Social Icons

Pages

Jumat, 09 Oktober 2015

Meningkatkan Panen Air Hujan



Banyak daerah yang mengalami kekeringan, juga memiliki curah hujan yang berlebihan selama musim hujan. Seandainya air hujan tersebut disimpan, maka akan tersedia air yang cukup untuk mengairi lahan petani sepanjang musim kemarau. Menangkap air hujan dan menyimpannya sebagai air permukaan disebut pemanenan air hujan. Dengan melestarikan air hujan, petani dapat memperluas lahan usahataninya yang dapat diairi, bercocok tanam di musim kemarau, mendukung budidaya ternak dan bahkan mengisi ulang air tanah. Hal Ini berarti akan dapat menyediakan pangan yang lebih baik bagi keluarganya dan pendapatan yang lebih tinggi.  Selain itu, air hujan yang disimpan dapat membantu penyediaan air bagi kebutuhan rumah tangga petani. Sistem pemanenan air hujan dapat dilakukan secara ex-situ atau in-situ. Ex-situ, merupakan pemanenan air hujan yang mengacu pada struktur yang dibangun untuk menangkap air hujan. Hal ini bisa bentuk kolam, tangki, atau waduk dan dapat dimiliki secara individu atau komunal atau oleh pemerintah. Semua bentuk dan ukuran tergantung pada jumlah curah hujan dan ukuran lahan yang tersedia, kesesuaian lokasi serta kebutuhan petani. Beberapa petani berhasil mendanai pembangunan kolam penampung air huja secara mandiri, namun sebagian petani memerlukan bantuan pemerintah maupun swasta atau LSM. Ada praktek lain yang membantu melestarikan air hujan karena jatuh di hamparan lahan usahatani. Dengan membangun pematang atau teras di lahan usahatani akan meningkatkan retensi kelembaban tanah dan membuat air hujan tersedia sekitar tanaman. Hal ini dikenal sebagai pemanenan air hujan in-situ.

Saat ini, areal sawah tadah hujan memiliki kontribusi lebih dari 75 persen dari seluruh lahan pertanian di dunia. Prevalensi usahatani di sawah tadah hujan ini memberikan kasus yang menarik yaitu mengapa kita harus menggunakan curah hujan lebih efisien untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengambil beberapa prakiraan dari perubahan iklim yang menyebabkan  variabilitas perubahan pola curah hujan. Panen air hujan,  merupakan tradisi lama yang seumur dengan peradaban penduduk dunia, dapat membantu kita menavigasi melalui beberapa ketidakpastian curah hujan yang akan kita hadapi di abad ke-21. Dengan pendekatan teknologi rendah,  fleksibilitas desain, dan mudah diaplikasikan, maka pemanenan air hujan tetap populer, dan dapat dipraktekkan secara luas. Panen air hujan populer dan dipraktekan di beberapa tempat seperti Brasil, Amerika Serikat, Sierra Leone, Etiopia, dan India. Menurut Anil Jain, ahli air India dalam the Agriculture and Ecosystems Blog, teknologi lama/kuno telah dimodifikasi dengan IPTEK baru dan dilengkapi dengan teknologi modern guna memperbaiki panen air hujan.

Panen air hujan terpadu
Salah satu inovasi yang paling menarik adalah karya pakar panen air hujan Amerika Serikat, Brad Lancaster, yaitu sitem panen air hujan terintegrasi, yang memanen sinar matahari, angin, bayangan dan hujan. Sistem ini memberikan beberapa manfaat bagi petani. Menurut Lancaster, di wilayah gersang barat daya Amerika Serikat, tanaman yang ditumbuhkan dengan tirai matahari ke arah barat dan bayangan tanaman ke arah timur dari sinar matahari siang yang panas, menggunakan air 25-50% lebih sedikit dibanding tanaman yang ditumbuhkan tanpa tabir surya Barat. Lancaster mengatakan jika ditanam tanaman yang kuat, asli daerah, pohon dan semak yang dapat memberikan naungan terhadap tanaman, maka tanaman pelindung tersebut dapat mengurangi efek pengeringan oleh angin pada tanaman, mengurangi erosi tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air hujan.

Penyimpanan yang efisien
Menurut ahli, ada inovasi lain yaitu penyimpanan air yang lebih efisien. Dalam iklim kering dan semi-kering di mana radiasi matahari sangat intens dan penguapan  tinggi, maka penyimpanan air pada permukaan lahan seperti waduk dapat mengalami kehilangan air skala besar. Menanggapi hal ini, Jain menyatakan bahwa semakin banyak masyarakat di seluruh India – sekitar 100 juta hektar dari sekitar 180 juta hektar lahan tetap dalam kondisi sawah tadah hujan - yang menyuntikkan air hujan yang telah dipanen ke dalam akuifer bawah tanah untuk meningkatkan cadangan air.  Mengisi ulang air tanah secara bertahap sangat penting, karena akuifer yang diisi ulang dapat menjadi sumber air irigasi dalam jangka panjang tanpa risiko penguapan. Namun penyimpanan air hujan di bawah tanah mungkin tidak menjadi pilihan bagi petani subsisten dengan pemilikan lahan yang kecil. Dalam kondisi seperti ini, ahli panen air hujan dari Etiopia, Ato Hune Nega, menyatakan bahwa air hujan juga dapat disimpan dengan cara menggabungkan seluruh air hujan pada beberapa petak sawah yang lokasinya strategis yang berfungsi sebagai bank air. Pendekatan ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman, meningkatkan kelembaban tanah, dan membantu pengisian pasokan air tanah, serta mengurasi erosi tanah. Untuk meningkatkan kemampuan tanah dapat menahan atau menyimpan air hujan, para ahli merekomendasikan penggunaan  mulsa pada permukaan lahan guna menjaga kelembaban dan mengurangi penguapan dari dampak suhu udara yang ekstrim.

Mengatasi masalah pendanaan
Panen air hujan untuk irigasi memiliki beberapa bawaan penghematan biaya, tidak memerlukan perlakuan khusus untuk pengairan pada tanaman pangan. Namun demikian, pendanaan dan komitmen akan menjadi masalah ketika prospek scaling-up pemanenan air hujan pada tingkat yang lebih luas yang mencakup  investasi awal dalam infrastruktur, pelatihan personil,  biaya pemeliharaan dan uang tunai. Pendanaan untuk panen air hujan dapat diatasi dengan kerjasama pemerintah dan LSM, koperasi pertanian (jika masih ada), pemerintah daerah, BUMN, CSR dari perusahaan besar, dll. Untuk petani skala usahatani kecil, pendanaan dapat dilakukan dalam kelompok tani kecil sekitar 10 orang dengan memanfaatkan bahan bangunan lokal dan biaya dibantu bank.

Kekhawatiran untuk dipertimbangkan
Ketika pilihan perbaikan penyimpanan dan skema panen air hujan terpadu telah dimulai, apakah ada perubahan yang sesuai dalam praktek usahatani skala kecil yang harus dilakukan agar efektif memanfaatkan air hujan yang dipanen? Menurut Lancaster, kita harus memilih tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim. Berdasarkan proyeksi jangka panjang tentang perkiraan penurunan curah hujan abad ini, maka penggunaan tanaman yang memerlukan sedikit air perlu ditingkatkan. Sementara itu, air hujan yang disimpan di permukaan juga berpotensi memperburuk risiko kesehatan masyarakat di beberapa bagian dunia karena waduk atau kolam tersebut merupakan tempat ideal berkembangnya nyamuk malaria. Namun, dengan adanya tindakan pencegahan seperti menutup penyimpan air hujan dan melindungi air dari terpaan sinar matahari secara langsung, dapat mengurangi berkembangnya nyamuk.

Menyebarkan informasi
Jika diimplementasikan secara cerdas dan sesuai dengan iklim dan kondisi geografis, pemanenan air hujan dapat berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan aksesterhadap air tanah.  Tapi meskipun fakta tersebut telah dipraktekkan selama ribuan tahun di seluruh dunia, pemanenan air hujan masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan dan pengembangan kapasitas masyarakat tentang pemanenan air hujan. Setiap orang akan tahu, bagaimana sistem berkerja – apa yang harus dilakukan, apa yang harus tidak dilakukan, dan mengapa- maka masyarakat dapat bertindak karena telah terinfokan.


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates