Kunjungan Presiden
Jokowi ke Atambua merupakan momentum penting untuk membangun pertanian di
wilayah perbatasan. Daerah ini masih memerlukan bantuan pemerintah pusat untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Pertanian di wilayah perbatasan,
umumnya masih bersifat subsisten dengan produktivitas tanaman yang rendah
karena lahan pertanian belum dikelola dengan baik. Hasil study para Profesor
Riset badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa permasalahan umum di daerah perbatasan adalah daya beli masyarakat rendah, tenaga kerja migrasi ke kota
untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi, kurang etos kerja masayarakat, adopsi
teknologi rendah, dll.
Potensi lahan sawah
di Kabupaten Belu mencapai 17.856 ha yang terdiri dari 12.841 lahan sawah
irigasi dan 5.126 ha lahan sawah tadah hujan (Dinas Pertanian Kabupaten Belu,
2013). Selain itu masih terdapat lahan kering yang berada di lereng-lereng
bukit yang dapat ditanami tanaman keras dan diantaranya dapat digunakan untuk
budidaya palawija. Pada tahun 2012, rata-rata produktivitas tanaman pangan di
Kabupaten Belu masih menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan jika
dibandingkan dengan potensi sebenarnya, diantaranya padi sawah 3,5 t gkg/ha,
jagung 2,7 t/ha, ubikayu 2,7 t/ha, kacang hijau 1,2 t/ha, kacang tanah 1,6 t/ha
dan ubijalar hanya 2,1 t/ha (BPS Kab. Belu, 2013).
Khusus di Kecamatan
Raihat yang merupakan lokasi Laboratorium Lapang (LL) memiliki lahan sawah sekitar
943 ha. Petani di wilayah ini umumnya mengusahakan beberapa tanaman pangan
seperti komoditas padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubikayu dan
ubijalar. Selain itu, ternak sapi merupakan bagian dari kehidupan beberapa
petani di sekitar laboratorium lapang.
Melihat peluang ini,
seharusnya produksi tanaman pangan di sekitar LL dan di
wilayah Kabupaten Belu masih dapat ditingkatkan lebih signifikan. Hal ini terbukti dari
dem area peneliti Badan Litbang Pertanian yang mengenalkan inovasi baru
budidaya tanaman padi di lokasi LL yaitu pengolahan tanah sempurna, tanam jajar
legowo 2:1, benih unggul dan bibit muda, serta pemupukan berimbang termasuk
perlakuan dengan pupuk mikro. Hasil padi yang diperoleh mencapai 7,2 t/ha
(Impari 6) dan 6,4 t/ha (Impari 10), sedangkan hasil padi petani hanya sekitar 3,5 t/ha.
Oleh karena itu, LL
Belu yang dipusatkan di Desa Tohe tahun depan akan diperluas lagi sekitar 50 ha
pada kelompok petani lainnya dengan fokus kepada pengembangan komoditas pangan
yaitu padi, jagung, kacang hijau, dan tanaman lainnya seperti ubikayu dan
sorgum. Inovasi yang akan dipromosikan adalah varietas unggul, budidaya
tanaman, dan sistem perbenihan. Selain itu, akan dikembangkan KRPL di lahan
pekarangan di beberapa rumah tangga petani. Areal binaan Badan Litbang
Pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten
Belu seluas 50 ha pada tahun 2014 akan tetap dilanjutkan tetapi dengan biaya swadaya
petani. Sedangkan pembinaan kepada petani tersebut tetap dilanjutkan oleh kedua
institusi diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar