Pemberitaan di media
elektronik dan media cetak tentang rencana penggenangan waduk Jatigede di
Kabupaten Sumedang, jika benar sangat menggiriskan bagi sanubari para pirsawan
yang peka terhadap kehidupan masyarakat pinggiran. Disatu sisi, waduk sebagai
penyimpan air hujan yang mengalir di permukaan dan terkumpul masuk ke dalam
waduk sangat bermanfaat untuk sektor pertanian, energi listrik dan sumber air
minum untuk kehidupan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat yang berada jauh
dari lokasi waduk. Namun, disisi lain ada ekosistem yang hilang termasuk
masyarakat yang telah lama tinggal di areal waduk tersebut. Mereka tercerabut
dari kehidupan damai dan tenteram yang telah mereka alami selama bertahun-tahun
sebelum waduk dibangun. Kicauan burung dan canda anak-anak pedesaan hilang
segera tergenang air waduk
Pembangunan memang
harus ada yang dikorbankan, tetapi pengorbanan tersebut seharusnya dapat
dihilangkan atau diminimalkan. Tidak semua penduduk di wilayah waduk yang baru
dibangun merupakan masyarakat yang mampu untuk segera pindah ke lokasi lain
guna membangun kehidupan baru. Bagaimana dengan penduduk yang kurang mampu,
apakah mereka juga dapat dengan mudah membangun kehidupan baru? Disinilah peran
pemerintah baik pusat maupun daerah untuk dapat membantu penduduk yang kurang
mampu dan terpinggirkan untuk dapat bangkit kembali membangun kehidupannya
mulai dari nol.
Begitu pula dengan
korban pembangunan waduk terhadap anak-anak. Mereka akan tercerabut dari kehidupan
anak2 nya mulai tempat bermain sampai pendidikan dasar yang menjadi program
pemerintah. Belum adanya kepastian pindah sekolah anak-anak SD merupakan berita
yang memilukan, kenapa hal ini harus terjadi? Dimana peran dan empati
pemerintah daerah dalam upaya memindahkan sekolah anak-anak SD tersebut? Apakah
kebijakan “diam” ini diartikan bahwa kelanjutan pendidikan anak-anak sangat
tergantung kepada lokasi baru dari para orang tua mereka dimana mereka akan
membangun rumah atau menumpang kepada saudaranya? Walau alam, hanya Alloh SWT
yang tahu dan para pembuat kebijakan di Dinas Pendidikan setempat. Semoga
penduduk yang tercabut dari lokasi waduk dapat segera memulihkan ekonomi
keluarganya dan anak-anak dapat dengan tenang melanjutkan sekolahnya di tempat
yang baru. Dimanakah empati pemerintah? Jawabannya ada di hati nurani para
pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar