Social Icons

Pages

Selasa, 07 Juli 2015

Membuat Pangan Masa Depan Berkelanjutan (Bagian 2)



Opsi untuk menurunkan konsumsi pangan berlebihan
Para peneliti menganalisis 5 opsi utama untuk menurunkan konsumsi pangan yang dapat bermanfaat secara ekonomis, lingkungan dan kesehatan. Dari solusi tersebut menunjukkan, satu bermanfaat bagi kesehatan tetapi sedikit berdampak pada kesenjangan hasil, dua solusi cukup menantang tetapi layak, dan dua solusi yang lain memiliki peluang besar.

Penurunan obesitas. Dunia menghadapi epidemi obesitas dengan jumlah orang yang kelebihan berat badan mencapai 1,4 milyar pada tahun 2008 termasuk 500 juta orang mengalami obesitas. Walaupun pertimbangan kesehatan menjamin upaya untuk mengatasi obesitas, mengurangi konsumsi kalori yang berlebih hanya mengurangi 6% kesenjangan kalori tahun 2050.

Menurunkan kehilangan dan limbah. Antara lahan sawah sampai ke garpu makan, sekitar ¼ kalori makanan hilang atau terbuang. Walaupun tinggi, data tersebut masih lebih rendah dibanding data yang umum ditulis para peneliti yaitu 1/3 bagian makanan yang hilang. Di negara industri, limbah konsumen menyumbang ½ dari kehilangan pangan dan limbah. Di negara berkembang, 2/3 kehilangan makanan/pangan terjadi pada waktu panen, pasca panen dan penyimpanan. Mengurangi kehilangan hasil ini merupakan opsi segera dan efektif biaya untuk meningkatkan ketersediaan pangan, khususnya di Sub Sahara Afrika. Secara umum, mengurangi kehilangan pangan dan limbah sampai setengahnya tahun 2050 akan menurunkan kesenjangan pangan sampai 20%. Meskipun untuk mencapai tujuan ini merupakan tantangan, tetapi ada strategi nyata untuk menurunkan kehilangan pangan dan limbah sepanjang rantai pasokan.

Menurunkan konsumsi produk ternak yang berlebihan. Ada kasus kuat untuk beberapa konsumsi produk hewani, termasuk daging, susu, ikan, dan telur. Makanan ini memiliki manfaat banyak gizi, dan penduduk  miskin dunia dapat memanfaatkan keuntungan dari peningkatan konsumsi produk hewani tersebut. Produk ternak juga menghasilkan kira-kira setengah dari semua pendapatan pertanian di seluruh dunia, termasuk pendapatan cukup penting bagi sejumlah besar petani kecil. Namun, sebagian besar orang di dunia mengonsumsi lebih banyak susu dan daging dari yang dibutuhkan dan banyak orang mengkonsumsi lebih dari kebutuhan untuk sehat. Mendapatkan kalori dan protein dari produk hewani merupakan hal yang tidak efisien dari sudut pandang penggunaan sumber daya. Meskipun metode untuk memperkirakan efisiensi bervariasi, bahkan unggas, sumber daging yang paling efisien, berdasarkan metode yang paling komprehensif hanya mengkonversi sekitar 11 persen dari energi pakan ke dalam bentuk makanan manusia. Para peneliti memproyeksikan kenaikan 82 persen dalam konsumsi daging antara tahun 2006 dan 2050 dan dengan menahan pertumbuhan konsumsi oleh kalangan atas dan menengah di dunia akan mengurangi pertambahan lahan pertanian dan emisi gas rumah kaca. Perbedaan besar dalam konsumsi produk hewani antara negara-negara kaya, menunjukkan bahwa strategi ini layak. Sehingga solusi yang mungkin diperlukan tidak untuk menutup kesenjangan makanan tetapi hanya menahan agar tidak bertambah besar. FAO telah memproyeksikan relatif sedikit pertumbuhan konsumsi daging oleh sekitar 2 miliar orang di Sub Sahara Afrika karena kemiskinan dan 1,5 miliar orang di India karena kemiskinan dan budaya. Di wilayah yang tinggi konsumsi dagingnya mungkin  perlu makan lebih sedikit mengkonsumsi daging guna menyediakan ruang di dalam proyeksi FAO untuk miliaran orang di wilayah-wilayah yang mengkonsumsi daging lebih sedikit.

Beralih ke campuran produk hewani yang lebih efisien. Daging merupakan cara yang tidak efisien untuk menghasilkan kalori dan protein yang dapat dimakan. Berdasarkan estimasi rata-rata global, daging sapi hanya mengkonversi 1%  dari energi bruto pakan ternak menjadi makanan bagi manusia. Produksi daging sapi juga diproyeksikan tumbuh lebih dari 92 persen antara tahun 2006 dan 2050, yang berarti membutuhkan lahan pakan lebih besar. Banyak analisis yang tidak memperhatikan inefisiensi ini, karena mereka lebih fokus pada kebutuhan lahan untuk pangan manusia yang dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti jagung dan mengabaikan pertumbuhan kebutuhan rumput pakan. Hanya fokus pada produk tanaman yang dapat dimakan manusia maupun sebagai pakan akan melewatkan dampak lingkungan, sebab dampak akan tinggi apakah hutan atau padang sabana dikonversi menjadi lahan kedelai dan jagung atau rumput.  Menekan pertumbuhan konsumsi daging sapi global akan membantu menjaga kontribusi yang signifikan pada pasokan makanan dan juga mengurangi deforestasi. Pengurangan konsumsi daging global yang ambisius tampaknya layak, karena konsumsi daging sapi per orang di Amerika Serikat dan Eropa telah menurun sekitar sepertiga. Pergeseran konsumsi daging dunia sebesar 20% ke daging lainnya, ikan atau susu akan mencadangkan ratusan juta hektar gudang penyimpan karbon dan manfaat ekosistem lainnya, atau dapat untuk membantu memenuhi permintaan pangan dunia.

Membantu Afrika untuk menurunkan tingkat kelahiran. Jika seluruh wilayah dunia mencapai tingkat kelahiran pengganti pada tahun 2059, maka proyeksi pertumbuhan permintaan pangan akan menurun drastis. Tingkat kelahiran pengganti adalah total tingkat kelahiran -  jumlah rata-rata anak yang lahir per wanita/ibu – dimana suatu populasi menggantikan dirinya sendiri dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa migrasi.  Tingkat kelahiran tersebut sekitar 2,1 anak per wanita di sebagian besar negara, walaupun terjadi juga kematian bayi pada waktu lahir. Sementara itu, sebagian besar wilayah di dunia telah mencapai atau hampir mencapai tingkat kelahiran pengganti, sedangkan di sub Sahara Afrika masih pengecualian, dengan tingkat kelahiran regional 5,4 anak per perempuan. Bahkan dengan pertumbuhan urbanisasi di kawasan itu, diperkirakan tingkat kelahiran anak akan turun menjadi 3,2 pada tahun 2050. Akibatnya, penduduk di wilayah ini diproyeksikan hampir tiga kali lipat dari populasi tahun 2006 yaitu sekitar 2 miliar orang pada tahun 2050. Untuk mencukupi pangan pada  populasi yang lebih tinggi pada pertengahan abad maka produksi kalori tanaman harus meningkat 3,6 kali lebih tinggi dari produksi tahun 2006, meskipun terus tergantung pada impor.


Sumber:


2 komentar:

 
Blogger Templates