Social Icons

Pages

Selasa, 01 September 2015

Besarnya investasi inovasi di lahan kering untuk keamanan pangan (Bagian 1)



Potensi lahan kering di Indonesia untuk kegiatan pertanian masih sangat besar, baru sekitar 1 juta hektar yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Kekurangan dari lahan kering tersebut adalah kurang tersedianya air untuk budidaya tanaman pangan. Karena air irigasi hanya mengandalkan dari curah hujan setiap musim penghujan. Tidak seorangpun terkejut bahwa di daerah kering, air adalah langka. Ini berarti penduduk di daerah tersebut tidak memperoleh cukup air untuk minum, atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Padahal menurut para ahli hidrologi, sebetulnya di lahan kering tersedia cukup air untuk kebutuhan rumah tangga seperti air minum dan mandi atau mencuci. Untuk daerah kering, masalah mendasar adalah produksi tanaman pangan yang membutuhkan banyak air dibanding kebutuhan rumah tangga. Dengan kata lain, di daerah kering tidak tersedia cukup air untuk memproduksi pangan. Sehingga jelas perlu fokus untuk memproduksi lebih banyak pangan di daerah kering.

Banyak inovasi manajemen air irigasi yang berasal dari daerah kering. Cara panen air dan irihasi memiliki sejarah panjang di daerah kering, dari elaborasi sistem terowongan menjadi sistem irigasi yang mengairi taman gantung padi era Babilonia. Penggunaan irigasi tetes modern dan meningkatkan penggunaan  limbah air telah dirintis di daerah ini. Meskipun telah dilakukan investasi besar pada irigasi guna mendorong produksi gandum dalam negeri, nampak kurang berhasil. Sebagai contoh, Saudi Arabia telah melakukan investasi besar-besaran pada sektor irigasi untuk meningkatkan produksi gandum dalam negeri dengan cara memompa dan membersihkan air dari dalam tanah. Karena biaya energi yang tinggi  dan menipisnya air tanah, program tersebut saat ini dihapus. Pada tahun 2015 akan menjadi tahun terakhir untuk produksi gandum lokal  dan selanjutnya Arab Saudi akan mengimpor gandum pada tahun 2016. Qatar juga baru saja beralih strategi keamanan pangan yaitu dari budidaya pakan ternak dalam negeri dengan limbah air yang digunakan kembali, menjadi impor pakan ternak.

Tantangan yang kompleks di daerah kering tidak dapat diselesaikan dengan satu cara saja, tetapi memerlukan pendekatan terpadu yang mencakup pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, perbaikan genetik tanaman dan ternak serta inovasi sosial-ekonomi. Meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah kering untuk meningkatkan mata pencaharian mereka akan membutuhkan kombinasi dari intensifikasi dan diversifikasi sistem produksi yang berkelanjutan, sedangkan di lahan marginal dengan agro-ekosistem yang rapuh, strategi harus bertujuan pada sistem produksi ketahanan daripada intensifikasi. Intinya adalah, meskipun negara kering seperti Mesir, yang telah menginvestasikan dananya besar-besaran pada sistem irigasi dan akses air ke sungai Nil, tetap saja tidak memiliki cukup air untuk memberi makan penduduknya.

Kesimpulannya adalah: daerah kering akan mengimpor pangan dan pemerintah di daerah ini tampaknya telah menerima kesimpulan itu. Jika mereka harus mengimpor pangan, apa yang bisa pemerintah lakukan untuk menjamin keamanan pangan? Oleh karena itu, investasi besar-besaran telah dibuat setidaknyamemiliki  tiga jenis solusi, yaitu: 1) Membeli lahan pertanian di tempat lain, terutama di Afrika.  Investasi untuk memperoleh puluhan ribu hektar lahan pertanian telah dibuat oleh perusahaan dari Uni Emirat Arab yang bermitra dengan pemerintah UEA guna mewujudkan program strategis ketahanan pangan. Investasi lahan pertanian ini terbukti menjadi lebih bermasalah dari yang diharapkan, termasuk adanya tuduhan 'perampasan tanah; 2) Saat ini di Arab Saudi diusulkan untuk menyimpan sejumlah besar makanan pokok untuk menjaga terhadap kelangkaan pangan atau kenaikan harga pangan. saat ini di Arab Saudi. Hal ini merupakan pilihan yang sangat mahal karena harga pangan yang mahal seperti saat ini; dan 3) Pada akhir tahun lalu, investor dari negara Teluk juga mulai investasi besar-besaran dengan membangun bisnis pertanian pangan di Eropa dan Amerika Serikat. Jika upaya ini terbukti sukses, maka strategi ini akan membutuhkan banyak dana miliaran dolar agar memiliki dampak sesuai keinginan.

Ada pilihan alternatif yang sangat kuat yaitu inovasi di bidang pertanian, khususnya untuk daerah kering. Untuk pemerintah yang memiliki wilayah atau lahan kering yang luas dan berpotensi untuk pertanian, harus meningkatkan investasi besar untuk memperoleh inovasi pertanian daerah kering, khususnya melalui riset pertanian, guna menjaga keamanan pangan masa depan dan menjaga harga pangan global yang rendah. Karena riset untuk pembangunan pertanian merupakan mesin yang menggerakan inovasi. Seperti halnya pada tahun 1970 an, ketika dunia kawatir tentang masalah keamanan pangan global, khususnya masalah kelaparan di Asia, maka Ford dan Rockefeller Foundation berinisiatif untuk melakukan investasi besar dalam inovasi pertanian. Mereka menset-up lembaga penelitian pertanian internasional untuk komoditas seperti beras, gandum, jagung, dan kentang untuk pertanian tropis dan  daerah kering. Selanjutnya lembaga riset tersebut tergabung menjadi menjadi CGIAR, kemitraan penelitian pertanian terkemuka di dunia, yang bekerja menuju kemanan pangan masa depan. Adanya pusat-pusat riset internasional tersebut menyebabkan munculnya Revolusi Hijau dengan mengembangkan varietas unggul tanaman serealia utama yang membantu mencegah terjadinya kelaparan di Asia dan tersedia cukup pangan dengan harga rendah.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates