Sistem pertanian dunia menghadapi tindakan penyeimbangan yang besar. Untuk
memenuhi kebutuhan penduduk dunia yang berbeda, secara
bersamaan dunia harus menghasilkan jauh lebih banyak
pangan untuk 9,6 milyar orang pada tahun 2050, memberikan peluang
ekonomi bagi ratusan juta orang miskin di pedesaan yang mata pencahariannya bergantung pada pertanian, dan mengurangi dampak
lingkungan termasuk degradasi ekosistem dan tingginya
emisi
gas rumah kaca. Laporan dari Searchinge dkk. (2013) memberikan analisis
awal tentang lingkup tantangan dan prospek teknis
cara membuat pangan masa depan
berkelanjutan.
Kesenjangan pangan dan implikasinya terhadap keamanan
pangan, emisi gas rumah kaca dan lingkungan
Kelaparan dan lingkup
kesenjangan pangan. Lebih dari 800 juta
penduduk dunia saat ini menderita rawan pangan yang berarti secara berkala
menderita kelaparan. Berdasarkan proyeksi dari tim penulis, dunia menghadapi
senjang 69% antara kalori tanaman yang diproduksi tahun 2006 dan jumlah kalori
yang dibutuhkan pada tahun 2050. Untuk menutup kesenjangan tersebut melalui
peningkatan produksi pangan saja, total produksi pangan perlu ditingkatkan
lebih besar dari 2006 sampai 2050 dibanding jumlah produksi dari tahun 1962
sampai 2006 yaitu sekitar 11% peningkatannya. Pada periode yang sama, produksi
susu dan daging perlu ditingkatkan 40% lebih tinggi dibanding produksi pada
tahun 1962 sampai 2006. Jika penduduk kaya di dunia mengkonsumsi daging dan
produk pangan lain yang diproduksi dengan sumberdaya intensif, maka kesenjangan
pangan menjadi sempit. Namun, karena penduduk kaya berkompetisi dengan penduduk
miskin pada waktu ketersediaan pangan tidak sesuai dengan permintaan, maka penduduk
miskin dunia akan menderita setiap ada senjang antara permintaan dan penawaran.
Tantangan pembangunan
dan kemiskinan. Sekitar 2 milyar
orang berkerja di sektor pertanian dan banyak yang miskin. Untuk mengatasi
kemiskinan ini, maka pertanian harus dikembangkan agar dapat memberikan peluang
ekonomi bagi para petani miskin. Wanita menjadi pekerja utama di sektor
pertanian di negara-negara sedang berkembang. Meningkatkan pendapatan wanita
tani dapat memberikan manfaat tetapi kurang untuk menanggulangi kelaparan, maka
dengan membantu wanita tani merupakan cara efektif untuk mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan keamanan pangan.
Tantangan tata guna
lahan dan keragaman hayati.
Lahan pertanian dan padang rumput mengokupasi hampir 50% tanah di dunia yang
tidak tertutup es/salju, air atau gurun. Ekspansi lahan pertanian dan padang
rumput terus berlanjut yang merupakan sumber penyebab degaradasi lingkungan dan
hilangnya keragaman hayati. Antara tahun 1962-2006, lahan pertanian dan padang
rumput telah diperluas sekitar 500 juta hektar. Konversi hutan, sabana dan
lahan gambut menjadi lahan pertanian memberikan kontribusi emisi gas rumah kaca
global sekitar 11%.
Tantangan hasil
tanaman dan padang rumput. Untuk memenuhi proyeksi kebutuhan produksi
tanaman, hanya dilakukan dengan meningkatkan
produksi dan tanpa memperluas areal
panen
tahunan. Sedangkan rata-rata
hasil
panen perlu meningkat lebih
dari 32
persen pada periode 2006-2050 dibanding rata-rata hasil tanaman periode tahun 1962 sampai 2006.
Meskipun potensi besar tetap pada
peningkatan hasil, maka mempercepat peningkatan hasil merupakan permintaan yang berlebihan. Antara 1962 dan 2006,
sebagian besar petani di dunia mengadopsi benih
varietas unggul dan pupuk, dan lahan sawah beririgasi dapat ditanami dua kali. Saat
ini, hanya sedikit air yang tersisa untuk memperluas irigasi, dan tidak tersedia teknologi baru yang
sama dominannya seperti kurun waktu itu. Perubahan iklim mungkin
juga akan
menekan hasil tanaman secara signifikan, membuat kenaikan hasil tanaman menjadi lambat.
Tantangan penggunaan lahan meluas ke padang rumput, yang menyumbang lebih dari
2/3 lahan pertanian di dunia. Perluasan padang rumput sedikitnya sama dengan
perluasan lahan pertanian yang menyebabkan konversi hutan. Untuk memenuhi
proyeksi permitaan daging dan susu dari sapi dan kambing tanpa perluasan padang
rumput, maka hasil dari padang rumput per hektar perlu ditingkatkan lebih dari
80% pada tahun 2050.
Tantangan perubahan
iklim. Produksi tanaman pangan
dan produk ternak saat ini menyumbang emisi gas rumah kaca sampai 13% atau
sekitar 6,5 giga ton setara CO2 per tahun tanpa menghitung perubahan tata guna
lahan. Bahkan dengan peningkatan
efisiensi karbon dari sektor pertanian, emisi setara CO2 akan mencapai 9,5 giga
ton pada tahun 2050. Jika dikombinasikan dengan perubahan tata guna lahan, maka
emisi dari sektor pertanian dapat mencapai 15 giga ton pada tahun 2050. Sebagai perbandingan,
untuk menahan pemanasan global sampai di bawah 2 ° Celcius, diperkirakan emisi tahunan dunia dari semua sumber harus turun ke
sekitar 21-22 giga ton pada
tahun 2050. Untuk mencapai target ini, sektor
pertanian
harus mengurangi emisi gas walaupun
sedang mempercepat peningkatan produksi.
Tantangan perikanan. Ikan baik dari lautan maupun dari budidaya air tawar
menyumbang 16% protein hewani pada tahun 2009 dan merupakan sumber protein
hewani bagi 1,3 milyar orang di dunia. Saat ini, 57% perikanan laut telah
dieksploitasi dari potensi yang tersedia dan 30% mengalami over eksploitasi dan
cenderung menurun pada masa akan datang, sehingga menghalangi perbaikan
manajemen perikanan. Secara global, tangkapan ikan laut mencapai puncaknya pada
tahun 1990-an, selanjutnya mulai menurun, dan perlu diturunkan lebih lanjut selama
periode tertentu guna memulihkan populasi ikan laut agar mencapai tingkat berkelanjutan.
Kombinasi tantangan. Berbagai tantangan tersebut berinteraksi satu dengan
lainnya. Penangkapan ikan laut berlebihan akan menurunkan ikan yang dapat
ditangkap. Deforestasi mungkin akan berdampak pada iklim regional dan akibatnya
berdampak pada produksi pangan. Jika dibiarkan, perubahan iklim akan mengganggu
pasokan pangan dunia. Bahkan pemanasan global akan berdampak besar pada
negara-negara rawan pangan.
Solusi terhadap tantanganDalam membuat pangan masa depan berkelanjutan, para
peneliti mengeksplorasi berbagai solusi potensial yang dapat mendekatkan
kesenjangan pangan tahun 2050. Setiap solusi berkontribusi atau sedikitnya
tidak mengganggu 5 kriteria kunci keberlanjutan yaitu memajukan pembangunan
pedesaan, menghasilkan manfaat bagi wanita, melindungi ekosistem, menurunkan
emisi gas rumah kaca dan menghindari penggunaan berlebihan dan menyebabkan
polusi air tawar. Solusi tersebut dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu: 1)
Solusi yang membantu menutup kesenjangan pangan dengan menurunkan pertumbuhan
konsumsi pangan tetapi tetap menjaga kesejahteraan manusia; 2) Solusi yang
membantu menutup kesenjangan pangan dengan meningkatkan produksi dari lahan
pertanian yang ada; dan 3) Solusi yang tidak saja memproduksi pangan lebih
banyak tetapi juga menurunkan dampak produksi pangan terhadap lingkungan,
khususnya emisi gas rumah kaca.
Sumber:
Tim
Searchinger, Craig Hanson,
Janet Ranganathan, Brian Lipinski, Richard Waite, Robert Winterbottom, Ayesha Dinshaw and Ralph
Heimlich ( 2013) - http://www.wri.org/publication/creating-sustainable-food-future-interim-findings
Tidak ada komentar:
Posting Komentar