Social Icons

Pages

Kamis, 01 Februari 2018

Data terbuka sebaiknya juga tentang orang, jangan hanya inovasi.



Perubahan sejati akan terjadi jika kita berhenti memperlakukan data sebagai suatu teknologi dan menjangkau kelompok yang terpinggirkan, kata Ana Brandusescu. Di Filipina, ustadz - guru agama Islam - berjuang tanpa sumber daya yang cukup untuk memberikan pendidikan berkualitas. Meskipun dana tersedia dari pemerintah daerah, yang diminta untuk menginformasikan anggaran mereka, namun mereka hanya sedikit usaha untuk membagikan data ini kepada masyarakat atau menjelaskan bagaimana cara menggunakannya. Ketika E-NET, sebuah LSM lokal, mulai mengedukasi ustadz tentang bagaimana menggunakan data ini, mereka menemukan adanya Dana Pendidikan Khusus untuk sekolah umum - sebuah dana yang tidak pernah diberitahukan kepada mereka - yang dapat mencakup seragam sekolah dan gaji guru.

Pada keberhasilan itu, para guru memperluas penggunaan data terbuka mereka, menciptakan sebuah koalisi, Federasi Komunitas Ustadz Madrasa Kotabato Utara, yang sekarang menggunakan data terbuka untuk membuat rekomendasi tidak hanya mengenai anggaran, tetapi juga mengenai prioritas kebijakan untuk pendidikan masyarakat. Kita sering memikirkan data terbuka sebagai teknis atau bagian dari transformasi digital suatu negara. Tapi sebenarnya, data terbuka adalah tentang orang, masalah mereka, dan memberi mereka kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya. Sayangnya, contoh para guru agama di Filipina ini yang memanfaatkan data  anggaran pemerintah masih sangat jarang. Mengapa kita tidak dapat lebih sering memanfaatkan data terbuka untuk mengatasi ketidaksetaraan?.  Mengapa hal itu tidak menghasilkan partisipasi spektrum warga yang lebih luas?.
 
Blogger Templates