Selama setengah abad terakhir, pertanian dan sistem
pangan telah kehilangan arahnya, dalam kegelapan dan kabut yang diciptakan oleh
mitos dan propaganda yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan produsen bahan
kimia pertanian bahwa obat-obatan pengendali hama dan penyakit serta pupuk
sintetis diperlukan untuk menyediakan pangan bagi penduduk dunia. Untuk
industri, hal ini akan memperluas keuntungan perusahaan setelah perang
berakhir. Sedangkan untuk planet bumi dan penduduknya, biaya untuk usaha
pertanian sudah sangat tinggi. Sekitar 75%
dari keanekaragaman hayati bumi, tanah, dan air telah hancur, iklim tidak
stabil, petani telah tumbang, dan bukannya bergizi bagi kita, makanan hasil industri
telah menjadi penyebab terbesar timbulnya penyakit dan kesehatan yang buruk. Dan
setelah semua kehancuran itu, sistem industri hanya memproduksi 30% dari
makanan yang dikonsumsi penduduk dunia. Jika kita terus melakukan hal diatas, kita
akan memiliki planet yang mati dan tidak tersedia makanan. Kami tidak makan
propaganda. Kita makan tanah, kita makan air, kita makan keanekaragaman hayati.
Dan ketika sumber daya yang vital telah hancur, maka keamanan pangan kita akan hancur.
Tapi ada jalan lain untuk ketahanan pangan.
Jalan yang ditinggalkan oleh lembaga penelitian dan pemerintah di bawah
pengaruh perusahaan-perusahaan kimia raksasa, termasuk juga saat ini juga pengaruh
bioteknologi dan perusahaan benih. Jalan itu adalah agroekologi. Hal ini merupakan
jalan dengan petani skala kecil yang masih menghasilkan 70% dari pangan dunia
terlepas dari abad perang melawan petani skala kecil. Jalan ini untuk meremajakan
tanah dan keanekaragaman hayati dan air, yang menstabilkan iklim, yang berdampak
positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan umat manusia. Ini bukan jalan yang
jarang dilalui ketika melihat dari perspektif bahwa kebanyakan usaha pertanian
di dunia dilakukan oleh petani skala kecil yang memprodusi sebagian besar
pangan yang kita konsumsi. Hal ini hanya sedikit dampak dari paradigma dominan
di dunia yang dibuat oleh perusahaan besar serta obat-obat kimia dan GMO yang
mereka jual.
Pertanian yang baik yang memproduksi pangan
yang baik didasarkan pada perawatan tanah dan pada proses intensifikasi
keanekaragaman hayati dan ekologi. Sebuah model industri produksi pangan yang
tidak efisien dan tidak berkelanjutan. Hal ini tidak efisien karena menggunakan
sepuluh unit input, sebagian besar bahan bakar berbasis fosil untuk memproduksi
satu unit makanan. Inilah sebabnya mengapa ia menghancurkan ekosistem dan planet
ini dan menjadi tidak berkelanjutan. Hal ini karena merusak dasar-dasar ekologi
pertanian. Meskipun terbukti bahwa pertanian berwawasan ekologi dapat
menghasilkan pangan lebih banyak dan lebih berkualitas dengan menggunakan
sedikit sumberdaya dan dapat meremajakan tanah, keanekaragaman hayati dan air
yang digunakan, perusahaan-perusahaan besar pertanian terus mengaburkan pikiran
kita dengan propaganda baru yaitu intensifikasi berkelanjutan, pertanian cerdas
dan iklim pertanian cerdas.
Hal inilah yang menyebabkan adanya ketergantungan
pada bahan kimia dan obat-obatan kimiawi dan GMO menjadi tidak berkelanjutan ekologis
dan ekonomis. Secara ekologis tidak berkelanjutan karena menghancurkan struktur
tanah dan kesuburan tanah. Bertentangan dengan klaim perusahaan bahwa industri monokultur
menggunakan lebih banyak lahan untuk menghasilkan lebih sedikit makanan dengan
kualitas makanan yang buruk. Mereka menghasilkan komoditas dengan kandungan gizi
yang kurang dan sebagian besar digunakan untuk memproduksi biofuel dan pakan
ternak. Hanya 10% dari jagung dan kedelai yang digunakan langsung sebagai
makanan manusia. Hal ini bukan sistem pangan.
Secara ekonomi tidak berkelanjutan karena memerlukan
biaya input 10 kali lebih banyak untuk pupuk kimia, pestisida, herbisida, dan
GMO dan biji tak terbarukan dibanding pendapatan usahatani dari produk yang
dihasilkan. Hal ini dirancang agar usahatani terperangkap hutang, dan
menghapuskan dari kepemilikan lahan serta menguasai asetnya. Kenyataannya
program ini tidak bekerja. Contohnya adalah kegagalan 2/3 dari kapas Bt di
Punjab, India, dengan adanya serangan lalat putih dan akhirnya ada 15 petani yang
bunuh diri. Pestisida dan GMO Bt Cotton seharusnya untuk mengendalikan hama.
Sebaliknya mereka telah menciptakan epidemi hama baru yang tidak pernah
terlihat sebelumnya. Pestisida dan Bt adalah hama menciptakan teknologi, bukan
teknologi pengendalian hama. Mereka telah gagal untuk melakukan apa yang
seharusnya mereka lakukan. Pertanian organik adalah alternatif yang dapat
menghilangkan racun dan hama. Pada lahan yang ditanami kapas organi terbukti
bebas organisme pengganggu tanaman. Pengalaman Punyab yang gagal dalam
mengaplikasi Bt harus diubah menjadi pertanian organik di India tahun 2020.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar