Social Icons

Pages

Sabtu, 02 Desember 2017

Tantangan dan peluang kebutuhan makanan populasi dunia yang terus tumbuh



Adanya rasa kawatir tentang kelaparan di Afrika, IFPRI meluncurkan Laporan Kebijakan Pangan Global 2017 (GFPR) pada tanggal 23 Maret 2017. Menurut DG IFPRI, sekitar dua puluh juta orang mungkin menderita kelaparan jika kita tidak bertindak. Sementara itu GFPR (yang mengkaji  tren dalam masalah kelaparan dan gizi di seluruh dunia ) menunjukkan adanya kemajuan tetapi ada masalah ketidakpastian yang mengancam keamanan pangan global, termasuk pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan konflik regional yang terus berlanjut, yang berkontribusi terhadap risiko berulangnya kelaparan. GFPR fokus pada tema yang berbeda setiap tahunnya. Untuk tahun 2017, diperlukan pengamatan mendalam tentang seberapa cepat urbanisasi membentuk kembali sistem pangan, dan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan dan gizi bagi penduduk pedesaan dan perkotaan. 

Menyediakan pangan bagi populasi perkotaan menimbulkan tantangan unik dan gizi buruk beralih ke daerah perkotaan. Tapi ada kendala untuk mengatasi situasi ini. Perubahan kondisi politik secara fundamental dapat berdampak pada keamanan pangan dan gizi global karena berkurangnya investasi atau ketidakpastian dalam bantuan, penelitian, dan kemitraan global. Padahal kebijakan pertanian dan pangan saat ini sangat fokus pada produksi, untuk itu ke depan mereka harus beralih untuk mengatasi hilangnya perantara antara produsen dan konsumen, termasuk pemrosesan dan ritel, di mana kebijakan yang lebih baik dapat meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi limbah makanan.  Menurut Vimlendra Sharan (Direktur Kantor Penghubung Amerika Utara Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa – FAO) jika kita ingin memberantas kelaparan dan kemiskinan, kita harus melakukan pergeseran paradigma. Sharan memperingatkan bahwa gambaran kelaparan, kekurangan gizi, dan kesehatan yang buruk akan mendominasi persepsi publik - kecuali pangan diintegrasikan ke dalam diskusi tentang kota dan sebaliknya.

Rabu, 01 November 2017

Meningkatnya penggunaan air tanah berlebihan akan mengganggu harga pangan



Meningkatnya penggunaan air tanah untuk irigasi merupakan ancaman utama bagi ketahanan pangan global dan dapat menyebabkan meningkatnya harga makanan pokok. Dari tahun 2000 sampai 2010, jumlah air tanah yang tidak terbarukan yang digunakan untuk irigasi meningkat seperempatnya (artikel di Nature, 30 Maret 2017). Selama periode yang sama, China telah melipatgandakan penggunaan air tanahnya. Artikel pada Nature tersebut menemukan bahwa 11 persen ekstraksi air tanah untuk irigasi terkait dengan perdagangan pertanian. Di beberapa wilayah, misalnya di California Tengah atau Barat Laut India, tidak ada cukup curah hujan atau air permukaan yang tersedia untuk menanam tanaman seperti jagung atau padi, maka dari itu para petani menggunakan air tanah untuk sumber pengairan tanaman mereka.

Senin, 02 Oktober 2017

Fakta penting tentang kehilangan pangan dan limbah makanan



Setiap tahun sekitar sepertiga dari jumlah pangan yang diproduksi di dunia dan digunakan untuk konsumsi manusia atau 1,3 miliar ton telah terbuang secara sia-sia. Kerugian hilangnya pangan dan terbuangnya limbah makanan mencapai sekitar US $ 680 miliar yang terjadi di negara-negara industri dan sekitar US $ 310 miliar yang terjadi di negara-negara berkembang. Negara-negara industri dan negara berkembang membuang kira-kira jumlah makanan yang sama yaitu masing-masing 670 dan 630 juta ton. Buah dan sayuran, ditambah umbi-umbian memiliki tingkat pembuangan makanan paling tinggi karena mudahnya mengalami kebusukan. Secara kuantitatif, kehilangan pangan dan limbah makanan di dunia setiap tahunnya mencapai  sekitar 30% untuk serealia, 40-50% untuk tanaman akar, buah dan sayuran, 20% untuk benih minyak, daging dan susu ditambah 35% untuk ikan.

Setiap tahun, konsumen di negara-negara kaya menghabiskan 222 juta ton makanan yang hampir sama dengan seluruhan produksi pangan dari wilayah sub-Sahara Afrika (230 juta ton). Jumlah pangan yang hilang atau terbuang setiap tahun setara dengan lebih dari separuh produksi tanaman serealia tahunan di dunia (2,3 miliar ton pada 2009/2010). Makanan yang terbuang per kapita oleh konsumen sekitar 95-115 kg per tahun di Eropa dan Amerika Utara, sementara itu konsumen di sub-Sahara Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara, masing-masing membuang hanya 6-11 kg per tahun. Total produksi pangan per kapita untuk konsumsi manusia adalah sekitar 900 kg per tahun di negara-negara kaya dan hampir dua kali lipat dibanding konsumsi per kapita di negara-negara miskin yaitu 460 kg per tahun.

Jumat, 01 September 2017

Bahasa merupakan penghalang untuk menyebarkan sains



Sebuah riset menyatakan bahwa bahasa masih merupakan penghalang utama untuk transfer sains meskipun bahasa Inggris semakin banyak digunakan sebagai bahasa sains global. Riset yang dipublikasikan di jurnal PLOS Biology ini menyoroti masalah praktis yang diperjuangkan para ilmuwan di banyak belahan dunia, termasuk Afrika francophone. Penulisnya melihat lebih dekat dokumen ilmiah tentang konservasi keanekaragaman hayati yang diterbitkan pada tahun 2014. Sejumlah 75.000 dokumen ditulis dalam 16 bahasa yang berbeda. Sekitar sepuluh dokumen, kira-kira enam dokumen ditulis dalam bahasa Inggris dan tiga bahasa lainnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa bahasa Inggris tetap menjadi bahasa utama dalam komunitas ilmiah. Tapi hasil risetnya juga menunjukkan fakta bahwa banyak riset masih dilakukan dalam bahasa lain selain bahasa Inggris sehingga hasil riset yang dipublikasikan dengan bahasa lain sedikit terbaca para peneliti atau ilmuwan lainnya. Hal ini terutama terdapat di universitas dan lembaga riset di beberapa negara Afrika yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka. Menurut Tatsuya Amano, peneliti utama pada studi tersebut menyatakan bahwa dirinya telah lama tertarik untuk mengetahui bagaimana hambatan bahasa dapat mempengaruhi sains secara umum, namun sejauh ini masalah tersebut jarang ditangani oleh komunitas ilmiah.

Kamis, 03 Agustus 2017

Petani kedelai di Afrika Timur dan Selatan mendapat dukungan.



Para petani kecil di Afrika timur dan selatan dapat mengambil manfaat dari sebuah proyek tentang inovasi untuk membantu membuka hambatan dalam rantai nilai kedelai regional. Food Trade East dan Southern Africa (FoodTrade ESA) yang didanai Inggris telah memperoleh dana bantuan sekitar 1,2 juta dolar AS kepada Classic Foods Limited di Kenya dan Seba Foods Limited di Zambia untuk membantu para petani kedelai di dua negara itu untuk meningkatkan hasil panen, mengakses solusi penyimpanan tepat guna dan pasar yang sesuai untuk produk mereka. Isaac Tallam, pakar sistem pasar Food Trade ESA, mengatakan bahwa permintaan kedelai di Afrika meningkat karena pertumbuhan industri pakan ternak dan konsumsi rumah tangga. Selain menjadi sumber minyak, kedelai digunakan dalam proses industri lainnya, dengan banyak manfaat bagi berbagai aktor di sepanjang keseluruhan rantai nilai, kata Tallam kepada SciDev.Net. Beberapa tantangan yang harus dihadapi proyek adalah kurangnya benih bersertifikat dan kurangnya pasar yang siap.

Selasa, 04 Juli 2017

Sains masyarakat perlu diperluas



Ilmuwan masyarakat atau anggota masyarakat yang secara sukarela terlibat dalam karya ilmiah, telah banyak berkontribusi dalam ilmu lingkungan, namun mereka masih memiliki potensi untuk melakukan lebih banyak lagi guna membantu mengkaji keanekaragaman hayati regional dan global. Menurut Mark Chandler, penulis utama studi dan direktur riset di non-profit Earthwatch Institute, dirinya telah melihat berbagai peserta yang mampu memberikan kontribusi yang sangat penting, termasuk kelompok-kelompok mahasiswa dan anggota masyarakat setempat. Mark juga mengidentifikasi beberapa jalur kunci untuk meminta para ilmuwan masyarakat untuk mengumpulkan data. Misalnya, lembaga riset mungkin dapat bekerja dengan masyarakat lokal untuk membantu memantau keanekaragaman hayati pada habitat dan spesies dimana  relawan peduli terhadap hutan, spesies yang mereka buru untuk sumber makanan, alasan ekonomi atau budaya, umumnya penduduk setempat sering memiliki pengetahuan yang baik tentang keragaman hayati di mana mereka tinggal. Aplikasi global, seperti iNaturalist atau eBird untuk kelompok perkotaan, maka para manajer taman dan wisatawan dapat diminta untuk membantu membuat serangkaian foto dan catatan serta spesies di lokasi tertentu.

Senin, 08 Mei 2017

Menemukan dampak nyata dari dukungan inovasi pertanian



Evaluasi dampak dalam pembangunan pertanian merupakan topik panas. Dan begitu pula perdebatan tentang metodologi. Sebagian besar lembaga donor yang menghasilkan studi terhadap dampak dari pembangunan pertanian tertarik untuk melaporkan kontribusi mereka untuk memenuhi Millenium Development Goals, dengan tujuan utama peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Sebagai tanggapan, desain riset yang canggih dan analisis ekonometrik (pengujian empiris dari model ekonomi) telah dikembangkan untuk mengisolasi efek bersih dari intervensi pembangunan dan mengukur perubahan pendapatan rumah tangga. Analisis ini mengasumsikan adanya korelasi antara kegiatan proyek, atau variabel perlakuan, dan pendapatan sebagai variabel hasil. Namun seringkali, ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi hasil yang menghubungkan perubahan intervensi tertentu menjadi tidak mungkin. Bahkan dengan intervensi yang relatif sederhana seperti penyuluhan pertanian (di mana temuan riset dipromosikan untuk meningkatkan praktik pertanian) atau hibah kecil untuk mendukung percobaan, hal itu menyulitkan untuk mengukur dampaknya pada laba bersih.

Jumat, 07 April 2017

Pendekatan yang salah untuk dampak riset




Berkembangnya wabah demam Rift Valley di Uganda memegang pelajaran penting bagi pemikiran saat ini tentang investasi dalam riset untuk pembangunan global. Apa yang terjadi di Uganda cukup familiar - pelajaran yang sama telah muncul sebelumnya (wabah penyakit Ebola di Afrika Barat tahun 2013). Langkah-langkah pengendalian epidemiologi yang dirancang untuk membatasi penyebaran penyakit tidak sepenuhnya mempertimbangkan kenyataan yang diderita masyarakat yang terkena dampak. Dalam hal ini, apa yang dapat dimakan atau diusahakan di lahan pertniannya oleh masyarakat miskin pedesaan, jika susu dan daging dilarang penjualannya? Juga saluran komunikasi resmi yang digunakan untuk mengingatkan dampak ancaman kesehatan masyarakat tidak berasal dari tokoh masayarakat yang terpercaya. Dalam diskusi tentang sains untuk pembangunan, sering disebut atau dinyatakan agar riset yang dilaksanakan harus memiliki dampak terhadap masyarakat, jelas nampak nilau suatu riset. Jadi mengapa kesalahan ini terus terjadi? Pertanyaan yang sangat mendesak bukan hanya karena mata pencaharian dan nyawa kehidupan masyarakat dipertaruhkan, tetapi juga karena munculnya tren dalam pendanaan riset yang cenderung meningkatkan frekuensi kesalahan tersebut. Ironisnya, tumbuhnya kepedulian lembaga pembangunan dengan dampak riset juga ikut menghambat untuk mempelajari apa yang telah berhasil.

Kamis, 09 Maret 2017

Asia Pasific diberi label hot spot untuk keamanan air



Ekonomi di kawasan Asia-Pasifik tidak dapat mempertahankan pertumbuhan yang dinamis saat ini, kecuali perihal air ikut dipertimbangkan, karena kawasan ini sedang menghadapi "krisis" dalam mengamankan dan mengelola sumber daya utama tersebut. Sebuah laporan yang komprehensif tentang pembangunan air di Asia-Pasifik baru saja dirilis oleh Asian Development Bank (ADB) yang menyatakan bahwa saat ini ada kondisi "global hot spot untuk ketidakamanan air". Sekitar 3,4 miliar orang tinggal di daerah yang mengalami kelangkaan air di Asia pada tahun 2050, kata laporan tersebut, yang dikutip datanya dari studi yang dilakukan oleh Institute yang berbasis di Austria (IIASA = Austria-based International Institute for Applied Systems Analysis). Beberapa negara di wilayah ini - Afghanistan, Cina, India, Pakistan dan Singapura - diproyeksikan memiliki ketersediaan air per kapita terendah pada tahun 2050. Meningkatnya permintaan dari penggunaaan air, kata presiden ADB Takehiko Nakao, sumber daya air yang terbatas akan mengalami situasi yang lebih berbahaya.

Saya percaya tantangan paling menakutkan adalah untuk melipatgandakan produksi pangan tahun 2050 guna memenuhi kebutuhan pangan bagi populasi yang semakin berkembang dan makmur, sementara itu juga diperlukan penyediaan air untuk pengguna domestik yang lebih banyak dan untuk memenuhi kebutuhan industri dan energi," kata Nakao dalam mengawali laporan ADB. Dampak dari perubahan iklim, meningkatnya variabilitas iklim dan bencana yang berhubungan dengan air akan berujung pada cakrawala yang lebih menantang daripada yang kita alami di masa lalu.

Jumat, 10 Februari 2017

2016, tahun solusi lokal terhadap masalah global



Tiga organisasi sains internasional telah mengumumkan bahwa tahun 2016 akan menjadi Tahun Internasional Pemahaman global (IYGU = International Year of Global Understanding), bertujuan untuk menunjukkan "bagaimana menerjemahkan wawasan ilmiah ke dalam gaya hidup yang lebih berkelanjutan". Inisiasi awal diumumkan pada Forum Ilmu Sosial Dunia di Durban pada awal bulan September yang lalu, yang mencakup proyek riset, program pendidikan dan kampanye informasi, yang dilakukan sepanjang tahun dan di seluruh dunia. Tahun ini ditujukan untuk menekankan hubungan antara lokal, tindakan sehari-hari dan masalah-masalah global seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan - dengan fokus pada kegiatan praktis, solusi berbasis ilmu pengetahuan. Pada setiap hari pada tahun 2016, kegiatan akan menyoroti perubahan ke aktivitas sehari-hari yang secara ilmiah telah terbukti lebih berkelanjutan dari praktek saat ini. Inisiatif ini didukung oleh Dewan Internasional untuk Sains, Dewan Ilmu Sosial Internasional dan Dewan Internasional untuk Filsafat dan Ilmu Manusia. Menurut Rob Cartridge, NGO Practical Action in the United Kingdom, diharapkan fokus tahun ini tidak akan begitu banyak menghasilkan dana riset lebih untuk lembaga Northern, tapi lebih ditekankan pada menerjemahkan hasil riset yang ada dan membantu agar sampai ke tangan masyarakat miskin dan praktisi pembangunan.

Sekitar 50 pusat-pusat regional di seluruh benua akan menyelenggarakan acara lokal, kata Benno Werlen, direktur eksekutif IYGU, seorang ahli geografi di Universitas Friedrich Schiller Jerman di Jena. Proyek ini akan menelan biaya sekitar € 1.500.000 (sekitar US $ 1,7 juta), dan saat ini sedang mencari sponsor untuk tambahan dana tersebut. Diusulkan oleh Uni Geografis Internasional, karena menurut observasi PBB bahwa IYGU tidak memiliki status sebagai tahun internasional. Inisiatif ini bertujuan untuk "meningkatkan suara sains" dan adalah "hanya satu-satunya tahun internasional di bumi ini yang memiliki dukungan dari komunitas ilmiah". Beberapa ilmuwan terkemuka dan pembuat kebijakan telah menyatakan dukungan mereka, termasuk pemenang Nobel Kimia Yuan Tseh-Lee dari Taiwan, yang memuji IGYU sebagai tandingan dari diskusi kebijkaan top-down.

Menurut  Tseh-Lee, ketika negosiasi global pada iklim menyerang keberlanjutan krisis dari atas, IYGU dapat melengkapinya dengan baik dengan solusi yang terkoordinasi dari bawah - dengan memperoleh pemahaman secara individu dan mengubah kebiasaan sehari-hari mereka. Anantha Duraiappah, direktur Mahatma Gandhi Institute of Education for Peace and Sustainable Development, mengatakan tahun ini bisa menjadi kesempatan yang baik bagi para ilmuwan untuk bekerja dengan para pembuat kebijakan dan membangkitkan minat dalam sains di kalangan mahasiswa. Tetapi ia menunjukkan bahwa sulit untuk jenis proyek seperti ini untuk menarik perhatian. Saya benar-benar berpikir bahwa ada hal berlebihan dari peristiwa ini dan saat ini dunia sedang mengalami kelelahan acara-acara Hari Internasional, Tahun dan Dekade. Sementara itu, Cartridge berpendapat bahwa acara ini cukup optimis. Tahun internasional dapat menjadi cara yang baik untuk menggembleng aksi dan menyoroti masalah. Hal yang satu ini tampaknya datang dengan berbagai pendukung penting, jadi semoga itu akan memberikan beberapa manfaat nyata.


Sumber:

Rabu, 01 Februari 2017

Inovasi adalah kunci untuk penelitian kolaboratif



Bagi peneliti, bekerja pada pembangunan berarti berbicara dan bekerja lebih dari biasanya dengan rekan-rekan sesama peneliti. Kerangka baru dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) harus membantu menghidupkan kembali perdebatan lama mengenai keuntungan yang dari kolaborasi dan antar disiplin ilmu sebagai dasar untuk program aksi dan pembuatan kebijakan. Namun, perdebatan tersebut masih berkutat pada pembicaraaan dibanding program aksi di lapang. Seharusnya menjadi inti dari upaya strategis pelaksanaan SDG dan terus melangkah maju baik ke tingkat tertinggi dari kebijakan maupun tingkat terendah dalam pelaksanaannya. Apa yang jelas hilang tidak hanya perihal pendanaan dan kelembagaan untuk riset yang lebih kolaboratif guna menjawab pertanyaan kompleks dalam pembangunan maupun perhatian yang tepat untuk insentif, format dan alat-alat yang dapat mendorong peneliti untuk lebih berkolaborasi  - tanpa harus memilih antara kerja kolaboratif dan pekerjaan yang akan memajukan karir akademis mereka.

Kolaborasi vs Spesialisasi
Kolaborasi bukanlah standar dalam dunia riset: pelatihan akademis, kemajuan karir dan penerbitan semua yang ditetapkan oleh spesialisasi yang lebih besar. Hal ini khususnya pada kasus jurnal yang berganti menjadi jurnal online, yang dengan mudah menghubungkan para peneliti dengan agenda riset serupa di seluruh  dunia. Hanya sedikit bidang riset yang dibangun sebagai antar disiplin ilmu, seperti halnya dalam ilmu sosial, contoh yang paling jelas adalah geografi. Meningkatnya kompetisi antar akademik internasional adalah alasan lain. Ternyata kebalikannya dengan riset kolaborasi, riset generalis menjadikan para peneliti hanya berpengalaman musiman. Namun, inisiatif eksperimental dari seluruh dunia menunjukkan bahwa sesuatu dapat berubah - tanpa harus mengubah aturan akademik. Secara khusus, inovasi dalam penggunaan insentif, format dan alat-alat dapat menjadi kunci untuk mempromosikan riset kolaboratif.

Kamis, 05 Januari 2017

Penyimpangan institusi menghalangi riset interdisipliner



Riset interdisiplin sedang populer saat ini. Dari pembuat kebijakan dan penyandang dana sampai para antropolog dan ahli biologi - semua orang tampaknya bersatu dalam pandangan bahwa riset interdisiplin akan memandu mencari solusi untuk permasalahan besar kita. Namun meskipun kesepakatan tentang kebajikan kolaborasi yang lebih besar antara berbagai disiplin ilmu, konsensus bahwa riset interdisiplin sulit untuk melebur seperti lazimnya. Dalam pertemuan Euro Science Open Forum di Manchester, Inggris, muncul isu bahwa wabah baru penyakit menular seperti Zika dan Ebola menunjukkan kesulitan menerapkan temuan ilmiah di tingkat lokal di negara-negara yang terkena dampak penyakit. Para delegasi menekankan perlunya ilmuwan alam untuk bekerja dengan para ilmuwan sosial untuk mencari solusi teknis dan memastikan bahwa hasil riset yang relevan dan ditindaklanjuti dalam berbagai konteks. "Sasaran Pembangunan Berkelanjutan tidak dapat dicapai kecuali kita mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu alam," kata Peter Gluckman, kepala penasihat sains untuk Selandia Baru. Ada kebutuhan yang kuat untuk memadukan ilmu sosial dan humaniora dengan ilmu alam guna mengatasi isu-isu global. Selama satu sesi, peserta pertemuan mendengar bahwa agar institusi akademik dapat sepenuhnya membuat agenda riset yang berorientasi solusi guna mengatasi masalah global yang kompleks, maka organisasi riset harus mengevaluasi kembali mekanisme review-dan-reward yang telah ada.

Senin, 02 Januari 2017

Sains berperan penting dalam keberhasilan SDG



Suatu diskusi panel antara Scidev.Net dengan British Council yang merupakan  bagian dari pameran tentang SDG (Sustainable Development Goals). Para panelis membahas bagaimana pembicaraan sekitar ilmu pengetahuan dapat mendukung pelaksanaan SDG. Dalam diskusi tersebut, beberapa peran yang berbeda untuk sains telah muncul:
Peran diagnostik dan observasi: Kebijakan dan anggaran pembangunan cenderung dimobilisasi sesuai respon, tidak diantisipasi dan direncanakan. Mengamati dan menganalisis dampak pembangunan seperti wabah Ebola atau gempa bumi Nepal dapat meningkatkan perencanaan investasi masa depan.

Peran desain program: Ada dua dimensi untuk ini. Bukti merupakan hal penting untuk mencari tahu apa program kerjanya dan di mana mereka bekerja. Elemen lain adalah penerapan inovasi, terutama karena inovasi teknis yang kasat mata cenderung jumlahnya tidak proporsional dari anggaran sains.
 
Blogger Templates