Air tanah merupakan aspek yang paling penting dari keamanan air di abad ke-21. Petani memanfaatkan
air itu sebagai cadangan ketika hujan kurang
memadai atau air irigasi tidak
mencukupi. Tetapi kita hanya menerima begiru saja karena air tanah pada
dasarnya tidak terlihat dibawah kaki kita. Adanya teknologi penginderaan
jarak jauh berbasis teknologi, kita baru sadar bahwa air
tanah yang merupakan sumber air sangat penting tersebut dalam kondisi bahaya.
Sedangkan jumlah air yang dikeluarkan dari tanah dengan menggunakan pompa jauh
lebih besar dibanding jumlah air yang diisikan kembali ke sumber air tersebut
di berbagai bagian dunia. Untuk meningkatkan ketahanan kita terhadap perubahan klim dan memperpanjang musim
tanam, kita harus serius mempertimbangkan bahwa tidak hanya memompa
air tanah ke permukaan saja seperti yang selalu kita lakukan, tetapi juga menyimpan air
permukaan dari air hujan ke dalam tanah guna menjamin
keamanan air kita untuk besok. Penyimpanan
air di bawah tanah merupakan topik bahasan yang lama didiskusikan yang
dapat memperkuat pasokan air di wilayah kering dan semi-kering, tetapi hanya
sedikit upaya yang dilaksanakan.
Secara alami, ide untuk mengembangkan potensi penuh irigasi
dimaksudkan untuk menyimpan sebagian dari air hujan
agar dapat digunakan untuk irigasi
periode berikutnya. Tetapi karena
curamnya lereng bukit Himalaya dan rendahnya wilayah sungai Gangga, maka
lokasi permukaan untuk penyimpanan
air menjadi langka, dan efisiensi
ekonomi penyimpanan air permukaan dianggap rendah.
Namun, saat ini para ahli berpendapat bahwa ada
kemungkinan besar untuk penyimpanan air di bawah tanah dan relatif lebih murah.
Beberapa cara yang mungkin dapat menyimpan air hujan kedalam tanah adalah a) meningkatkan infiltrasi dengan menyebarkan air ke bagian cekungan sungai Gangga
dan membangun pematang
di sudut kanan dari aliran pada lahan yang
tidak ditanami, b) menyediakan lahan untuk
penyimpanan air tanah dengan cara
memompa air tanah pada musim
kemarau di sekitar saluran air
alami, yang pada musim hujan mengalirkan air hujan dan sepanjang bagian tertentu dari sungai Gangga, dan c) meningkatkan rembesan dari
saluran irigasi selama musim hujan dengan memperluas jaringan aliran air, dan kemudian memompa keluar air rembesan tersebut selama musim kemarau. Tanpa
akses ke sumber daya yang tersedia saat ini, diperkirakan ada peningkatan pasokan air irigasi yang
dihasilkan oleh beberapa intervensi
yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip hidrodinamika. Telah diidentifikasi
daerah cekungan di
mana beberapa intervensi mungkin
layak dan telah dialokasikan dana awal untuk membangunnya (Smakhtin, 2013).
Bagaimana cara kerjanya?
Penyimpanan
air di bawah tanah - juga dikenal sebagai akuifer yang berhasil diisi ulang – merupakan proses yang sengaja dilakukan
untuk mengisi akuifer dengan air permukaan agar pasokan air lebih efektif
dikelola. Hal ini dapat dicapai, baik dengan
cara menginjeksi langsung air permukaan ke dalam akuifer melalui sumur atau
dengan mengisi cekungan sungai yang memungkinkan air permukaan secara perlahan-lahan
meresap ke bawah ke dalam tanah. Di negara bagian Arizona di barat daya Amerika
Serikat, mengisi ulang akuifer telah muncul sebagai alat penting untuk melawan
kelangkaan air yang kronis. Pada tahun 2006, Tonopah Desert Recharge Proyek mulai
beroperasi dengan tujuan untuk dapat menyimpan 185 juta meter kubik air per
tahun. Dengan menggunakan 19 cekungan resapan yang tersebar di seluruh lahan 83
hektar, proyek tersebut memungkinkan air permukaan secara perlahan-lahan
mengisi akuifer yang dapat diukur hasilnya dengan sumur monitoring. Selama 3
tahun beroperasi, proyek tersebut dapat menyimpan 600 juta meter kubik air di
bawah tanah. Hasil yang telah melebihi harapan dan meningkatkan keamanan air di
daerah tersebut. Ketika air diperlukan kembali untuk irigasi dan rumah tangga
penduduk kota, sumur dan jaringan pipa air yang digunakan untuk memompa air
tanah sesuai kebutuhan. Pasokan air tersebut dapat ditransfer ke seluruh tempat
dalam wilayah tersebut melalui kanal-kanal.
Saat
ini, studi percontohan sedang dilakukan untuk menjajaki penerapan penyimpanan
air di bawah tanah di daerah rawan
kekeringan di belahan dunia lain. Sampai saat ini, para ahli dan praktisi
pembangunan yakin teknologi tersebut memiliki potensi untuk secara signifikan diperluas
di banyak wilayah, meskipun efektivitas penyimpanan air di bawah tanah
bervariasi sesuai komposisi tanah dan jenis akuifer yang ada di suatu wilayah.
Menurut Karen Villholth, ahli manajemen air tanah dari International Water Management Institute (IWMI) di Afrika Selatan, menyatakan bahwa penyimpanan air di
bawah tanah dapat memainkan peran penting di wilayah semi-kering dan gersang di
Afrika, seperti Botswana dan Afrika Selatan, di mana hujan jarang turun serta penyimpanan
air permukaan telah kehabisan air. Sementara itu, saat ini banyak riset inisiatif
dan proyek percontohan juga mendorong teknologi penyimpanan air di bawah tanah
dan mengeksplorasi potensi kelayakannya di berbagai tempat seperti India,
Amerika Serikat, Thailand, Australia, Asia Tengah, dan bahkan negara-negara
pulau kecil seperti Maladewa. Pada prinsipnya, ada kemungkinan untuk
meningkatkan penyimpanan air di bawah tanah di banyak wilayah geologi, tetapi
luasnya di masing-masing tempat akan berbeda.
Perubahan iklim dan kebutuhan untuk
penyimpanan air yang lebih baik
Perubahan iklim telah membuat curah hujan musiman dan aliran permukaan semakin tidak menentu, sehingga kebutuhan teknik penyimpanan air menjadi meningkat dibanding waktu sebelumnya. Para ahli sepakat menyimpan air bawah tanah jauh lebih efisien daripada menyimpan air di permukaan seperti waduk dll. Hal ini karena menyimpan air di bawah tanah dapat meminimalkan penguapan, yang merupakan penyebab utama dari kehilangan air di waduk di daerah iklim kering dan semi-kering. Penyimpanan air di bawah tanah dapat memenuhi permintaan petani akan air terutama selama musim kemarau atau ketika air irigasi tidak mampu mengairi lagi karena kekeringan. Menurut Paul Pavelic, ahli hidrologi air tanah dari IWMI, hal tersebut diatas sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air di daerah tadah hujan dan di daerah irigasi dengan membantu ketersediaan air yang lebih sesuai dengan kebutuhandengan permintaan. Pavelic menyatakan bahwa pengisian akuifer dengan air hujan dapat menjadi perlidungan dari dampak perubahan iklim, yaitu dengan membuat air tanah yang tersedia "di mana dan kapan diperlukan". Sehingga kehidupan penduduk pedesaan dapat diperbaiki selama musim kemarau. Dengan menyediakan air tanah tambahan untuk irigasi, akuifer terisi kembali sehingga petani dapat meningkatkan jumlah musim tanam. Langkah kebijakan dan investasi infrastruktur apa yang mungkin dapat dikombinasikan dengan penggunaan air penyimpanan di bawah tanah yang efektif secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim?
Sumber:
http://wle.cgiar.org/blogs/2014/04/22/underground-water-storage-answer-water-security/
Artikelnya sangat bermannfaat sekali semoga menjadi amal baik. Memang kita harus punya simpanan air untuk jangka panjang. Anda bisa melihat tempat penyimpanan air/toren/tangki panel dengan kapasitas besar di situs kami:
BalasHapusTangki Panel FRP