Riset interdisiplin sedang populer saat ini.
Dari pembuat kebijakan dan penyandang dana sampai para antropolog dan ahli
biologi - semua orang tampaknya bersatu dalam pandangan bahwa riset interdisiplin
akan memandu mencari solusi untuk permasalahan besar kita. Namun meskipun
kesepakatan tentang kebajikan kolaborasi yang lebih besar antara berbagai
disiplin ilmu, konsensus bahwa riset interdisiplin sulit untuk melebur seperti
lazimnya. Dalam pertemuan Euro Science Open Forum di Manchester, Inggris, muncul
isu bahwa wabah baru penyakit menular seperti Zika dan Ebola menunjukkan
kesulitan menerapkan temuan ilmiah di tingkat lokal di negara-negara yang
terkena dampak penyakit. Para delegasi menekankan perlunya ilmuwan alam untuk
bekerja dengan para ilmuwan sosial untuk mencari solusi teknis dan memastikan
bahwa hasil riset yang relevan dan ditindaklanjuti dalam berbagai konteks. "Sasaran
Pembangunan Berkelanjutan tidak dapat dicapai kecuali kita mengintegrasikan
ilmu-ilmu sosial dan ilmu alam," kata Peter Gluckman, kepala penasihat
sains untuk Selandia Baru. Ada kebutuhan yang kuat untuk memadukan ilmu sosial
dan humaniora dengan ilmu alam guna mengatasi isu-isu global. Selama satu sesi,
peserta pertemuan mendengar bahwa agar institusi akademik dapat sepenuhnya membuat
agenda riset yang berorientasi solusi guna mengatasi masalah global yang
kompleks, maka organisasi riset harus mengevaluasi kembali mekanisme
review-dan-reward yang telah ada.
Robert Jan Smit, Direktur
Jenderal untuk riset dan inovasi pada Komisi Eropa, menjelaskan bahwa saat ini
arsitektur untuk riset interdisiplin serius mengancam kemampuan peneliti untuk
mengatasi masalah seperti kemiskinan dan berkontribusi untuk pembangunan
global. "Isu mendasar dalam Sains Barat adalah sistem reward dan
penilaian," katanya. "Selama akademisi terus memberi pernghargaan
kepada orang-orang untuk tetap dalam disiplin ilmu mereka, kita tidak akan
mendapatkan perubahan yang diperlukan untuk masalah semacam ini." Selama
sesi pada apa yang mendorong keunggulan interdisiplin, peneliti dari seluruh
Eropa mengamati proses peer review tradisional sebagai penyebab kekhawatiran di
antara para peneliti yang terlibat dalam riset interdisiplin. Banyak peneliti
khawatir bahwa referee tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk secara
akurat menilai dampak makalah hasil riset atau metodologi, menghalangi peneliti
interdisiplin dari jurnal ilmiah berdampak tinggi dan kemudian mengabaikan
insentif bagi peneliti unggulan dari kesesatan keluar dari batas-batas disiplin
ilmu mereka sendiri.
Hasil pembicaraan dengan Wilhelm Krull, sekretaris jenderal dari
Volkswagen Foundation, yang mengatakan akan selalu ada permintaan yang besar
untuk akademis dalam memproduksi pengetahuan, tetapi para peneliti dan lembaga harus terbuka untuk percobaan yang hati-hati guna
mengakomodasi pergeseran ke arah riset interdisiplin. Percobaan, katanya, tidak harus melakukan jauh dari panel ahli tetapi sebaiknya membuat seluruh proses lebih transparan dan partisipatif.
Krull menambahkan bahwa membuka proses peer review untuk
anggota masyarakat sipil, serta orang lain yang mungkin tertarik, akan membantu
memodernisasi proses itu sendiri dan memastikan bahwa riset interdisiplin sepenuhnya didukung dan para
peneliti disediakan dengan kredit mereka
yang jatuh tempo.
The conference left me with a strong impression that the current research environment subtly discourages interdisciplinary research. Given the role of such research in solving the nexus of challenges around poverty reduction, climate change and economic growth, this is a serious problem. Research organisations can borrow tools from interdisciplinary research to address unintentional institutional bias against the emerging field. Surely, opening up traditionally closed and internal processes such as peer review to groups with other ways of thinking, including those outside of academic institutions, can help foster important discussions and solutions while making research more relevant and accountable. Konferensi ini memberi kesan yang kuat bahwa lingkungan riset saat ini kurang mendukung riset interdisiplin. Mengingat peran riset tersebut dalam memecahkan tantangan serius seperti halnya pengurangan kemiskinan, perubahan iklim dan pertumbuhan ekonomi. Organisasi riset dapat meminjam alat dari riset interdisiplin untuk mengatasi penyimpangan institusional yang tidak disengaja terhadap bidang riset yang muncul. Tentunya, membuka kebiasaan tertutup dan proses internal seperti peer review terhadap kelompok dengan cara berpikir lain, termasuk yang di luar lembaga akademik, dapat membantu mendorong diskusi penting dan solusi sehingga membuat riset lebih relevan dan akuntabel.
The conference left me with a strong impression that the current research environment subtly discourages interdisciplinary research. Given the role of such research in solving the nexus of challenges around poverty reduction, climate change and economic growth, this is a serious problem. Research organisations can borrow tools from interdisciplinary research to address unintentional institutional bias against the emerging field. Surely, opening up traditionally closed and internal processes such as peer review to groups with other ways of thinking, including those outside of academic institutions, can help foster important discussions and solutions while making research more relevant and accountable. Konferensi ini memberi kesan yang kuat bahwa lingkungan riset saat ini kurang mendukung riset interdisiplin. Mengingat peran riset tersebut dalam memecahkan tantangan serius seperti halnya pengurangan kemiskinan, perubahan iklim dan pertumbuhan ekonomi. Organisasi riset dapat meminjam alat dari riset interdisiplin untuk mengatasi penyimpangan institusional yang tidak disengaja terhadap bidang riset yang muncul. Tentunya, membuka kebiasaan tertutup dan proses internal seperti peer review terhadap kelompok dengan cara berpikir lain, termasuk yang di luar lembaga akademik, dapat membantu mendorong diskusi penting dan solusi sehingga membuat riset lebih relevan dan akuntabel.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar