Opsi menurunkan emisi gas rumah kaca dari produksi
pertanian
Strategi penyerapan karbon. Strategi penyerapan karbon dengan menggunakan tanah
pertanian telah mendapat banyak perhatian tetapi terbatas pada tingkat
akademisi dan kebijakan mitigasi iklim pertanian, tetapi lebih sulit untuk
mencapainya dibanding perkiraan sebelumnya.
Apakah
perubahan dalam praktik membajak meningkatkan karbon dan mengurangi emisi gas
rumah kaca, hal yang secara ilmiah
belum ada kepastian?. Implikasi perubahan dalam manajemen penggembalaan
terhadap kandungan karbon tanah sangat bervariasi. Beberapa strategi untuk meningkatkan
karbon tanah tidak benar-benar meningkatkan total penyimpanan karbon di darat tetapi hanya memindahkan karbon dari satu lokasi ke
lokasi lainnya, atau mengalihkan karbon dalam biomassa dari penggunaan lain yang bermanfaat, seperti menggunakan sisa tanaman
untuk pakan ternak. Peningkatan karbon tanah dapat menjadi bagian penting dari
strategi untuk meningkatkan produksi tanaman jangka panjang di beberapa wilayah, dan meningkatkan produktivitas pada gilirannya akan membantu untuk meningkatkan karbon tanah. Strategi yang
paling menjanjikan adalah strategi yang segera menghasilkan manfaat ekonomi lainnya, seperti bentuk
agroforestry. Mungkin ada juga strategi untuk
menghutankan kembali lahan yang terdegradasi sambil mengintensifkan lahan
pertanian didekatnya yang keduanya
dapat menyimpan
lebih banyak karbon dan menggunakan sumber daya produktif lebih baik. Memulihkan 5 juta hektar lahan gambut yang dikeringkan dan
ditinggalkan
di Indonesia juga menawarkan janji keuntungan penyerapan karbon yang besar.
Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Input. Dunia yang membutuhkan
lebih banyak pangan, makan
kebijakan
mitigasi iklim pertanian harus fokus pada strategi yang mengurangi emisi gas
rumah kaca per unit pangan, karena akan mengurangi
emisi global. Setidaknya dalam jangka pendek, meningkatkan efisiensi produksi
memberi peluang kuat untuk mengurangi emisi dari
produksi pertanian secara global. Strategi tersebut meliputi:
Memperbaiki
pakan dan kesehatan sapi dan domba. Ruminansia menghasilkan hampir
separuh dari semua emisi pertanian secara
langsung,
tetapi memperbaiki pakan dan kesehatan sapi dapat
mengurangi 2/3 emisi per kilogram susu atau daging
di banyak negara berkembang. Lahan pertanian skala
kecil yang dikombinasi dengan ternak dan tanaman memberikan peluang yang menjanjikan.
Penggunaan pupuk berimbang di seluruh dunia. Meskipun pupuk nitrogen
kurang dimanfaatkan di Afrika, tetapi pupuk ini digunakan secara berlebih di sebagian besar Asia, Amerika
Serikat, dan Eropa, sehingga menyebabkan tingginya emisi dan membuang biaya yang tidak perlu.
Mengurangi emisi dari tanaman padi. Berbagai cara mengairi lahan sawah selama musim tanam dan mengeluarkan
jerami padi dari lahan sawah dapat mengurangi emisi sebesar lebih dari setengah
dibandingkan jumlah emisi dari lahan
sawah yang
tidak menggunakan langkah-langkah tersebut.
Menghindari persaingan dari
bioenergi. Target bioenergi yang lebih besar
akan menambah besar tantangan terhadap
pangan.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat
dan Eropa, telah mencananangkan untuk memasok 10 persen bahan bakar transportasi pada
tahun 2020 dengan biofuel. Memenuhi tujuan global 10 persen
seperti pada tahun 2050 akan menghasilkan kurang
dari 2 persen dari energi dunia yang tersedia tetapi akan memerlukan 32 persen dari energi yang
terkandung dalam semua tanaman global yang diproduksi pada tahun 2010. Tujuan tersebut secara signifikan juga memperluas kesenjangan
pangan, dari
69 persen menjadi sekitar 100 persen. Selain itu, untuk memenuhi tujuan bioenergi yang lebih luas yang International Energy Agency, guna memproduksi 20 persen energi dunia
dari biomas akan memerlukan sejumlah
biomas
setara tidak hanya semua produksi tanaman global pada tahun 2000, tetapi jumlah total tanaman dipanen, rumput , limbah tanaman, dan juga pohon. Beberapa potensi yang ada dengan menggunakan berbagai limbah biomas untuk bioenergi, akan
menghindari persaingan dengan pangan, karbon, dan ekosistem.
Menghentikan penggunaan biofuel berbasis tanaman
untuk transportasi merupakan strategi yang sesuai
dengan pangan masa depan berkelanjutan dan akan menutup kesenjangan kalori tanaman sekitar 14 persen pada tahun 2050.
Dapatkah dunia mencapai tindakan keseimbangan yang besar ini? Penilaian para
peneliti adalah dibawah sadar tetapi penuh harapan. Tantangannya lebih besar
dan lebih kompleks dari yang umum dihargai. Beberapa
solusi umum yang diusulkan berlebihan
penekaannanya atau akan berdampak kecil. Sebaliknya, orang lain layak secara substansial lebih banyak menekankan dibanding yang mereka terima saat ini. Solusi potensial tidak hanya dapat membantu menutup
kesenjangan pangan, tetapi juga menghasilkan manfaat.
Mengurangi kehilangan pangan dan limbah makanan menghemat emisi gas rumah kaca, mengurangi kebutuhan lahan pertanian
baru, energi,
dan air; dan, dalam banyak kasus, menghemat
anggaran negara. Membantu petani kecil untuk memberi pakan sapi lebih efisien akan meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi emisi serta kebutuhan lahan pertanian. Untuk mencapai win
win solution, maka pemerintah, swasta, dan seluruh masyarakat harus bertindak cepat dan dengan penuh keyakinan.
Sumber:
Tim
Searchinger, Craig Hanson,
Janet Ranganathan, Brian Lipinski, Richard Waite, Robert Winterbottom, Ayesha Dinshaw and Ralph
Heimlich ( 2013) http://www.wri.org/publication/creating-sustainable-food-future-interim-findings
Tidak ada komentar:
Posting Komentar