Terjadinya lonjakan kenaikan harga pangan yang terus berulang, secara signifikan menyebabkan munculnya kembali kekawatiran
terhadap keamanan pangan global. Menurut pendapat ilmuwan Inggris, John
Beddinton, pada tahun 2030 akan muncul Badai 20130 yaitu kebutuhan untuk
meningkatkan produksi pangan sebesar 50%, produksi energi sebesar 50% dan
penggunaan air sebesar 30%, sementara pada saat yang sama dunia menghadapi
peningkatan risiko banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim. Meningkatnya
harga pangan telah menimbulkan demo masyarakat di negara-negara pengimpor
pangan dan meningkatnya migrasi penduduk dari negara miskin ke negara kaya. Hal
Ini tidak hanya masalah bagi generasi masa depan di negara-negara miskin,
tetapi ada masalah lain yaitu obesitas di belahan dunia yang lain, termasuk negara-negara
Teluk. Sekitar 200 juta anak-anak terganggu pertumbuhan badannya. Akibat
kondisi malnutrisi kronis menyebabkan gangguan perkembangan otak anak-anak
termasuk perkembangan tinggi badanmereka. Sehingga menghambat anak-anak untuk
mencapai potensi optimal perkembangan tubuh anak-anak dunia.
Apakah riset dapat menyelamatkan dunia seperti era revolusi
hijau?
Kita
harus memastikan bahwa anak-anak di dunia dapat menerima banyak makanan
bergizi, sehingga mereka dapat tumbuh-kembang mencapai potensi penuh mereka.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah dengan mengembangkan varietas unggul
tanaman pangan yang kaya mineral dan vitamin yang dibutuhkan anak-anak. Kelompok
pusat riset CGIAR telah mengembangkan varietas tersebut pada tanaman padi, jagung,
ubi kayu, kacang-kacangan dan ubi jalar oranye, yang telah banyak ditanam dan
dikonsumsi penduduk. Diharapkan tahun 2018 dapat dikonsumsi oleh 50 juta rumah
tangga penduduk di dunia.
Riset
merupakan mesin yang menggerakkan inovasi dan inovasi yang membantu untuk
mengembangkan solusi untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan. Ilmuwan CGIAR telah
melakukan riset di lab untuk mengembangkan inovasi tanaman yang futuristik,
seperti halnya mendesain ulang arsitektur dasar padi dan gandum sehingga membuat
kedua tanaman tersebut lebih efisien dalam proses fotosintesisnya, mengubah kedua
tanaman yang disebut tanaman C3 menjadi
tanaman mirip C4, seperti jagung, tebu dan sorgum. Karena anatomi daun dan
spesifisitas biokimia, tanaman C3 seperti padi, gandum, kentang dan singkong,
memiliki tingkat fotosintesis yang lambat di lingkungan panas dan menggunakan
lebih banyak air dan pupuk nitrogen pupuk, sedangkan produktivitasnya lebih
rendah dibandingkan tanaman C4. Tanaman padi dan gandum yang telah dimodifikasi
tersebut harus dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan air
dan pupuk nitrogen antara 30-50%. Kegiatan proyek riset tersebut mungkin dapat
memberikan produk riset bagi para pemulia tanaman dan petani untuk melakukan pengujian
lapangan sekitar 12 tahun. Tidak ada mekanisme evolusioner lainnya yang dapat
ditambahkan kepada tanaman C3 yang dapat
memberikan kombinasi manfaat yang unggul. Untuk itu, para peneliti dan ilmuwan
dunia harus segera dapat menemukan aplikasi yang lebih cepat. Sebagai contoh,
membangun Evergreen Agriculture (mengintegrasikan tanaman keras dengan
tanaman pangan dan ternak untuk membangun sistem pertanian berkelanjutan dan
lebih produktif untuk usahatani kecil), pendekatan transformatif terhadap iklim
dan dapat meningkatkan produksi tanaman yang saat ini sudah diamnfaatkan jutaan
petani di dunia. Hasil aplikasi Evergreen Agriculture di Zambia, menunjukkan
bahwa tanaman jagung yang tidak dipupuk di sekitar pohon Faidherbia dapat
memberikan hasil rata-rata 4,1 ton/ha dibandingkan dengan hasil jagung diluar
kanopi pohon tersebut yaitu 1,3 ton/ha. Di Malawi, hasil tanaman jagung dapat
meningkat dua kali ketika sejumlah petani menanam pohon penghasil pupuk di
ladang mereka. Sedangkan di Nigeria, baru-baru ini lebih dari 1,2 juta rumah
tangga petani telah meremajakan 200 juta pohon penghasil pupuk pada lahan sorgum
dan millet sekitar 5 juta hektar.
Sebagai
tambahan dari upaya peningkatan produktivitas melalui intensifikasi
berkelanjutan, kita juga harus melindungi tanaman dari serangan hama penyakit
serta kehilangan hasil pada waktu pasca panen. Ketika muncul ras baru dari
penyakit karat pada gandum di Uganda tahun 1999, maka dikembangkan varietas
unggul gandum baru yang dimakan Ug99 yang tahan penyakit karat sebelum penyakit
tersebut berkembang luas. Untuk menghadapi penyakit tersebut, CGIAR
berkerjasama dengan Cornell University dalam proyek Borlaug
Global Rust Initiative telah
menyediakan varietas Ug99 bagi para petani, sehingga dapat mencegah bencana
yang lebih luas yang mempengaruhi kehidupan jutaan petani dunia. Disis lain, banyak dari pasokan makanan dunia yang terkontaminasi
oleh aflatoksin mematikan yang dihasilkan oleh jamur (Aspergillus flavus). Para
petani Afrika telah kehilangan US $ 450 juta dalam perdagangan setiap tahun
karena kontaminasi aflatoksin tersebut. Dampak jangka panjang dari aflatoksin
dapat merusak kesehatan ternak, penyebab penyakit kanker dan hati pada manusia,
melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Ilmuwan CGIAR dan mitra telah mengembangkan solusi murah dan
berkelanjutan yang disebut aflasafeTM. Produk alami untuk pengendalian biologis secara
konsisten dapat mengurangi kontaminasi di lahan petani dan di toko hingga 90%. Produk
ini sedang dalam pengembangan di 9 negara di benua Afrika. Pengembangan skala
besar dan adopsi aflasafeTM dapat membantu negara-negara berkembang untuk memulihkan
hubungan perdagangan penting serta melindungi kesehatan jutaan penduduk akibat
penyakit yang terkait dengan aflatoksin.
Akhirnya
kita harus mempersiapkan masa depan, baik peluang maupun ancaman baru. Sebagai
contoh peluang baru terkait dengan ponsel dan penginderaan jauh. Berkolaborasi
dengan universitas di AS, CGIAR telah mengembangkan sensor dan informasi
penginderaan jauh yang murah untuk mengadaptasikan teknik pertanian presisi yang
sesuai dengan kebutuhan petani berpenghasilan rendah dan dapat menghemat pupuk
dan penggunaan sampai US $ 300 per hektar di Meksiko dan Asia. Di Afrika,
petani sekarang dapat menggunakan ponsel mereka untuk membeli input,
mendapatkan nasihat dari ahli pertanian, mendapatkan asuransi, dan menjual
produk mereka. Sedangkan contoh ancaman baru yang berkaitan dengan iklim adalah sebuah
proyek CGIAR yang disebut Iklim Analogues yang dapat mengidentifikasi
masyarakat yang mewakili kondisi iklim pada masa lalu dan masa akan datang. Hal
ini memungkinkan petani untuk melakukan perjalanan ke tempat di mana iklim di
masa akan datang telah mereka alami saat ini serta belajar dari petani di
tempat tersebut tentang cara mereka beradaptasi dengan tantangan iklim.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar