Social Icons

Pages

Minggu, 23 Agustus 2015

Tindakan Penyeimbangan Besar (Bagian 2)



Berapa banyak lagi pangan yang dibutuhkan dunia?.  Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengacu proyeksi FAO tentang permintaan dan produksi pangan pada tahun 2050 yang dilakukan oleh para ahli Jelle Bruinsma dan Nikos Alexandratos. Pada awalnya disiapkan pada tahun 2009 dan direvisi pada 2012. Kedua ahli tersebut memproyeksikan 55% peningkatan total konsumsi kalori dari 2006 s/d 2050.  Untuk dua alasan bahwa proyeksi tersebut salah estimasi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk memberi cukup makan semua orang pada tahun 2050. Pertama, diasumsikan bahwa Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tidak memiliki cukup kalori untuk memberi makan semua orang pada tahun 2050 dan kedua, menggunakan proyeksi PBB tentang jumlah penduduk dunia tahun 2050 yang belum diperbarui. Jika kita sesuaikan untuk menjamin produksi kalori yang cukup untuk semua orang dengan menggunakan proyeksi penduduk terbaru 9,3 miliar orang, maka diperlukan peningkatan kalori pangan langsung tersedia untuk konsumsi manusia sebesar 60%. Angka ini merupakan jumlah pangan yang dimakan seluruh penduduk dunia, termasuk kenaikan 74 persen kalori dari produk hewani. Hal ini tidak termasuk pakan ternak yang diperlukan untuk memproduksi produk hewani seperti daging dan susu.

Hasil modifikasi Searchinger  et al terhadap proyeksi FAO juga menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap permintaan produksi tanaman. Peningkatan ini mencerminkan tidak hanya pertumbuhan permintaan produksi tanaman yang langsung dikonsumsi penduduk, tetapi juga adanya pertumbuhan permintaan tanaman untuk pakan ternak. Hal ini juga mencakup pertumbuhan tanaman untuk penggunaan industri,  benih, dan biofuel dari tahun 2006.  Proyeksi  Searchinger  et al  juga mempertahankan  pangsa biofuel dalam bahan bakar transportasi global sebesar 2,5% tahun 2010. Jika termasuk penyesuaian pangan untuk populasi dan jaminan kalori yang memadai di semua wilayah, maka proyeksi FAO menunjukkan peningkatan 63% jumlah kalori tanaman yang dibutuhkan dari 9.500 triliun kkal per tahun pada tahun 2006 menjadi 15.500 triliun kkal pada tahun 2050. Hasilnya ada kesenjangan 6.000 triliun kkal per tahun antara produksi pada tahun 2006 dan kebutuhan pada tahun 2050.

Tanpa upaya membatasi permintaan pangan, maka proyeksi ini menyiratkan
bahwa dunia perlu meningkatkan produksi pangan selama 44 tahun yaitu dari 2006 s/d 2050.  Jumlah tersebut hampir sama dengan peningkatan produksi sebesar 103% selama 44 tahun periode sebelumnya yaitu antara 1962 s/d 2006. Meskipun kebutuhan pertumbuhan produksi serealia pada masa akan datang lebih rendah dibanding  pertumbuhan periode sebelumnya, akan tetapi kebutuhan pertumbuhan produksi tanaman lainnya seperti minyak sayur, kentang, buah-buahan, dan sayuran akan lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode sebelumnya. Pada periode sebelumnya, Revolusi Hijau dengan benih unggul, pupuk sintetis, irigasi dua kali lipat dapat meingkatkan produksi pangan secara signifikan.  Meskipun ada percepatan peningkatan produktivitas, data FAO menunjukkan bahwa lahan pertanian dan padang rumput diperluas sampai sekitar 500 juta hektar. Ekspansi lahan pertanian produktif, peningkatan penggunaan air irigasi, pupuk, dan pestisida, telah berdampak pada ekosistem, sumber air tawar, dan emisi gas rumah kaca. Jika sistem pertanian dunia untuk mencapai keseimbangan yang besar, maka empat dekade berikutnya harus sesuai dengan prestasi sebelumnya yaitu pertumbuhan produksi pangan tanpa mengkonversi ekosistemdan meningkatkan penggunaan air. Pada saat yang sama, kita harus menemukan cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor pertanian.

Menu Solusi Potensial
Untuk menciptakan pangan masa depan berkelanjutan, Searchinger  et al mengeksplorasi kisaran solusi potensial yang merupakan bagian dari "menu untuk pangan masa depan berkelanjutan. Menu solusi ini dirancang untuk menutup kesenjangan 6.000 triliun kkal per tahun pada tahun 2050, dengan kontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial serta mengurangi dampak lingkungan. Kalori, hanya memberikan satu ukuran kebutuhan pangan manusia, tetapi selama kita fokus pada cara memberikan kalori yang secara bersamaan juga memberikan keseimbangan nutrisi, maka kalori layak berfungsi untuk mengukur kesenjangan dan solusinya. Menu untuk solusi tersebut dapat berkontribusi atau setidaknya tidak berdampak negatif terhadap pembangunan ekonomi dan sosial serta  perlindungan lingkungan. Meskipun ada banyak kriteria yang relevan untuk pembangunan ekonomi dan sosial, Searchinger  et al memilih dua yaitu a) Pengentasan kemiskinan. Menu harus mengurangi kemiskinan dan memacu pembangunan pedesaan, walaupun biaya masih efektif dan b) Gender. Mengingat adanya ketidakadilan peran perempuan yang tidak proporsional dalam memerangi kemiskinan dan mengurangi kerawanan pangan, menu harus menghasilkan manfaat bagi perempuan.

Kami juga memilih tiga kriteria yang mewakili dampak signifikan pertanian terhadap lingkungan, yaitu a) Ekosistem. Menu tidak seharusnya menghasilkan ekspansi ke ekosistem darat alami yang tersisa dan dalam kasus lautan harus mengurangi tekanan pada pengambilan sektor perikanan yang berlebihan. Sehingga akan membantu mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati; b) Iklim. Menu harus membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian pada tingkat yang konsisten dengan menstabilkan iklim; c) Air. Menu tidak harus menguras atau mencemari akuifer atau air permukaan. Mengingat urgensi untuk mencapai tindakan keseimbangan yang besar, kita fokuskan pada item menu yang bisa diterapkan saat ini atau dalam waktu dekat daripada berubahnya permainan karena ketidakpastian  inovasi teknologi.

---------
Dapatkah sistem pertanian dunia mencapai tindakan penyeimbangan besar?  Adanya kombinasi pendekatan yang tepat dan komitmen yang teguh, maka dunia dapat menyediakan pangan bagi 9 miliar penduduk di masa akan datang sekaligus mengamankan pembangunan ekonomi dan sosial serta melindungi lingkungan. Tantangannya adalah kompleks dan mungkin kurang dihargai. Tapi dengan mencurahkan cahaya pada mendefinisikan tantangan dan menawarkan menu solusi, Searchinger  et al berharap Laporan World Resources yang akan datang akan memberanikan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk bertindak cepat dengan penuh keyakinan.

Sumber:
Searchinger, T. et al. 2013. “The Great Balancing Act.” Working Paper, Installment 1 of Creating a Sustainable Food Future. Washington, DC: World Resources Institute. http://www.worldresourcesreport.org.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates