Social Icons

Pages

Minggu, 14 Desember 2014

Membangun SDM Berkualitas



Calon peneliti di masa depan

Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa para pelajar dan mahasiswa dari Malaysia banyak yang sekolah atau kuliah di Indonesia, namun saat ini justru kebalikan dari masa itu. Banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Malaysia. Ini menunjukkan bahwa Malaysia telah sukses membangun SDM nya, walaupun harus belajar dari negara tetangga. Bagaimana dengan SDM kita? Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah melalui perbaikan kurikulum, penyediaan dana beasiswa cukup besar untuk studi lanjut ke jenjang lebih tinggi maupun untuk pelajar kurang mampu tetapi memiliki kepandaian istimewa, seleksi CPNS dengan indeks prestasi cukup tinggi dll. Akan tetapi, upaya tersebut masih belum memuaskan pemerintah, karena hanya sebagian dari sejumlah SDM berkualitas saat ini yang bisa direkrut untuk berkerja di birokrasi pemerintah.


Menurut Hasibuan (2003), Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Pengertian SDM yang berkembang saat ini, tidak hanya memandang SDM sebagai sumber daya belaka tetapi menganggap sebagai modal atau aset bagi suatu organisasi atau institusi (Greer,C.R., 1995). Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka. Sedangkan yang dimaksud dengan SDM berkualitas adalah SDM yang mampu berfikir dan mengantisipasi kondisi masa depan, bersikap positif, berperilaku terpuji, berwawasan luas, serta memiliki kemampuan, keterampilan dan pengetahuan di bidang tertentu. SDM berkualitas diharapkan memiliki sifat ideal yaitu berintegitas, dedikasi tinggi, jujur, selalu menciptakan inovasi baru, tekun dan ulet.

Untuk membangun SDM berkualitas, perlu dicermati pada dua hal yaitu pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah. Untuk pendidikan dalam keluarga, peran orang tua dalam mendidik anak sejak usia dini sangat dibutuhkan. Pada setiap keluarga perlu menekankan pendidikan budi pekerti. Dalam lingkungan keluarga, anak-anak sejak dini perlu juga dibekali pengertian-pengertian mana yang baik harus dilakukan dan mana yang buruk harus ditinggalkan, serta memberikan pengawasan serta pembinaan yang cukup intens.  Pengawasan tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter, dengan demikian anak-anak  akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk. Mengingat situasi dan kondisi saat ini sangat  berbeda jauh dibanding masa kanak-kanak orang tuanya. Mendidik anak dalam lingkungan keluarga, dibutuhkan tekad, semangat dan doa dari para orang tua untuk berkerja keras membina/mendidik anak-anaknya supaya lebih maju dalam hal pendidikan dan memiliki akhlak mulia. Seperti kata  Ali Bin Abi Thalib RA: “Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu”. Maknanya, kita harus mendidik anak-anak dengan menyesuaikan kondisi saat ini, yang penuh ancaman bagi anak-anak seperti narkoba, pergaulan bebas, kenakalan anak yang mengarah ke premanisme, dll.

Jika pendidikan anak dalam keluarga mampu dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan anak yang berkarakter dan berkualitas, maka pendidikan formal melalui sekolah yang sangat perlu dicermati dan diawasi. Pendidikan sekolah, mulai tingkat Taman Kanak, SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi, sangat berperan untuk menghasilkan anak-anak yang kelak menjadi generasi muda yang unggul, berintegritas, jujur, berdidikasi dan memiliki kompetensi tinggi di bidangnya. Masalahnya, setelah terwujud generasi muda yang berkualitas tersebut, sering dijumpai banyak pemuda-pemudi kompeten yang tidak masuk dalam lingkaran birokrasi. Dalam hal ini, diperlukan peran pemerintah untuk membenahi sistem rekrutmen dan sistem imbalan berupa gaji, agar mereka bersedia mendarmabaktikan kemampuannya untuk kemajuan bangsa. Sistem rekrutmen dapat dimulai sejak anak-anak duduk di bangku sekolah atau kuliah. Cukup banyak anak-anak yang cerdas dan berkepribadian, yang memiliki potensi besar untuk berkerja di birokrasi pemerintah. Disisi lain, sektor swasta sangat gencar merekrut para generasi muda berkualitas tersebut, akibatnya birokrasi pemerintah kekurangan sdm berkualitas untuk menggantikan para pegawainya yang pensiun. Oleh karena itu, membangun SDM berkualitas diperlukan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan pendidikan formal serta kemauan pemerintah untuk merekrutnya dalam birokrasi pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates