Potensi lahan kering
di Indonesia untuk kegiatan pertanian masih sangat besar, baru sekitar 1 juta
hektar yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Kekurangan dari lahan kering
tersebut adalah kurang tersedianya air untuk budidaya tanaman pangan. Karena
air irigasi hanya mengandalkan dari curah hujan setiap musim penghujan. Tidak
seorangpun terkejut bahwa di daerah kering, air adalah langka. Ini berarti
penduduk di daerah tersebut tidak memperoleh cukup air untuk minum, atau
kebutuhan rumah tangga lainnya. Padahal menurut para ahli hidrologi, sebetulnya
di lahan kering tersedia cukup air untuk kebutuhan rumah tangga seperti air
minum dan mandi atau mencuci. Untuk daerah kering, masalah mendasar adalah
produksi tanaman pangan yang membutuhkan banyak air dibanding kebutuhan rumah
tangga. Dengan kata lain, di daerah kering tidak tersedia cukup air untuk
memproduksi pangan. Sehingga jelas perlu fokus untuk memproduksi lebih banyak
pangan di daerah kering.
Banyak inovasi
manajemen air irigasi yang berasal dari daerah kering. Cara panen air dan
irihasi memiliki sejarah panjang di daerah kering, dari elaborasi sistem
terowongan menjadi sistem irigasi yang mengairi taman gantung padi era
Babilonia. Penggunaan irigasi tetes modern dan meningkatkan penggunaan limbah air telah dirintis di daerah ini. Meskipun
telah dilakukan investasi besar pada irigasi guna mendorong produksi gandum
dalam negeri, nampak kurang berhasil. Sebagai contoh, Saudi Arabia telah melakukan investasi besar-besaran pada sektor irigasi
untuk meningkatkan produksi gandum dalam negeri dengan cara memompa dan
membersihkan air dari dalam tanah. Karena biaya energi yang tinggi dan menipisnya air tanah, program tersebut
saat ini dihapus. Pada tahun 2015 akan menjadi tahun terakhir untuk produksi
gandum lokal dan selanjutnya Arab Saudi
akan mengimpor gandum pada tahun 2016. Qatar juga baru saja beralih strategi
keamanan pangan yaitu dari budidaya pakan ternak dalam negeri dengan limbah air
yang digunakan kembali, menjadi impor pakan ternak.
Tantangan
yang kompleks di daerah kering tidak dapat diselesaikan dengan satu cara saja, tetapi
memerlukan pendekatan terpadu yang mencakup pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan, perbaikan genetik tanaman dan ternak serta inovasi
sosial-ekonomi. Meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah kering untuk
meningkatkan mata pencaharian mereka akan membutuhkan kombinasi dari
intensifikasi dan diversifikasi sistem produksi yang berkelanjutan, sedangkan
di lahan marginal dengan agro-ekosistem yang rapuh, strategi harus bertujuan
pada sistem produksi ketahanan daripada intensifikasi. Intinya adalah, meskipun
negara kering seperti Mesir, yang telah menginvestasikan dananya besar-besaran pada
sistem irigasi dan akses air ke sungai Nil, tetap saja tidak memiliki cukup air
untuk memberi makan penduduknya.
Kesimpulannya
adalah: daerah kering akan mengimpor pangan dan pemerintah di daerah ini
tampaknya telah menerima kesimpulan itu. Jika mereka harus mengimpor pangan,
apa yang bisa pemerintah lakukan untuk menjamin keamanan pangan? Oleh karena
itu, investasi besar-besaran telah dibuat setidaknyamemiliki tiga jenis solusi, yaitu: 1) Membeli lahan
pertanian di tempat lain, terutama di Afrika. Investasi untuk memperoleh puluhan ribu hektar
lahan pertanian telah dibuat oleh perusahaan dari Uni Emirat Arab yang bermitra
dengan pemerintah UEA guna mewujudkan program strategis ketahanan pangan. Investasi
lahan pertanian ini terbukti menjadi lebih bermasalah dari yang diharapkan,
termasuk adanya tuduhan 'perampasan tanah; 2) Saat ini di Arab Saudi diusulkan untuk
menyimpan sejumlah besar makanan pokok untuk menjaga terhadap kelangkaan pangan
atau kenaikan harga pangan. saat ini di Arab Saudi. Hal ini merupakan pilihan
yang sangat mahal karena harga pangan yang mahal seperti saat ini; dan 3) Pada
akhir tahun lalu, investor dari negara Teluk juga mulai investasi besar-besaran
dengan membangun bisnis pertanian pangan di Eropa dan Amerika Serikat. Jika upaya
ini terbukti sukses, maka strategi ini akan membutuhkan banyak dana miliaran
dolar agar memiliki dampak sesuai keinginan.
Ada pilihan
alternatif yang sangat kuat yaitu inovasi di bidang pertanian, khususnya untuk
daerah kering. Untuk pemerintah yang memiliki wilayah atau lahan kering yang
luas dan berpotensi untuk pertanian, harus meningkatkan investasi besar untuk
memperoleh inovasi pertanian daerah kering, khususnya melalui riset pertanian,
guna menjaga keamanan pangan masa depan dan menjaga harga pangan global yang
rendah. Karena riset untuk pembangunan pertanian merupakan mesin yang
menggerakan inovasi. Seperti halnya pada tahun 1970 an, ketika dunia kawatir tentang
masalah keamanan pangan global, khususnya masalah kelaparan di Asia, maka Ford
dan Rockefeller Foundation berinisiatif untuk melakukan investasi besar dalam
inovasi pertanian. Mereka menset-up lembaga penelitian pertanian internasional
untuk komoditas seperti beras, gandum, jagung, dan kentang untuk pertanian
tropis dan daerah kering. Selanjutnya
lembaga riset tersebut tergabung menjadi menjadi CGIAR, kemitraan penelitian
pertanian terkemuka di dunia, yang bekerja menuju kemanan pangan masa depan. Adanya
pusat-pusat riset internasional tersebut menyebabkan munculnya Revolusi Hijau
dengan mengembangkan varietas unggul tanaman serealia utama yang membantu
mencegah terjadinya kelaparan di Asia dan tersedia cukup pangan dengan harga
rendah.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar