Social Icons

Pages

Sabtu, 05 September 2015

Besarnya investasi inovasi di lahan kering untuk keamanan pangan (Bagian 2)



Terjadinya lonjakan kenaikan harga pangan yang terus berulang, secara signifikan menyebabkan munculnya kembali kekawatiran terhadap keamanan pangan global. Menurut pendapat ilmuwan Inggris, John Beddinton, pada tahun 2030 akan muncul Badai 20130 yaitu kebutuhan untuk meningkatkan produksi pangan sebesar 50%, produksi energi sebesar 50% dan penggunaan air sebesar 30%, sementara pada saat yang sama dunia menghadapi peningkatan risiko banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim. Meningkatnya harga pangan telah menimbulkan demo masyarakat di negara-negara pengimpor pangan dan meningkatnya migrasi penduduk dari negara miskin ke negara kaya. Hal Ini tidak hanya masalah bagi generasi masa depan di negara-negara miskin, tetapi ada masalah lain yaitu obesitas di belahan dunia yang lain, termasuk negara-negara Teluk. Sekitar 200 juta anak-anak terganggu pertumbuhan badannya. Akibat kondisi malnutrisi kronis menyebabkan gangguan perkembangan otak anak-anak termasuk perkembangan tinggi badanmereka. Sehingga menghambat anak-anak untuk mencapai potensi optimal perkembangan tubuh anak-anak dunia.

Apakah riset dapat menyelamatkan dunia seperti era revolusi hijau?
Kita harus memastikan bahwa anak-anak di dunia dapat menerima banyak makanan bergizi, sehingga mereka dapat tumbuh-kembang mencapai potensi penuh mereka. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah dengan mengembangkan varietas unggul tanaman pangan yang kaya mineral dan vitamin yang dibutuhkan anak-anak. Kelompok pusat riset CGIAR telah mengembangkan varietas tersebut pada tanaman padi, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan dan ubi jalar oranye, yang telah banyak ditanam dan dikonsumsi penduduk. Diharapkan tahun 2018 dapat dikonsumsi oleh 50 juta rumah tangga penduduk di dunia.

Riset merupakan mesin yang menggerakkan inovasi dan inovasi yang membantu untuk mengembangkan solusi untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan. Ilmuwan CGIAR telah melakukan riset di lab untuk mengembangkan inovasi tanaman yang futuristik, seperti halnya mendesain ulang arsitektur dasar padi dan gandum sehingga membuat kedua tanaman tersebut lebih efisien dalam proses fotosintesisnya, mengubah kedua tanaman  yang disebut tanaman C3 menjadi tanaman mirip C4, seperti jagung, tebu dan sorgum. Karena anatomi daun dan spesifisitas biokimia, tanaman C3 seperti padi, gandum, kentang dan singkong, memiliki tingkat fotosintesis yang lambat di lingkungan panas dan menggunakan lebih banyak air dan pupuk nitrogen pupuk, sedangkan produktivitasnya lebih rendah dibandingkan tanaman C4. Tanaman padi dan gandum yang telah dimodifikasi tersebut harus dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan air dan pupuk nitrogen antara 30-50%. Kegiatan proyek riset tersebut mungkin dapat memberikan produk riset bagi para pemulia tanaman dan petani untuk melakukan pengujian lapangan sekitar 12 tahun. Tidak ada mekanisme evolusioner lainnya yang dapat ditambahkan kepada tanaman  C3 yang dapat memberikan kombinasi manfaat yang unggul. Untuk itu, para peneliti dan ilmuwan dunia harus segera dapat menemukan aplikasi yang lebih cepat. Sebagai contoh, membangun Evergreen Agriculture (mengintegrasikan tanaman keras dengan tanaman pangan dan ternak untuk membangun sistem pertanian berkelanjutan dan lebih produktif untuk usahatani kecil), pendekatan transformatif terhadap iklim dan dapat meningkatkan produksi tanaman yang saat ini sudah diamnfaatkan jutaan petani di dunia. Hasil aplikasi Evergreen Agriculture di Zambia, menunjukkan bahwa tanaman jagung yang tidak dipupuk di sekitar pohon Faidherbia dapat memberikan hasil rata-rata 4,1 ton/ha dibandingkan dengan hasil jagung diluar kanopi pohon tersebut yaitu 1,3 ton/ha. Di Malawi, hasil tanaman jagung dapat meningkat dua kali ketika sejumlah petani menanam pohon penghasil pupuk di ladang mereka. Sedangkan di Nigeria, baru-baru ini lebih dari 1,2 juta rumah tangga petani telah meremajakan 200 juta pohon penghasil pupuk pada lahan sorgum dan millet sekitar 5 juta hektar.

Sebagai tambahan dari upaya peningkatan produktivitas melalui intensifikasi berkelanjutan, kita juga harus melindungi tanaman dari serangan hama penyakit serta kehilangan hasil pada waktu pasca panen. Ketika muncul ras baru dari penyakit karat pada gandum di Uganda tahun 1999, maka dikembangkan varietas unggul gandum baru yang dimakan Ug99 yang tahan penyakit karat sebelum penyakit tersebut berkembang luas. Untuk menghadapi penyakit tersebut, CGIAR berkerjasama dengan Cornell University dalam proyek Borlaug Global Rust Initiative telah menyediakan varietas Ug99 bagi para petani, sehingga dapat mencegah bencana yang lebih luas yang mempengaruhi kehidupan jutaan petani dunia. Disis lain, banyak dari pasokan makanan dunia yang terkontaminasi oleh aflatoksin mematikan yang dihasilkan oleh jamur (Aspergillus flavus). Para petani Afrika telah kehilangan US $ 450 juta dalam perdagangan setiap tahun karena kontaminasi aflatoksin tersebut. Dampak jangka panjang dari aflatoksin dapat merusak kesehatan ternak, penyebab penyakit kanker dan hati pada manusia, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Ilmuwan CGIAR dan mitra telah mengembangkan solusi murah dan berkelanjutan yang disebut aflasafeTM.  Produk alami untuk pengendalian biologis secara konsisten dapat mengurangi kontaminasi di lahan petani dan di toko hingga 90%. Produk ini sedang dalam pengembangan di 9 negara di benua Afrika. Pengembangan skala besar dan adopsi aflasafeTM  dapat membantu negara-negara berkembang untuk memulihkan hubungan perdagangan penting serta melindungi kesehatan jutaan penduduk akibat penyakit yang terkait dengan aflatoksin.

Akhirnya kita harus mempersiapkan masa depan, baik peluang maupun ancaman baru. Sebagai contoh peluang baru terkait dengan ponsel dan penginderaan jauh. Berkolaborasi dengan universitas di AS, CGIAR telah mengembangkan sensor dan informasi penginderaan jauh yang murah untuk mengadaptasikan teknik pertanian presisi yang sesuai dengan kebutuhan petani berpenghasilan rendah dan dapat menghemat pupuk dan penggunaan sampai US $ 300 per hektar di Meksiko dan Asia. Di Afrika, petani sekarang dapat menggunakan ponsel mereka untuk membeli input, mendapatkan nasihat dari ahli pertanian, mendapatkan asuransi, dan menjual produk mereka. Sedangkan contoh ancaman baru  yang berkaitan dengan iklim adalah sebuah proyek CGIAR yang disebut Iklim Analogues yang dapat mengidentifikasi masyarakat yang mewakili kondisi iklim pada masa lalu dan masa akan datang. Hal ini memungkinkan petani untuk melakukan perjalanan ke tempat di mana iklim di masa akan datang telah mereka alami saat ini serta belajar dari petani di tempat tersebut tentang cara mereka beradaptasi dengan tantangan iklim.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates