Social Icons

Pages

Rabu, 01 November 2017

Meningkatnya penggunaan air tanah berlebihan akan mengganggu harga pangan



Meningkatnya penggunaan air tanah untuk irigasi merupakan ancaman utama bagi ketahanan pangan global dan dapat menyebabkan meningkatnya harga makanan pokok. Dari tahun 2000 sampai 2010, jumlah air tanah yang tidak terbarukan yang digunakan untuk irigasi meningkat seperempatnya (artikel di Nature, 30 Maret 2017). Selama periode yang sama, China telah melipatgandakan penggunaan air tanahnya. Artikel pada Nature tersebut menemukan bahwa 11 persen ekstraksi air tanah untuk irigasi terkait dengan perdagangan pertanian. Di beberapa wilayah, misalnya di California Tengah atau Barat Laut India, tidak ada cukup curah hujan atau air permukaan yang tersedia untuk menanam tanaman seperti jagung atau padi, maka dari itu para petani menggunakan air tanah untuk sumber pengairan tanaman mereka.

Artikel ini membahas masalah utama fokus pada kasus di mana waduk bawah tanah atau akuifer, telah digunakan secara berlebihan. Menurut Carole Dalin, penulis utama dan peneliti senior di Institute for Sustainable Resources di University College, London, menyatakan bahwa ketika sebuah negara mengimpor jagung dari Amerika Serikat yang dibudidayakan dengan air tanah yang tidak terbarukan, maka sesungguhnya negara tersebut juga  mengimpor air tanah yang tidak terbarukan. Tanaman seperti padi, gandum, kapas, jagung, tebu dan kedelai sangat bergantung pada penggunaan air yang tidak berkelanjutan. Umumnya tanaman-tanaman tersebut dibudidayakan di negara-negara yang paling beresiko yaitu di Timur Tengah dan Afrika Utara serta China, India, Meksiko, Pakistan dan AS yang paling berisiko. Menurut Yoshihide Wada, deputy director of the International Institute for Applied Systems Analysis’s Water Programme, Luxenburg, Austria, menyatakan bahwa sebagian wilayah di Pakistan dan India terkena dampaknya akibat berkurangnya air tanah dan mengekspor produk pertanian yang dibudidayakan dengan air tanah yang tidak berkelanjutan. Iran sama-sama mengekspor dan mengimpor, serta Filipina mengimpor dari Pakistan, yang tidak berkelanjutan. Cina banyak mengimpor dari India. Jepang dan Indonesia mengimpor, terutama dari AS.

Pertanian adalah pengguna air tanah terbanyak, yang mencakup lebih dari 80-90 persen air irigasi di negara-negara seperti India, Pakistan dan Iran. Para periset mengatakan perlu diprioritaskan regulasi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan mengembangkan pemantauan. Pemerintah harus berinvestasi di infrastruktur irigasi yang lebih baik seperti irigasi sprinkler dan mengenalkan rotasi tanaman untuk meminimalkan penggunaan air tanah. Wada menyarankan untuk menciptakan kesadaran dengan memasang label air, sesuai dengan label makanan, yang menunjukkan berapa banyak air yang digunakan di dalam negeri dan di luar negeri dalam proses produksi dan apakah jumlah air ini berasal dari sumber yang berkelanjutan atau tidak berkelanjutan.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates