
mengusulkan Pertanian Cerdas Iklim (CSA- Climate-Smart Agriculture), merupakan suatu pendekatan
untuk membantu memandu tindakan-tindakan untuk mengubah dan reorientasi sistem
pertanian secara efektif dan berkelanjutan yang mendukung pembangunan dan
keamanan pangan dalam kondisi perubahan iklim. Hal ini didasarkan pada tiga
pilar yaitu (1) Meningkatkan produktivitas dan pendapatan pertumbuhan yang
berkelanjutan di bidang pertanian, (2) Dukungan adaptasi di sektor pertanian
terhadap perubahan iklim yang juga diharapkan dapat membangun ketahanan pangan
dan (3) Mengurangi, jika mungkin, intensitas emisi gas rumah kaca dari sistem
produksi pangan.
Bagi mereka yang berpikir bahwa CSA sama
dengan pertanian berkelanjutan, tidaklah cukup. Pendekatan CSA dibangun
berdasarkan konsep, teknologi dan pengalaman pertanian berkelanjutan.
Perbedaannya adalah bahwa CSA fokus pada pengintegrasian dampak perubahan iklim
belum pernah terjadi sebelumnya.
Populasi dunia masih terus meningkat, meskipun tingkat pertumbuhan tahunan melambat. Karena ada mulut yang lebih banyak untuk diberi makan serta jumlah dan keanekaragaman dari pola makan penduduk yang berubah. Konsumsi pangan per kapita global diproyeksikan meningkat dari sekitar 2700kcal/hari pada saat ini menjadi lebih dari 3000kca/hari pada tahun 2050. Dunia mengkonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi produk hewani. Produksi ikan global telah juga meningkat selama 50 tahun terakhir; dengan sistem akuakultur dapat menyediakan sebagian besar peningkatan produksi perikanan dalam 20 tahun terakhir.
Populasi dunia masih terus meningkat, meskipun tingkat pertumbuhan tahunan melambat. Karena ada mulut yang lebih banyak untuk diberi makan serta jumlah dan keanekaragaman dari pola makan penduduk yang berubah. Konsumsi pangan per kapita global diproyeksikan meningkat dari sekitar 2700kcal/hari pada saat ini menjadi lebih dari 3000kca/hari pada tahun 2050. Dunia mengkonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi produk hewani. Produksi ikan global telah juga meningkat selama 50 tahun terakhir; dengan sistem akuakultur dapat menyediakan sebagian besar peningkatan produksi perikanan dalam 20 tahun terakhir.
Jumlah lahan yang digunakan per orang secara
bertahap mengalami penurunan. Secara global berkurang setengahnya sejak tahun
1960-an sampai sekarang. Meskipun kondisinya seperti itu, pertanian mampu
menghasilkan lebih dan lebih, bagaimana hal ini bisa terjadi?. Jawabannya
adalah adanya peningkatan dramatis dan stabil dalam hal produktivitas tanaman
per hektar hasil yang telah dicapai melalui revolusi hijau. Namun demikian,
tetap ada keterbatasan dalam upaya mencapai produksi pangan dunia yaitu tingkat
pertumbuhan tahunan, misalnya, produksi dan produktivitas serealia dunia secara
tetap mengalami penurunan. Akibatnya meningkatkan harga produk serealia dunia.
Banyak praktek budidaya pertanian yang terus menekan sumberdaya alam dan
lingkungan. Kita secara perlahan mencapai suatu titik yang tidak dapat mengembalikan.
Kita dihadapkan dengan kebutuhan untuk terus tumbuh dengan sedikit sumberdaya
dan secara berkelanjutan.
Hal diatas menggambarkan pentingnya pilar
kedua dari CSA yaitu mendukung adaptasi di sektor pertanian terhadap perubahan
iklim yang juga diharapkan dapat membangun ketahanan pangan. Adaptasi sangat
penting untuk menjamin keamanan pangan di masa depan. Ada banyak contoh tentang
bagaimana praktek usahatani yang lebih baik dan kebijakan yang lebih baik dapat
membantu petani, rimbawan dan nelayan untuk beradaptasi. Agroforestri,
diversifikasi tanaman, pertanian konservasi, perbaikan teknik manajemen,
layanan ramalan cuaca, dan ketersediaan varietas tanaman yang toleran kadar
garam tinggi dan kekeringan, merupakan beberapa cara untuk adaptasi iklim.
Dalam banyak kesempatan, beberapa praktek usahatani memberikan manfaat besar termasuk pengurangan emisi yang membawa kita pada pilar ketiga dari CSA: mengurangi, jika mungkin, intensitas emisi gas rumah kaca dari sistem produksi pangan.
Dalam banyak kesempatan, beberapa praktek usahatani memberikan manfaat besar termasuk pengurangan emisi yang membawa kita pada pilar ketiga dari CSA: mengurangi, jika mungkin, intensitas emisi gas rumah kaca dari sistem produksi pangan.
Ada banyak kesempatan untuk mengurangi
intensitas emisi dari sistem pertanian, tanpa mengurangi produktivitas. Pada
saat itu mungkin dapat meningkatkan produktivitas. Tindakan kunci untuk
mencapai peningkatan ini adalah penggunaan sumber daya yang efisiensi dan
perbaikan manajemen. Hal ini akan mengakibatkan pengurangan intensitas emisi
dengan kombinasi peningkatan produktivitas.
Tetapi dengan promosi yang lebih baik, sistem produksi cerdas iklim tidak terjadi secara otomatis. Petani, rimbawan dan nelayan membutuhkan dukungan! Hal Ini termasuk pengetahuan tentang sistem produksi alternatif atau diperbaiki dan pilihan manajemen; institusi pendukung lokal atau mekanisme (penyuluhan, koperasi, dll); ketersediaan varietas yang lebih toleran (kebutuhan untuk penelitian dan pengembangan); akses ke sumber daya baik untuk pria dan wanita seperti input, lahan, pembiayaan/investasi; dan lingkungan kebijakan yang memungkinkan.
Tetapi dengan promosi yang lebih baik, sistem produksi cerdas iklim tidak terjadi secara otomatis. Petani, rimbawan dan nelayan membutuhkan dukungan! Hal Ini termasuk pengetahuan tentang sistem produksi alternatif atau diperbaiki dan pilihan manajemen; institusi pendukung lokal atau mekanisme (penyuluhan, koperasi, dll); ketersediaan varietas yang lebih toleran (kebutuhan untuk penelitian dan pengembangan); akses ke sumber daya baik untuk pria dan wanita seperti input, lahan, pembiayaan/investasi; dan lingkungan kebijakan yang memungkinkan.
Untuk membawa perubahan positif, ada
kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan. Agar hal ini terjadi,
empat prinsip penting yang diperlukan adalah 1) Hidupkan kemauan politik dalam
implementasi/kebijakan, investasi, kerangka hukum, 2) Mempertajam fokus
kebijakan dan program untuk perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, 3) Meningkatkan
penggunaan bukti mendasar untuk
pembuatan kebijakan, dan 4) Melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar