Apa penyumbang besar yang memperkirakan potensi
bioenergi?
Besarnya estimasi
penghitungan dua kali lipat potensi bioenergi biomas mengarah ke penghitungan
ganda karbon. Sebagian besar daratan
dunia terdapat tanaman setiap tahun. Beberapa tanaman ini dikonsumsi untuk pangan,
serat, dan kayu, sedangkan tanaman yang lain berfungsi untuk mengisi atau
meningkatkan karbon dalam tanah dan vegetasi. Fungsi tanaman yang terakhir untuk
menjaga lahan terus produktif dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Pertumbuhan
tanaman akan terus berlangsung setelah manusia memanennya. Tetapi karena manusia
menggunakan pertumbuhan tahunan ini, maka
manusia tidak dapat mengalihkan pertumbuhan tanaman untuk penggunaan lainnya,
kecuali dengan mengorbankan apa yang mereka sudah lakukan. Untuk memberikan
bioenergi kecuali pada biaya pangan, kayu, atau penyimpanan karbon, maka
manusia harus menghasilkan biomas tambahan, berarti biomas yang belum ditanam
atau sedang digunakan.
Tapi bukannya hanya menghitung
biomas tambahan, estimasi menunjukkan bahwa dunia memiliki potensi besar untuk
menghasilkan dua kali lipat jumlah bioenergi biomas dan lahan dengan asumsi yang
salah bahwa bioenergi dapat bebas mengalihkan biomas atau lahan yang sudah
digunakan. Sebagai contoh, banyak pohon hutan dan karbon yang sudah terjadi di
beberapa hutan akan membantu mengurangi laju perubahan iklim. Jika panen biomas
meningkat untuk energi, manfaat untuk menghadapi perubahan iklim ini akan
hilang. Contoh lain dari penghitungan ganda adalah menghitung padang tanaman
keras yang akan kehilangan banyak penyimpanan karbon jika dikonversi untuk
menghasilkan bioenergi, dan menghitung padang rumput yang digunakan untuk
bioenergi akan mengorbankan produksi ternak. Jenis biomas apa yang perlu
ditambah? Ada beberapa sumber tambahan biomas yang konsisten dengan pangan masa
depan berkelanjutan dan akan mengurangi emisi gas rumah kaca karena biomas
tersebut tidak bersaing dengan produksi pangan atau menggunakan lahan pertanian
subur. Biomas kategori ini meliputi beberapa lahan hutan dan pertanian yang
ditinggalkan oleh peladang berpindah setelah panen, limbah pengolahan kayu
termasuk serbuk gergaji, kotoran ternak yang tidak terpakai, limbah kayu
perkotaan, sampah organik perkotaan, dan gas metana dari tempat pembuangan
sampah. Kategori lainnya adalah biomas yang tumbuh melebihi apa yang harus
ditumbuhkan karena tidak adanya permintaan untuk bioenergi, seperti halnya
menanam tanaman penutup tanah untuk
energi pada musim dingin dan menggantikan kayu sebagai bahan bakar traditional
di beberapa negara miskin dengan kayu yang
ditanam dalam sistem agroforestri dan
perkebunan setempat. Menggunakan teknologi generasi kedua untuk mengkonversi limbah
tanaman menjadi bioenergi memiliki potensi dan menghindari persaingan
penggunaan lahan. Tetapi ada tantangan untuk melakukan hal ini pada skala luas,
karena sebagian besar dari limbah tersebut sudah digunakan untuk pakan ternak
atau diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah, dan masalah lainnya adalah mahal
untuk dipanen. Meskipun salah satu atau lebih dari sumber tersebut mungkin
penting dalam konteks lokal tertentu, beberapa studi menunjukkan terbatasnya potensi
untuk memenuhi pangsa yang cukup besar dari kebutuhan energi. Bahan baku ini
harus diprioritaskan penggunaannya untuk energi yang mungkin tidak dapat
dipenuhi dengan cara lain, seperti halnya bahan bakar rendah karbon untuk
pesawat terbang.
Apa yang harus dilakukan oleh Pembuat Kebijakan?
Berkaitan dengan
temuan diatas, penghentian produksi bioenergi yang menggunakan tanaman atau menggunakan
lahan produktif merupakan langkah yang tepat menuju pangan masa depan
berkelanjutan. Untuk melakukan hal ini, diperlukan perubahan kebijakan yaitu 1)
Pemerintah
harus memperbaiki kelemahan penghitungan
konsekuensi karbon dioksida dari bioenergi
dalam perjanjian adaptasi iklim dan undang-undang di tingkat nasional dan
wilayah; 2) Pemerintah harus
menghapuskan berbagai subsidi dan persyaratan peraturan untuk biofuel
transportasi yang terbuat dari tanaman atau dari sumber-sumber yang menggunakan
lahan produktif; 3) Pemerintah harus membuat tidak diturunkannya standart
persyaratan biofuel rendah-karbon yang terbuat dari tanaman atau dari
penggunaan lahan produktif; 4) Pemerintah harus mengecualikan bahan baku
bioenergi yang bergantung pada penggunaan lahan subur dari peraturan yang dirancang
untuk mendorong atau mengharuskan energi terbarukan; dan 5) Pemerintah harus
menjaga batasan campuran etanol dalam bensin campur.
Dengan kebijakan yang mendorong pengembangan energi surya, pembuat kebijakan dapat mengkatalisasi pertumbuhan energi lebih lanjut dalam cara yang kompatibel dengan pangan masa depan berkelanjutan.
Dengan kebijakan yang mendorong pengembangan energi surya, pembuat kebijakan dapat mengkatalisasi pertumbuhan energi lebih lanjut dalam cara yang kompatibel dengan pangan masa depan berkelanjutan.
Sumber:
Tim
Searchinger and Ralph Heimlich (2015) http://www.wri.org/publication/avoiding-bioenergy-competition-food-crops-and-land
Tidak ada komentar:
Posting Komentar