Saat ini, semua
petani tanaman pangan di Indonesia mengalami perasaan galau dengan situasi harga pupuk yang tinggi tetapi dibutuhkan dan keinginan menanam benih unggul berkualitas tetapi sulit diperoleh. Bagi petani yang subsisten dan militan, mereka tetap berusaha
untuk menanam tanaman pangan, khususnya pada komoditas padi. Untuk jagung dan palawija
lainnya, petani tetap menanam tergantung kondisi iklim di daerahnya. Tingginya harga pupuk dan mahalnya upah tenaga kerja di pedesaan menyebabkan biaya usahatani semakin mahal.
Biaya usahatani
tanaman pangan terus meningkat tiap tahun, disisi lain petani merasakan
sulitnya meningkatkan produktivitas tanamannya. Akibatnya pendapatan bersih
dari usahatani terus mengalami penurunan. Komponen utama yang menyebabkan biaya
usahatani terus meningkat adalah biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi
seperti pupuk dan pestisida. Khusus untuk biaya tenaga kerja, petani harus
mengeluarkan uang mulai dari pengolahan tanah dan tanam sampai panen. Untuk biaya
panen, petani sering dihadapkan pada kondisi sosial yang sulit dihindarkan
yaitu adanya sistem bawon yang sudah berakar di masyarakat pedesaan. Bawon yang
dikeluarkan oleh petani cukup besar dan kenyataannya hampir 20-30% dari seluruh
biaya tenaga kerja. Kondisi ini tergantung dari kebiasaan di tiap-tiap desa. Sedangkan
uang yang harus dikeluarkan oleh petani untuk membeli sarana produksi
diutamakan untuk pupuk dan pestisida. Untuk benih, kadang petani telah memiliki
benih sendiri dari hasil panen sebelumnya. Seandainya membeli, biaya benih
hanya sekitar 8-10% dari biaya sarana produksi.
Menyikapi semakin
besarnya biaya usahatani tanaman pangan tersebut, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu petani harus mulai menggunakan alat pertanian sederhana secara
berkelompok walaupun lahan mereka sempit. Untuk pengolahan lahan, petani sudah
menggunakan traktor, tetapi tetap juga biaya sewa traktor cukup tinggi. Cara
berikutnya, sudah waktunya petani mulai mencoba menggunakan mesin pemanen yang
tentunya lebih cepat dan efisien. Namun cara ini pasti akan mengalami banyak
tantangan dari para buruh tani yang biasa melakukan panen dengan sistem bawon. Cara
lain yang lebih mudah adalah petani harus menggunakan benih varietas unggul
yang dibeli dari sumber terpercaya. Adakah sumber terpercaya ini di tingkat
kecamatan atau pedesaan? Mungkin ada kios-kios sarana produksi yang menjual
benih unggul dan berkualitas, tetapi juga ada kios yang menjual benih dengan
kualitas kurang baik. Cara berikutnya, petani sebaiknya mulai menerapkan
teknologi budidaya yang baik dan intens mengelola lahan tanamannya agar dapat
memperoleh hasil tanaman yang maksimal.
Bagaimana peran
pemerintah? Tentunya pemerintah yang berkepentingan untuk pencapaian swasembada pangan juga harus lebih memperhatikan permasalahan di lapang dan ada action
langsung yang bisa membantu petani. Kadang action pemerintah sering terlambat,
sehingga upaya peningkatan produksi tanaman pangan yang diinginkan tidak
tercapai. Untuk itu, perlu dipersiapkan dengan matang supply benih unggul dan pupuk yang mudah dijangkau oleh petani dengan harga yang pantas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar