Social Icons

Pages

Jumat, 11 September 2015

15 Inovasi Pertanian Untuk Melestarikan Lingkungan Hidup



Pertanian memberikan pangan untuk seluruh penduduk dunia dan pendapatan bagi lebih satu milyar orang. Inovasi sederhana untuk mengurangi limbah pangan atau membantu penduduk miskin perkotaan menjadi mandiri pangan, dapat membantu pertanian menyediakan pangan dunia tanpa merusak planet bumi.  Kelimabelas inovasi tersebut telah dimanfaatkan oleh petani, peneliti, ilmuwan, aktivis, politisi dan pengusaha, serta mempromosikan lingkungan hidup yang lebih sehat dan keamanan pangan pada masa depan.

Inovasi-inovasi tersebut adalah sebagai berikut 1) Penjaminan hak untuk memperoleh pangan. Sekitar 1 milyar penduduk dunia mengalami kelaparan kronis dan 98% diantaranya hidup di negara berkembang. Untuk menanggulangi bencana kelaparan pada masyarakat pedesaan dan pinggiran kota, pemerintah Brasil mengoperasikan Food Acquisition Program, yang didanai oleh organisasi lokal termasuk rumah sakit, pusat rehabilitasi dan sekolah, untuk membeli dan membagikan buah-buahan, sayuran, dan produk hewan ternak dari petani kecil di wilayah mereka; 2) Memanfaatkan potensi nutrisi dan ekonomi sayuran. Defisiensi nutrisi mikro, termasuk kekurangan vitamin A, Yodium, dan zat besi, berdampak negatif terhadap satu milyar orang di dunia dan sebagian tidak ada dalam menu makan penduduk. Slow Food International telah melakukan perluasan menu makan dan melestarikan keanekaragaman hayati, dengan cara membantu para petani menanam varietas lokal dan indigenus untuk tanaman buah dan sayuran, menyelenggarakan lokakarya memasak, dan membantu produsen mendapatkan akses ke sumber benih tradisional; 3) Menurunkan limbah makanan. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan bahwa sekitar 1/3 pangan yang diproduksi atau sekitar 1,3 milyar ton per tahun untuk konsumsi penduduk dunia telah hilang atau terbuang percuma. Di kota New York, City Harvest telah mengumpulkan hampir 28 juta pon kelebihan makanan setiap tahun dari restoran, pedagang, kafetaria perusahaan, produsen, dan peternakan dan memberikan ke sekitar 600 program makanan lokal; 4) Memberi makan kota. Rumah tangga miskin perkotaan menghabiskan 60-80 % dari pendapatan mereka untuk membeli pangan sehingga menempatkan mereka pada risiko kelaparan atau kekurangan gizi ketika harga pangan naik atau pendapatan mereka turun. LSM Solidarités dari Perancis telah memberikan pelatihan, benih dan kantung plastik  kepada wanita di Kibera, sebuah daerah kumuh perkotaan di Nairobi, Kenya, untuk menanam sayuran secara Vertical Farming, yang merupakan cara efisiensi ruang untuk meningkatkan ketahanan pangan di perkotaan; 5) Mendapatkan produksi tanaman lebih banyak per lubang. Jutaan petani, termasuk mayoritas petani di daerah Sub-Sahara Afrika, tergantung pada curah hujan untuk menyirami tanamannya, dimana curah hujan diprediksi oleh para ahli iklim akan berkurang pada beberapa dekade mendatang. Salah satu upaya untuk mengairi lahan pertanian telah dilakukan oleh perusahaan Swasta Internasional melalui sistem irigasi sederhana dan murah untuk petani di Zambia, India, dan negara-negara lainnya. Sistem pompa pedal yang menarik air dari bawah tanah tanpa menggunakan bahan bakar fosil dan seperangkat irigasi tetes yang harganya hanya US $ 5 untuk mengairi lahan seluas 20 meter persegi; 6) Menggunakan pengetahuan petani untuk riset dan pengembangan. Banyak riset pertanian dan program pembangunan yang tidak melibatkan petani kecil dalam menciptakan inovasi teknologi. Tetapi di Kenya, Program Pengembangan Muyafwa, dengan bantuan dari Amerika Serikat melalui Proyek World Neighbors nirlaba telah melibatkan petani lokal dalam menguji lapang varietas unggul baru ubijalar dibandingkan dengan varietas lokal setempat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik khususnya tentang produktivitas, rasa, daya simpan, dan ketahanan dari setiap varietas; 7) Memperbaiki kesuburan tanah. Setiap tahun, lebih dari 29 juta hektar lahan pertanian atau cukup untuk menanam 20 juta ton bijian, telah berubah menjadi gurun atau padang gersang. Untuk mengatasi degradasi lahan tersebut, ICRISAT telah melatih para petani di Mali dan Nigeria tentang aplikasi pupuk dengan jumlah yang proporsional terhadap tanaman mereka pada saat tanam atau segera setelah tanam. Perlakuan ini telah dapat meningkatkan produktivitas sorgum dan milet antara 44-120 %.

Inovasi berikutnya adalah 8) Melindungi biodiversitas pangan lokal. Berdasarkan pengkajian dari Millennium Ecosystem Assessment, sekitar ¼ spesies tanaman yang dikenal atau sekitar 60.000-100.000 spesies, dalam kondisi terancam kepunahan, sedangkan kedelai, gandum dan jagung menjadi lebih dikenal penduduk dalam menu makan mereka sehari-hari. Di Norwegia, Svalbard Global Seed Vault telah melindungi ribuan benih varietas petani di negara berkembang yang dapat digunakan untuk membantu menanam ulang akibat serangan penyakit, iklim, atau konflik; 9) Mengatasi Perubahan Iklim dan Membangunan Ketahanan. Perubahan iklim global akan berdampak negatif terhadap pertanian yaitu mengurangi kesuburan tanah dan mengurangi hasil panen. Untuk mengatasi dampak tersebut dan degradasi lahan yang telah terjadi, para petani di Nigeria telah menanam hampir 5 juta hektar pohon yang dapat menghemat air, mencegah erosi tanah, dan menyerap karbon, sehingga membuat pertanian mereka lebih produktif dan tahan kekeringan tanpa menggunakan bahan kimia; 10) Memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan petani wanita. Petani wanita menghadapi berbagai kendala, termasuk kurangnya akses ke teknologi informasi, pelatihan pertanian, jasa keuangan, dan dukungan seperti koperasi atau serikat perdagangan. The Self Employed Women’s Association (SEWA), sebuah serikat pekerja perempuan di India yang berdiri tahun 1992, telah banyak membantu kaum miskin, membantu wanita wiraswasta mencapai kesempatan kerja penuh dan mandiri dengan cara menghubungkan para wanita tersebut dengan pasar, bank, koperasi, dan kelompok-kelompok swadaya; 11) Berinvestasi di Afrika. Pemerintah dan investor swasta memperoleh sebagian besar wilayah lahan pertanian di seluruh dunia dengan biaya yang sangat rendah atau mungkin malah gratis, terutama di Afrika dan Asia dan sering menggusur masyarakat adat. Dalam Ethiopia Rift Valley, petani Afrika dan perusahaan investasi asing telah berkompromi dalam hal - petani menanam kacang hijau untuk pasar Belanda selama bulan-bulan musim dingin Eropa, tetapi menanam jagung dan tanaman lainnya untuk konsumsi lokal selama bulan yang tersisa; 12) Membuat jalan baru untuk menghilangkan kelaparan. Tindakan reaktif terhadap kelaparan dan bencana alam, termasuk pengiriman paket makanan yang dilengkapi vitamin, sering dapat mengganti langkah-langkah pencegahan seperti investasi dalam sistem pertanian berkelanjutan atau membangun infrastruktur untuk mengangkut makanan kepada masyarakat terpencil di negara berkembang. Program Pangan Dunia PBB telah mengembangkan Purchase for Progress Program, yang membeli produk segar langsung dari petani lokal dan mendistribusikan sebagai bantuan pangan baik di dalam negeri dari petani tersebut atau penduduk luar negeri; 13) Memperbaiki Produksi Pangan dari Ternak. FAO memperkirakan 21% dari keturunan ternak dunia akan punah. Tetapi di India, petani di Andhra Pradesh telah memperbaiki kualitas pakan mereka dengan menggunakan rumput, sorgum, brangkasan, dan dedak untuk menghasilkan lebih banyak susu dari sejumlah ternak. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan dapat memberikan penghasilan tanpa merusak lingkungan; 14) Melampaui produksi. Meskipun kelangkaan dan kelaparan mendominasi diskusi ketahanan pangan di negara-negara berkembang, terutama di Sub-Sahara Afrika, tetapi ada banyak negara yang mengalami surplus pangan dan menyebabkan rendahnya harga komoditas serta melimpahnya limbah makanan. Di Uganda, organisasi TechnoServe telah membantu memperbaiki kondisi pasar bagi petani pisang dengan membentuk kelompok-kelompok bisnis di mana mereka dapat membeli input, menerima saran teknis, dan menjual hasil panen mereka secara kolektif; 15) Eko-pertanian bergerak ke jalur utama. Praktek-praktek pertanian yang menekankan peningkatan produksi telah memberi kontribusi pada degradasi lahan, tanah, satwa liar, dan ekosistem lokal, dan akhirnya merugikan mata pencaharian petani yang bergantung pada sumber daya alam. Peternak dan petani di Dimbangombe, di Zimbabwe barat, telah menjadikan 20.000 hektar padang rumput yang terdegradasi untuk dipelihara secara komunal dimiliki, ditanami rumput kembali dan merumput, dan dirawat dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memulihkan areal tanaman dan satwa liar di daerah itu menjadi areal budidaya ternak yang berkelanjutan.

Kelimabelas inovasi tersebut diatas dan upaya lainnya bertujuan untuk membuat pertanian menjadi sumber pendapatan yang sehat dan stabil,  yang pemeliharaannya perlu terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang serta perlu diteruskan kepada generasi berikutnya sambil memastikan bahwa upaya tersebut  menuju keberlanjutan.

Sumber:
http://www.worldwatch.org/15-agricultural-innovations-protecting-environment-earth-day

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates