Kekeringan merupakan
gejala alam yang harus dihadapi dengan bijak tanpa saling menyalahkan satu
dengan yang lain jika dampak kekeringan menimbulkan penderitaan masyarakat,
baik di kota maupun pedesaan. Salah satu upaya untuk mengatasi kekeringan saat
ini, pemerintah berencana akan membuat hujan buatan. Ini momentum bagus bagi
penduduk yang wilayahnya menderita kekeringan dan jika kebetulan akan mendapat
berkah dari air hujan buatan. Jika hujan buatan akan dilakukan, sebaiknya
pemerintah (BMKG, BNPB dan institusi terkait lainnya) memberitahukan kepada
khalayak maupun pemda yang mungkin sebagian wilayahnya akan turun hujan.
Walaupun ketepatan waktu dan tempat terjadinya hujan tersebut dipengaruhi oleh
banyak faktor, mungkin para ahli pembuat hujan dapat menginfokan perkiraan
wilayah yang mungkin akan mendapatkan air hujan.
Air hujan secara
gravitasi akan mengalir masuk ke sungai dan sebagian masuk ke dalam tanah
mengisi aquifer. Sangat disayangkan jika air hujan akan hilang percuma tanpa
sempat ditampung oleh masyarakat. Jika ini memungkinkan, maka penduduk dapat
melakukan panen air hujan buatan dengan cara menampung air hujan yang turun ke
atap rumah dengan peralatan sederhana seperti drum-drum bekas maupun dengan bak
penampung air hujan yang dibuat dari semen, maupun sumur-sumur penampung air.
Selain itu, jika ada lahan kosong yang agak rendah dan sering tergenang air
hujan, dapat dibuat kolam penampungan yang dasarnya dapat dilapisi plastik guna
menampung air hujan yang mengalir pada
permukaan tanah. Walaupun tidak begitu banyak, tampungan air hujan tersebut
dapat dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan rumah tangganya. Paling tidak,
masalah air dapat teratasi di musim kemarau walaupun hanya bersifat sementara.
Panen air hujan
merupakan teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan
dari atap rumah/gedung, permukaan tanah atau daerah tangkapan air lainnya
dengan teknik sederhana maupun teknik yang lebih kompleks seperti cek dam di
dalam tanah. Teknologi panen air hujan banyak dijumpai di wilayah Asia dan
Afrika yang merupakan perdaban kuno dan masih berfungsi sampai saat ini sebagai
sumber utama penyediaan air minum di pedesaan. Teknologi tersebut mudah
membuatnya dan gampang mengoperasikannya. Penduduk lokal dapat dilatih untuk
mengaplikasikan teknologi ini dan bahan konstruksi juga tersedia disekitar
mereka. Air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah penduduk, umumnya memiliki
kualitas yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Selain itu,
panen air hujan tersebut juga tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Namun demikian, kekurangan teknologi panen air hujan adalah masalah
pasokan air hujan dan ketidakpastian yang disebabkan terbatasnya curah hujan.
Masalah adopsi teknologi juga memerlukan pendekatan ‘bottom up” dibanding
pendekatan “top down” yang digunakan dalam proyek pembangunan sumber daya air.
Oleh karena itu, panen air hujan (baik pada waktu musim hujan maupun hujan
buatan) merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan untuk memasok air
tawar dalam kondisi kelangkaan air dan meningkatnya permintaan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar