Pertanian memberikan
pangan untuk seluruh penduduk dunia dan pendapatan bagi lebih satu milyar
orang. Inovasi sederhana untuk mengurangi limbah pangan atau membantu penduduk
miskin perkotaan menjadi mandiri pangan, dapat membantu pertanian menyediakan
pangan dunia tanpa merusak planet bumi. Kelimabelas
inovasi tersebut telah dimanfaatkan oleh petani, peneliti, ilmuwan, aktivis,
politisi dan pengusaha, serta mempromosikan lingkungan hidup yang lebih sehat
dan keamanan pangan pada masa depan.
Inovasi-inovasi
tersebut adalah sebagai berikut 1) Penjaminan
hak untuk memperoleh pangan. Sekitar 1 milyar penduduk dunia mengalami
kelaparan kronis dan 98% diantaranya hidup di negara berkembang. Untuk menanggulangi
bencana kelaparan pada masyarakat pedesaan dan pinggiran kota, pemerintah
Brasil mengoperasikan Food Acquisition
Program, yang didanai oleh organisasi lokal termasuk rumah sakit, pusat
rehabilitasi dan sekolah, untuk membeli dan membagikan buah-buahan, sayuran,
dan produk hewan ternak dari petani kecil di wilayah mereka; 2) Memanfaatkan
potensi nutrisi dan ekonomi sayuran. Defisiensi nutrisi mikro, termasuk
kekurangan vitamin A, Yodium, dan zat besi, berdampak negatif terhadap satu
milyar orang di dunia dan sebagian tidak ada dalam menu makan penduduk. Slow Food International
telah melakukan perluasan menu makan dan melestarikan keanekaragaman hayati, dengan cara membantu
para petani menanam varietas lokal
dan indigenus untuk
tanaman buah dan sayuran, menyelenggarakan lokakarya memasak,
dan membantu produsen
mendapatkan akses ke sumber benih
tradisional; 3)
Menurunkan limbah makanan. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan
bahwa sekitar 1/3 pangan yang diproduksi atau sekitar
1,3 milyar ton per tahun untuk konsumsi penduduk dunia telah hilang atau
terbuang percuma. Di kota New York,
City Harvest telah mengumpulkan hampir 28 juta pon kelebihan
makanan setiap tahun dari restoran, pedagang, kafetaria
perusahaan, produsen, dan peternakan dan memberikan ke sekitar 600 program makanan
lokal; 4) Memberi makan kota. Rumah
tangga miskin perkotaan menghabiskan 60-80 % dari pendapatan mereka untuk
membeli pangan sehingga menempatkan mereka pada risiko kelaparan atau
kekurangan gizi ketika harga pangan naik atau pendapatan mereka turun. LSM Solidarités dari Perancis telah
memberikan pelatihan, benih dan kantung plastik
kepada wanita di Kibera, sebuah daerah kumuh perkotaan di Nairobi,
Kenya, untuk menanam sayuran secara Vertical Farming, yang merupakan cara
efisiensi ruang untuk meningkatkan ketahanan pangan di perkotaan; 5) Mendapatkan
produksi tanaman lebih banyak per lubang. Jutaan petani, termasuk mayoritas
petani di daerah Sub-Sahara Afrika, tergantung pada curah hujan untuk menyirami
tanamannya, dimana curah hujan diprediksi oleh para ahli iklim akan berkurang
pada beberapa dekade mendatang. Salah satu upaya untuk mengairi lahan pertanian
telah dilakukan oleh perusahaan Swasta Internasional melalui sistem irigasi
sederhana dan murah untuk petani di Zambia, India, dan negara-negara lainnya.
Sistem pompa pedal yang menarik air dari bawah tanah tanpa menggunakan bahan
bakar fosil dan seperangkat irigasi tetes yang harganya hanya US $ 5 untuk
mengairi lahan seluas 20 meter persegi; 6)
Menggunakan pengetahuan petani untuk
riset dan pengembangan. Banyak riset pertanian dan program pembangunan yang
tidak melibatkan petani kecil dalam menciptakan inovasi teknologi. Tetapi di
Kenya, Program Pengembangan Muyafwa, dengan bantuan dari Amerika Serikat
melalui Proyek World Neighbors nirlaba telah melibatkan petani lokal dalam
menguji lapang varietas unggul baru ubijalar dibandingkan dengan varietas lokal
setempat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik khususnya tentang
produktivitas, rasa, daya simpan, dan ketahanan dari setiap varietas; 7) Memperbaiki
kesuburan tanah. Setiap tahun, lebih dari 29 juta hektar lahan pertanian
atau cukup untuk menanam 20 juta ton bijian, telah berubah menjadi gurun atau
padang gersang. Untuk mengatasi degradasi lahan tersebut, ICRISAT telah melatih para petani di Mali dan Nigeria tentang
aplikasi pupuk dengan jumlah yang proporsional terhadap tanaman mereka pada
saat tanam atau segera setelah tanam. Perlakuan ini telah dapat meningkatkan produktivitas
sorgum dan milet antara 44-120 %.
Inovasi berikutnya adalah 8) Melindungi
biodiversitas pangan lokal. Berdasarkan pengkajian dari Millennium
Ecosystem Assessment, sekitar ¼ spesies tanaman yang dikenal atau sekitar
60.000-100.000 spesies, dalam kondisi terancam kepunahan, sedangkan kedelai,
gandum dan jagung menjadi lebih dikenal penduduk dalam menu makan mereka
sehari-hari. Di Norwegia, Svalbard Global
Seed Vault telah melindungi ribuan benih varietas petani di negara
berkembang yang dapat digunakan untuk membantu menanam ulang akibat serangan
penyakit, iklim, atau konflik; 9) Mengatasi Perubahan
Iklim dan Membangunan Ketahanan.
Perubahan iklim global akan berdampak negatif terhadap pertanian yaitu
mengurangi kesuburan tanah dan mengurangi hasil panen. Untuk mengatasi dampak
tersebut dan degradasi lahan yang telah terjadi, para petani di Nigeria telah
menanam hampir 5 juta hektar pohon yang dapat menghemat air, mencegah erosi
tanah, dan menyerap karbon, sehingga membuat pertanian mereka lebih produktif
dan tahan kekeringan tanpa menggunakan bahan kimia; 10) Memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan petani wanita. Petani
wanita menghadapi berbagai kendala, termasuk kurangnya akses ke teknologi
informasi, pelatihan pertanian, jasa keuangan, dan dukungan seperti koperasi
atau serikat perdagangan. The Self Employed Women’s
Association (SEWA), sebuah serikat
pekerja perempuan di India yang berdiri tahun 1992, telah banyak membantu kaum
miskin, membantu wanita wiraswasta mencapai kesempatan kerja penuh dan mandiri dengan
cara menghubungkan para wanita tersebut dengan pasar, bank, koperasi, dan
kelompok-kelompok swadaya; 11)
Berinvestasi di Afrika. Pemerintah dan investor swasta memperoleh sebagian
besar wilayah lahan pertanian di seluruh dunia dengan biaya yang sangat rendah
atau mungkin malah gratis, terutama di Afrika dan Asia dan sering menggusur
masyarakat adat. Dalam Ethiopia Rift Valley, petani Afrika
dan perusahaan investasi asing telah berkompromi dalam hal - petani menanam
kacang hijau untuk pasar Belanda selama bulan-bulan musim dingin Eropa, tetapi menanam
jagung dan tanaman lainnya untuk konsumsi lokal selama bulan yang tersisa; 12) Membuat jalan baru untuk menghilangkan
kelaparan. Tindakan reaktif terhadap kelaparan dan bencana alam, termasuk
pengiriman paket makanan yang dilengkapi vitamin, sering dapat mengganti
langkah-langkah pencegahan seperti investasi dalam sistem pertanian
berkelanjutan atau membangun infrastruktur untuk mengangkut makanan kepada
masyarakat terpencil di negara berkembang. Program Pangan Dunia PBB telah mengembangkan
Purchase for Progress Program, yang membeli produk segar langsung dari petani lokal
dan mendistribusikan sebagai bantuan pangan baik di dalam negeri dari petani
tersebut atau penduduk luar negeri; 13)
Memperbaiki Produksi Pangan dari Ternak. FAO memperkirakan 21% dari
keturunan ternak dunia akan punah. Tetapi di India, petani di Andhra Pradesh telah
memperbaiki kualitas pakan mereka dengan menggunakan rumput, sorgum,
brangkasan, dan dedak untuk menghasilkan lebih banyak susu dari sejumlah
ternak. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan dapat memberikan penghasilan tanpa
merusak lingkungan; 14) Melampaui produksi.
Meskipun kelangkaan dan kelaparan mendominasi diskusi ketahanan pangan di
negara-negara berkembang, terutama di Sub-Sahara Afrika, tetapi ada banyak
negara yang mengalami surplus pangan dan menyebabkan rendahnya harga komoditas serta
melimpahnya limbah makanan. Di Uganda, organisasi TechnoServe telah membantu memperbaiki kondisi pasar bagi petani
pisang dengan membentuk kelompok-kelompok bisnis di mana mereka dapat membeli
input, menerima saran teknis, dan menjual hasil panen mereka secara kolektif;
15) Eko-pertanian bergerak ke jalur utama. Praktek-praktek pertanian yang
menekankan peningkatan produksi telah memberi kontribusi pada degradasi lahan,
tanah, satwa liar, dan ekosistem lokal, dan akhirnya merugikan mata pencaharian
petani yang bergantung pada sumber daya alam. Peternak dan petani di
Dimbangombe, di Zimbabwe barat, telah menjadikan 20.000 hektar padang rumput
yang terdegradasi untuk dipelihara secara komunal dimiliki, ditanami rumput
kembali dan merumput, dan dirawat dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memulihkan
areal tanaman dan satwa liar di daerah itu menjadi areal budidaya ternak yang
berkelanjutan.
Kelimabelas inovasi
tersebut diatas dan upaya lainnya bertujuan untuk membuat pertanian menjadi
sumber pendapatan yang sehat dan stabil,
yang pemeliharaannya perlu terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang
serta perlu diteruskan kepada generasi berikutnya sambil memastikan bahwa upaya
tersebut menuju keberlanjutan.
Sumber:
http://www.worldwatch.org/15-agricultural-innovations-protecting-environment-earth-day
Tidak ada komentar:
Posting Komentar