Social Icons

Pages

Selasa, 06 Maret 2018

Perbaikan irigasi mengurangi kesenjangan pangan



Menurut para ilmuwan, jika semua petani menerapkan metode pengelolaan air, produksi pangan global dapat meningkat sekitar 41 persen. Para peneliti yang menulis sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters menyatakan bahwa strategi pengelolaan air yang ambisius dapat meningkatkan perbaikan irigasi dan dapat mengurangi separuh kesenjangan pangan dunia. Hal ini merupakani potensi peningkatan hasil panen yang dapat menyediakan setengah kalori yang dibutuhkan untuk memberantas kelaparan di seluruh dunia pada tahun 2050. Untuk mengukur dampak teknik pengelolaan air-tanaman, model ini mempertimbangkan hujan dan data iklim lainnya dari tahun 1901 sampai 2009 dan mensimulasikan berbagai skenario perbaikan irigasi, konservasi kelembaban tanah dan pemanenan air hujan. Berdasarkan skenario yang paling optimis, produksi dapat meningkat lebih dari 55 persen di banyak wilayah sungai antara Timur Tengah, Asia Tengah, China, Australia, Afrika Selatan dan Amerika Utara dan Selatan.

Peter McCornick, wakil direktur jenderal Institut Manajemen Air Internasional (IWMI) di Sri Lanka, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan: Pesan yang saya ambil dari makalah ini adalah bahwa dengan pengelolaan air yang lebih baik, secara teoritis memungkinan untuk meningkatkan produksi pangan tanpa memperluas luas lahan yang ditanami. McCornick menambahkan bahwa LSM dan organisasi petani dapat menggunakan temuan ini untuk melobi pemerintah agar memperbaiki praktik pengelolaan air, mempromosikan teknik seperti melestarikan kelembaban tanah melalui mulsa, mengumpulkan air limpasan, menggali lubang penangkap air, terasering dan memperbaiki peralatan irigasi. Pembiayaan perubahan tersebut memerlukan dukungan dari pembuat kebijakan, kata penulis utama Jonas Jägermeyr, seorang ahli geografi di Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman. Namun, pengelolaan air pertanian benar-benar telah hilang dari Sasaran Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDG). McCornick setuju ada masalah dengan SDG. Misalnya, penggunaan air yang efektif dapat berkontribusi terhadap Sasaran 2 mengenai kelaparan, keamanan pangan, nutrisi dan pertanian berkelanjutan, namun pengelolaan air tanaman tidak disebutkan secara eksplisit.

Assefa Melesse, seorang peneliti lingkungan di Florida International University di Amerika Serikat, mengatakan bahwa model tersebut berguna, namun perlu kehati-hatian tentang kesimpulan tersebut diatas. Pengelolaan air dapat meningkatkan produksi, namun teknologi saja dapat mengecewakan dalam banyak kasus, karena isu lain akan membayangi signifikansinya. Misalnya, degradasi lahan dapat mengurangi keefektifan upaya pengelolaan air. Selain itu mengenalkan infrastruktur air dapat memicu konflik politik mengenai siapa yang mengendalikan sumber daya penting tersebut. Beberapa proyek pengelolaan air telah dirancang dengan buruk dan yang lainnya terbukti terlalu mahal untuk dipelihara dari waktu ke waktu, dengan alasan bahwa upaya semacam itu harus direncanakan di tingkat masyarakat untuk mempertimbangkan tantangan dan preferensi lokal.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates