Social Icons

Pages

Jumat, 30 Januari 2015

Petani, Pasar dan Kekuatan Konektivitas



Mengatasi kemiskinan global tidak mungkin terjadi tanpa mempertimbangkan penduduk pedesaan di negara-negara berkembang, khususnya petani kecil. Sekitar tiga-perempat penduduk di dunia hidup miskin di daerah pedesaan. Di Asia Selatan,  Afrika bagian selatan Sahara, dan Asia Timur dan Pasifik, populasi penduduk pedesaan berjumlah setengah dari total populasi penduduk masing-masing wilayah tersebut. Ketiga wilayah tersebut merupakan rumah bagi sekitar 1,1 miliar orang miskin yang hidup dengan pendapatan kurang dari US $ 1,25 per hari dan jumlahnya sekitar 90 persen dari kaum miskin di dunia. Apa tantangan utama yang dihadapi penduduk pedesaan? Kurangnya akses ke produk fisik serta teknologi dan ide-ide baru. Kurangnya akses tersebut mengakibatkan rendahnya hasil pertanian dan menghambat perbaikan kesehatan dan pendidikan mereka. Selain itu, budidaya pertanian dan penggunaan sumberdaya alam yang tidak berazaskan peletarian menyebabkan timbulnya degradasi lahan. Berdasarkan pengalaman dan bukti dilapang, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat mengatasai permasalahan tersebut. TIK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan akses terhadap informasi dan peluang membangun kapasitas penduduk pedesaan di negara berkembang. Para pembuat kebijakan, juga mendapatkan keuntungan dari peningkatan berbagi informasi, yaitu memungkinkan mereka memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang situasi dan kondisi di lapangan. TIK dapat dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan perbaikan di berbagai sektor, yaitu pertanian dan ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan, dan lembaga keuangan.

Selasa, 27 Januari 2015

Produktivitas Serealia Dunia Mengkawatirkan?



Informasi dari Peneliti Universitas Nebraska-Lincoln (UNL) yang dimuat NatureCommunication, Dec. 17, 2013, menyatakan bahwa sekitar 30 persen dari tanaman sereal dunia yaitu  padi, gandum dan jagung, kemungkinan telah mencapai hasil maksimal di lahan petani. Temuan ini meningkatkan kekawatiran terhadap upaya peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan populasi penduduk dunia yang terus bertambah. Hasil panen ketiga komoditas tersebut mengalami penurunan atau stagnan. Padahal proyeksi produksi pangan di dunia yang akan menjamin keamanan pangan dunia didasarkan pada peningkatan hasil per satuan luas yang konstan. Dalam arti diharapkan produktivitas terus dapat ditingkatkan dengan asumsi lambatnya kenaikan luas lahan. Tren ini menjadi tidak mungkin jika dikaitkan dengan temuan para peneliti diatas. Estimasi produksi pangan dunia di masa akan datang untuk memenuhi kebutuhan penduduk 9 milyar orang tahun 2050, sebagian besar didasarkan pada proyeksi tren produktivitas. Trend ini didominasi oleh adopsi teknologi baru yang cepat berkembang luas di lahan petani, yang memungkinkan adanya peningkatan produksi pangan.

Sabtu, 24 Januari 2015

Strategi Menambah Produksi Pangan



Sektor pertanian dunia menghadapi tantangan besar untuk memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya populasi dunia, perubahan preferensi konsumen terhadap pangan (terutama daging dan susu), dan meluasnya penggunaan biofuel dari tanaman pangan. Beberapa studi dari para peneliti internasional telah mengusulkan beberapa strategi untuk meningkatkan produksi pangan yang sekaligus menurunkan permintaan pangan dengan cara merubah pola konsumsi dan pemanfaatan limbah (lihat artikel Pangan harus ditingkatkan dua kali lipat). Strategi untuk meningkatkan produksi dunia yang telah banyak diketahui oleh para ahli pertanian dunia adalah 1) memperluas lahan pertanian dunia pada kawasan hutan dan padang alang-alang dan 2) meningkatkan produktivitas tanaman dengan meningkatkan dosis pupuk, air irigasi, alat pertanian sederhana, dan benih varietas unggul. Untuk Indonesia, strategi pertama masih sangat memungkinkan karena tersedianya  lahan rawa dan lahan pasang surut, lahan kering, dan kawasan hutan, walaupun lahan tersebut memiliki kesuburan rendah dan perlu upaya besar untuk meningkatkan kesuburan lahannya. Sedangkan strategi kedua, petani Indonesia telah banyak yang mengenal varietas unggul baru dan teknik budidaya yang baik. Hanya saja, petani masih sering mengalami masalah terutama langkanya benih unggul berkualitas, tingginya harga pupuk dan obat-obatan, serta tinggginya kehilangan hasil panen (Ray dan Foley, 2013).

Senin, 19 Januari 2015

Mengapa Pertanian Organik Tidak Hijau?



Pertanian organik, pelan tapi pasti terus berkembang walaupun masih spot-spot di wilayah tertentu. Produk yang dihasilkan dari pertanian organik yang betul-betul murni,  jelas menyehatkan orang yang mengkonsumsinya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanian organik kurang efisien dan produktivitasnya rendah dibanding teknik budidaya pertanian konvensional. Oleh karena itu, produk pertanian organik cukup mahal dan tidak terjangkau rumah tangga masyarakat biasa. Selain mahal, pertanian organik juga memerlukan lahan yang sangat luas jika ingin meningkatkan produknya secara besar-besaran. Padahal saat ini ketersediaan lahan pertanian yang potensial dan subur untuk budidaya tanaman pangan semakin berkurang akibat alih fungsi lahan dan digantikan dengan areal lahan bukaan baru yang tingkat kesuburan tanahnya masih perlu dibenahi dengan penggunaan input tinggi. Selain itu, masalah lain yang menghambat berkembangnya pertanian organik adalah  besarnya  jumlah penduduk yang kekurangan gizi, dan bertambahnya penduduk kelas menengah yang membutuhkan bahan pangan dengan harga terjangkau dan bergizi. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian organik tidak mampu untuk memberi makan penduduk dunia secara berkelanjutan (Gunther, M., 2012).

Kamis, 15 Januari 2015

Bagaimana Menghadapi Kelangkaan Pangan dan Air?



Kesediaan pangan di masa mendatang adalah mutlak bagi penduduk dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dari wilayah sendiri dan mengurangi ketergantungan akan pangan impor. Namun demikian, upaya tersebut tidaklah mudah. Banyak permasalahan yang menghadang, seperti kelangkaan air, harga pangan impor yang lebih murah dibanding dalam negeri, lambatnya proses adopsi teknologi oleh petani, perubahan iklim, kelangkaan tenaga kerja pertanian di pedesaan, meningkatnya harga sarana produksi, populasi penduduk yang terus bertambah besar, globalisasi ekonomi, dll. Berdasarkan kondisi tersebut, IFPRI (International Food Policy Research Institute) melaporkan bahwa untuk menghadapi kelangkaan bahan pangan, air irigasi dan perubahan iklim saat ini dan masa akan datang, para praktisi pertanian dan petani di dunia disarankan untuk menerapkan inovasi baru. Lembaga tersebut telah mengidentifikasi ada 11 inovasi baru pada tanaman padi, jagung dan gandum yang diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan, efisiensi penggunaan air irigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim (Clancy, H., 2014).

Senin, 12 Januari 2015

Apa itu etika riset dan Mengapa penting? (Bagian 1)



Ketika kebanyakan orang berfikir tentang etika (moral), secara langsung akan mengingat aturan yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Secara umum arti “etika” adalah norma untuk berperilaku yang membedakan antara perilaku yang dapat diterima dan perilaku yang tidak dapat diterima. Manusia/orang mulai belajar etika di rumah, di sekolah, tempat ibadah atau dalam norma sosial lainnya. Mungkin kita masih ingat pada waktu masih TK atau SD dulu ada pelajaran “budi pekerti”, yang saat ini mungkin di sekolah kurang diajarkan oleh kurikulum modern. Meskipun sebagian besar orang mendapatkan pemahaman tentang mana yang benar dan mana yang salah sejak masa kanak-kanak, perkembangan moral terjadi sepanjang hidupnya melalui tahap pertumbuhan yang berbeda  sampai mereka dewasa. Seseorang dapat menganggap norma-norma etika sebagai akal sehat. Disisi lain, jika moralitas tidak lebih dari akal sehat, mengapa banyak terjadi perselisihan etika dan berbagai isu pada masyarakat kita?. Penjelasannya, bahwa semua orang mengenal dan memahami norma etika umum, tetapi masing-masing individu berbeda cara penafsiran, penerapan, menyelaraskan dalam kehidupannya, sesuai dengan cara menilai dan pengalaman hidupnya (Resnik, D., 2011).

Minggu, 11 Januari 2015

Apa itu etika riset dan Mengapa penting? (Bagian 2)


Menurut Shamoo dan Resnik (2009), ada beberapa prinsip etika penelitian yang perlu diingat dan dilakukan oleh para peneliti dan lembaga riset, yaitu: 1) Jujur. Mengupayakan kejujuran dalam komunikasi ilmiah. Jujur melaporkan data, hasil penelitian, metoda dan prosedur, serta status publikasi. Jangan mengarang, memalsukan dan salah interpretasi data. Jangan menipu rekan peneliti, lembaga donor, dan masyarakat.; 2) Obyektif. Mengupayakan menghindari bias dalam rancangan penelitian, interpretasi dan analisis data, peer review, dan aspek lainnya.; 3)  Integritas. Menepati perjanjian dengan rekan peneliti atau lembaga donor, berkerja dengan tulus, berusaha konsiten dalam pemikiran dan tindakan.; 4) Teliti. Menghindari kecorobohan dan kelalaian, hati-hati dan kritis memeriksa kegiatan penelitian sendiri dan penelitian rekan peneliti anggota tim. Menyimpan catatan dari kegiatan penelitian (logbook), seperti data yang dikumpulkan, rancangan penelitian dan komunikasi tertulis dengan lembaga donor atau penerbit jurnal.;

Jumat, 09 Januari 2015

Pangan Diproduksi Lokal Untuk Konsumsi Lokal




Luas areal tanam kedelai pada tahun 1992 mencapai 1,7 juta ha dengan produksi hampir 1,7 juta ton, sedangkan kebutuhan kedelai pada waktu itu dapat dicukupi dari produksi dalam negeri, sehingga Indonesia tidak perlu mengimpor kedelai. Namun demikian setelah tahun 1992 sampai saat ini, luas panen dan produksi kedelai terus menurun dibanding tahun 1992. Kondisi ini sangat mengkawatirkan bagi para pembuat kebijakan dan peneliti jika harus memenuhi tuntutan Presiden untuk mencapai swasembada kedelai pada beberapa tahun mendatang. Banyak masalah yang harus dikelola dengan baik oleh para pemangku kepentingan seperti menutup senjang hasil (Yield Gap) kedelai di lahan petani dibanding di kebun riset, harga kedelai yang kurang kompetitif dibanding komoditas lain maupun dengan kedelai impor, meningkatnya harga sarana produksi, tidak adanya jaminan pemasaran, dan minat petani yang tidak mau mengelola tanaman kedelai secara intensif, dll. Ada baiknya kita belajar dari pengalaman petani Zambia, Afrika.

Kamis, 08 Januari 2015

Pangan harus ditingkatkan dua kali lipat



Isu produksi pangan harus ditingkatkan sebesar dua kali lipat pada tahun 2050 dan mengurangi kerusakan lingkungan hidup mulai muncul pada tahun 2010.  Peningkatan produksi sebesar itu merupakan prediksi para ahli pangan di dunia guna memenuhi kebutuhan penduduk yang diperkirakan populasi tahun 2050 mencapai 9 milyar orang. Untuk memberi pangan/makanan kepada populasi penduduk dunia yang terus tumbuh, usaha pertanian di seluruh dunia harus menggandakan produksinya pada komoditas-komoditas penting yang digunakan sebagai makanan pokok seperti padi, gandum, jagung, kedelai, kentang, dll. Upaya untuk itu dilakukan dengan cara pembukaan lahan pertanian baru, peningkatan produktivitas tanaman pangan, pembakaran hutan hujan, dan penggunaan air irigasi dan pupuk kimiawi yang besar. Akibatnya akan timbul kerusakan lingkungan seperti pemanasan global,  degradasi lahan pertanian, serta pencemaran air sungai dan laut.

Minggu, 04 Januari 2015

Penerbitan untuk kemudahan akses: Sepuluh Langkah Untuk Menilai Diseminasi Multi Channel Anda (Bag. 3)



Langkah Ketujuh: Penerbitan dan memastikan kemudahan memperoleh
Setelah membuat paket informasi, perlu dilakukan pengujian apakah informasi mudah diakses oleh pengguna akhir dan mereka tahu kapan dan di mana tersedia. Beberapa pertimbangan untuk langkah ketujuh adalah a) Apakah mempromosikan publikasi baru kepada pedagang yang relevan, perantara, pustakawan dll?, b) Apakah yakin orang dapat menemukan publikasi anda dengan membuat catatan bibliografi, mendaftarkan ke penerbit ISBN, pengidentifikasi digital?, c) Apakah telah mendaftarkan situs ke mesin pencari utama Google, Yahoo/Bing, dll?.

Faktor penentu keberhasilan langkah ketujuh adalah a) memastikan bahwa pengguna akhir dapat menemukan informasi dengan mudah dan b) menemukan informasi secara online, bukan hanya ketika pertama kali diterbitkan, namun selama periode waktu tertentu.

Sabtu, 03 Januari 2015

Penerbitan untuk kemudahan akses: Sepuluh Langkah Untuk Menilai Diseminasi Multi Channel Anda (Bag. 2)




Langkah Keempat: Pra-produksi dan penataan informasi
Proses pengemasan informasi dalam berbagai format selalu berkembang setiap waktu akibatnya pengelolannya menjadi lebih rumit dan cukup sulit. Agar lebih efisien, perlu dikoordinasikan dan disederhanakan dengan baik guna memastikan tidak ada duplikasi usaha dan tetap dijaga agar konten selalu diperbarui. Beberapa pertimbangan dalam melaksanakan langkah keempat ini adalah a) apakah memliki banyak informasi yang akan disebarkluaskan secara kontinyu?, b) bagaimana proses editorial dan pengendaliannya dikelola?, c) bagaimana konten online dijaga tetap terbarui?, d)  bagaimana menyusun informasi sehingga mudah ditemukan secara digital, misalnya menggunakan metadata, taksonomi, pengidentifikasi digital, dll.?, e) Jika informasi berasal dari berbagai sumber, apakah akan diklasifikan sama dengan informasi yang anda miliki?, f) jika sistem manajemen konten tidak ada, apakah konten akan disesuaikan untuk setiap format?

Kamis, 01 Januari 2015

Penerbitan untuk kemudahan akses: Sepuluh Langkah Untuk Menilai Diseminasi Multi Channel Anda (Bag 1)



Internet dan penerbitan elektronik telah mengubah cara kita berkomunikasi, namun demikian masih tetap tinggi permintaan terhadap publikasi tercetak, baik dalam bentuk produk terpisah maupun bagian dari paket multi media. Disisi lain, suatu lembaga riset memiliki kewajiban untuk menyebarkan informasi hasil penelitian dalam berbagai format termasuk cetakan, CD-ROM, Web, digital media, temu lapang, workshop/seminar dll. Masalahnya, bagaimana mengelola secara efektif dan efisien semua bentuk informasi tersebut dalam proses produksi yang cukup kompleks.
 
Blogger Templates