Berapa banyak lagi pangan
yang dibutuhkan dunia?. Untuk menjawab pertanyaan
ini, kita mengacu proyeksi FAO tentang permintaan dan produksi pangan pada
tahun 2050 yang dilakukan oleh para ahli Jelle Bruinsma dan Nikos Alexandratos.
Pada awalnya disiapkan pada tahun 2009 dan direvisi pada 2012. Kedua ahli tersebut
memproyeksikan 55% peningkatan total konsumsi kalori dari 2006 s/d 2050. Untuk dua alasan bahwa proyeksi tersebut salah
estimasi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk memberi cukup makan semua orang pada
tahun 2050. Pertama, diasumsikan bahwa Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tidak
memiliki cukup kalori untuk memberi makan semua orang pada tahun 2050 dan
kedua, menggunakan proyeksi PBB tentang jumlah penduduk dunia tahun 2050 yang
belum diperbarui. Jika kita sesuaikan untuk menjamin produksi kalori yang cukup
untuk semua orang dengan menggunakan proyeksi penduduk terbaru 9,3 miliar
orang, maka diperlukan peningkatan kalori pangan langsung tersedia untuk
konsumsi manusia sebesar 60%. Angka ini merupakan jumlah
pangan yang dimakan seluruh penduduk dunia, termasuk kenaikan 74 persen kalori
dari produk hewani. Hal ini tidak termasuk pakan ternak yang diperlukan untuk
memproduksi produk hewani seperti daging dan susu.
Hasil modifikasi Searchinger et al
terhadap proyeksi FAO juga menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap
permintaan produksi tanaman. Peningkatan ini mencerminkan tidak hanya
pertumbuhan permintaan produksi tanaman yang langsung dikonsumsi penduduk, tetapi
juga adanya pertumbuhan permintaan tanaman untuk pakan ternak. Hal ini juga
mencakup pertumbuhan tanaman untuk penggunaan industri, benih, dan biofuel dari tahun 2006. Proyeksi
Searchinger et al juga mempertahankan pangsa biofuel dalam bahan bakar transportasi
global sebesar 2,5% tahun 2010. Jika termasuk penyesuaian pangan untuk populasi
dan jaminan kalori yang memadai di semua wilayah, maka proyeksi FAO menunjukkan
peningkatan 63% jumlah kalori tanaman yang dibutuhkan dari 9.500 triliun kkal
per tahun pada tahun 2006 menjadi 15.500 triliun kkal pada tahun 2050. Hasilnya
ada kesenjangan 6.000 triliun kkal per tahun antara produksi pada tahun 2006
dan kebutuhan pada tahun 2050.
Tanpa upaya membatasi
permintaan pangan, maka proyeksi ini menyiratkan
bahwa dunia perlu meningkatkan produksi pangan selama 44 tahun yaitu dari 2006 s/d 2050. Jumlah tersebut hampir sama dengan peningkatan produksi sebesar 103% selama 44 tahun periode sebelumnya yaitu antara 1962 s/d 2006. Meskipun kebutuhan pertumbuhan produksi serealia pada masa akan datang lebih rendah dibanding pertumbuhan periode sebelumnya, akan tetapi kebutuhan pertumbuhan produksi tanaman lainnya seperti minyak sayur, kentang, buah-buahan, dan sayuran akan lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode sebelumnya. Pada periode sebelumnya, Revolusi Hijau dengan benih unggul, pupuk sintetis, irigasi dua kali lipat dapat meingkatkan produksi pangan secara signifikan. Meskipun ada percepatan peningkatan produktivitas, data FAO menunjukkan bahwa lahan pertanian dan padang rumput diperluas sampai sekitar 500 juta hektar. Ekspansi lahan pertanian produktif, peningkatan penggunaan air irigasi, pupuk, dan pestisida, telah berdampak pada ekosistem, sumber air tawar, dan emisi gas rumah kaca. Jika sistem pertanian dunia untuk mencapai keseimbangan yang besar, maka empat dekade berikutnya harus sesuai dengan prestasi sebelumnya yaitu pertumbuhan produksi pangan tanpa mengkonversi ekosistemdan meningkatkan penggunaan air. Pada saat yang sama, kita harus menemukan cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor pertanian.
bahwa dunia perlu meningkatkan produksi pangan selama 44 tahun yaitu dari 2006 s/d 2050. Jumlah tersebut hampir sama dengan peningkatan produksi sebesar 103% selama 44 tahun periode sebelumnya yaitu antara 1962 s/d 2006. Meskipun kebutuhan pertumbuhan produksi serealia pada masa akan datang lebih rendah dibanding pertumbuhan periode sebelumnya, akan tetapi kebutuhan pertumbuhan produksi tanaman lainnya seperti minyak sayur, kentang, buah-buahan, dan sayuran akan lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode sebelumnya. Pada periode sebelumnya, Revolusi Hijau dengan benih unggul, pupuk sintetis, irigasi dua kali lipat dapat meingkatkan produksi pangan secara signifikan. Meskipun ada percepatan peningkatan produktivitas, data FAO menunjukkan bahwa lahan pertanian dan padang rumput diperluas sampai sekitar 500 juta hektar. Ekspansi lahan pertanian produktif, peningkatan penggunaan air irigasi, pupuk, dan pestisida, telah berdampak pada ekosistem, sumber air tawar, dan emisi gas rumah kaca. Jika sistem pertanian dunia untuk mencapai keseimbangan yang besar, maka empat dekade berikutnya harus sesuai dengan prestasi sebelumnya yaitu pertumbuhan produksi pangan tanpa mengkonversi ekosistemdan meningkatkan penggunaan air. Pada saat yang sama, kita harus menemukan cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor pertanian.
Menu
Solusi Potensial
Untuk menciptakan pangan
masa depan berkelanjutan, Searchinger et al mengeksplorasi kisaran solusi potensial yang merupakan
bagian dari "menu untuk pangan masa depan berkelanjutan. Menu solusi ini dirancang
untuk menutup kesenjangan 6.000 triliun kkal per tahun pada tahun 2050, dengan kontribusi
pada pembangunan ekonomi dan sosial serta mengurangi dampak lingkungan. Kalori,
hanya memberikan satu ukuran kebutuhan pangan manusia, tetapi selama kita fokus
pada cara memberikan kalori yang secara bersamaan juga memberikan keseimbangan
nutrisi, maka kalori layak berfungsi untuk mengukur kesenjangan dan solusinya.
Menu untuk solusi tersebut dapat berkontribusi atau setidaknya tidak berdampak negatif
terhadap pembangunan ekonomi dan sosial serta perlindungan lingkungan. Meskipun ada banyak
kriteria yang relevan untuk pembangunan ekonomi dan sosial, Searchinger et al
memilih dua yaitu a) Pengentasan kemiskinan. Menu harus
mengurangi kemiskinan dan memacu pembangunan pedesaan, walaupun biaya masih efektif
dan b) Gender. Mengingat adanya ketidakadilan peran perempuan yang
tidak proporsional dalam memerangi kemiskinan dan mengurangi kerawanan pangan,
menu harus menghasilkan manfaat bagi perempuan.
Kami juga memilih
tiga kriteria yang mewakili dampak signifikan pertanian terhadap lingkungan,
yaitu a) Ekosistem. Menu tidak seharusnya menghasilkan ekspansi ke
ekosistem darat alami yang tersisa dan dalam kasus lautan harus mengurangi
tekanan pada pengambilan sektor perikanan yang berlebihan. Sehingga akan membantu
mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati; b) Iklim. Menu harus
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian pada tingkat
yang konsisten dengan menstabilkan iklim; c) Air. Menu tidak harus
menguras atau mencemari akuifer atau air permukaan. Mengingat urgensi untuk mencapai
tindakan keseimbangan yang besar, kita fokuskan pada item menu yang bisa
diterapkan saat ini atau dalam waktu dekat daripada berubahnya permainan karena
ketidakpastian inovasi teknologi.
---------
Dapatkah sistem pertanian dunia mencapai tindakan
penyeimbangan besar? Adanya kombinasi pendekatan
yang tepat dan komitmen yang teguh, maka dunia dapat menyediakan pangan bagi 9
miliar penduduk di masa akan datang sekaligus mengamankan pembangunan ekonomi
dan sosial serta melindungi lingkungan. Tantangannya adalah kompleks dan
mungkin kurang dihargai. Tapi dengan mencurahkan cahaya pada mendefinisikan tantangan
dan menawarkan menu solusi, Searchinger et al berharap Laporan World Resources yang akan datang akan
memberanikan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk bertindak
cepat dengan penuh keyakinan.
Sumber:
Searchinger, T. et
al. 2013. “The Great Balancing Act.” Working Paper, Installment 1 of Creating
a Sustainable Food Future. Washington, DC: World Resources Institute.
http://www.worldresourcesreport.org.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar