Mengatasi kemiskinan global tidak
mungkin terjadi tanpa mempertimbangkan penduduk pedesaan di negara-negara berkembang,
khususnya petani kecil. Sekitar tiga-perempat penduduk di dunia hidup miskin di daerah pedesaan. Di Asia Selatan, Afrika bagian selatan Sahara, dan Asia Timur dan Pasifik, populasi penduduk pedesaan berjumlah setengah dari total populasi penduduk
masing-masing wilayah tersebut. Ketiga wilayah
tersebut merupakan rumah bagi sekitar 1,1 miliar orang miskin
yang hidup dengan pendapatan kurang dari US $ 1,25 per hari dan
jumlahnya sekitar 90 persen dari kaum
miskin di dunia. Apa tantangan utama yang dihadapi penduduk pedesaan? Kurangnya akses ke produk fisik serta teknologi dan ide-ide baru. Kurangnya akses tersebut mengakibatkan rendahnya hasil pertanian dan menghambat perbaikan kesehatan dan pendidikan mereka. Selain itu, budidaya pertanian dan penggunaan sumberdaya alam yang
tidak berazaskan peletarian menyebabkan timbulnya degradasi lahan. Berdasarkan
pengalaman dan bukti dilapang, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat
mengatasai permasalahan tersebut. TIK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
akses terhadap informasi dan peluang membangun kapasitas penduduk pedesaan di
negara berkembang. Para pembuat kebijakan, juga
mendapatkan keuntungan dari peningkatan berbagi informasi, yaitu memungkinkan mereka memperoleh gambaran yang lebih lengkap
tentang situasi dan kondisi di lapangan. TIK dapat dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan perbaikan di
berbagai sektor, yaitu pertanian dan ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan, dan lembaga keuangan.
Sudah banyak terbukti bahwa potensi TIK dapat
memperbaiki kehidupan penduduk miskin. Peningkatan akses dan adopsi teknologi
baru dapat mengatasi tantangan kerawanan pangan pada berbagai bidang termasuk
meningkatkan akses petani terhadap pendapatan non-pertanian dan memungkinkan
mereka untuk dapat mengetahui
kemananan, kualitas dan nilai nutrisi dari makanan mereka. TIK dapat membuat
pupulasi penduduk miskin lebih tahan dan berdaya, melalui berbagai cara yaitu:
1) akses terhadap teknologi yang dapat meningkatkan
jumlah, ketepatan waktu, dan kualitas informasi untuk masyarakat miskin. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa penduduk miskin mendapat lapangan kerja yang lebih baik (karena
adanya kontak yang lebih baik) dan hasil panen yang lebih tinggi
(karena mendapatkan akses ke informasi yang lebih tepat dan akurat
tentang produk, input,
lingkungan dan pasar).; 2) meningkatkan pembelajaran terhadap ide dan teknologi baru, yang dengan sendirinya dapat meningkatkan adopsi teknologi di kalangan
petani.; dan 3) meskipun belum ada bukti, peningkatan akses
kesehatan dan informasi gizi melalui TIK mungkin dapat membantu mengurangi prevalensi kelaparan di antara penduduk miskin.
Ada banyak alasan untuk percaya bahwa TIK mempunyai
dampak besar pada pasar produk pertanian. Sebagai contoh, TIK memungkinkan para
agen pasar untuk berkomunikasi secara efisien sehingga meningkatkan arus
informasi. Dampak ini akan sangat penting bagi pedesaan di negara berkembang,
dimana infrastruktur pasar belum memadai dan kurang terintegrasi. Tahun 2013
dilaksanakan proyek percontohan penggunaan 98 ponsel pada sektor pertanian di
negara berkembang dengan metoda sms untuk penyebaran informasi. Hasilnya
menunjukkan bahwa 48% dari total proyek percontohan memberikan informasi
tentang harga pasar, penyuluhan 39%, dan lainnya tentang informasi cuaca.
Potensi keuntungan penggunaan informasi di pasar pertanian adalah efisiensi
pemasaran. Pada dasarnya informasi harga produk pertanian bermanfaat bagi
produsen, konsumen dan pedagang, pada waktu ada kelebihan permintaan atau pasokan.
Contohnya, melalui peningkatan akses ke ponsel, petani dapat merencanakan jumlah produksi setiap musimnya, serta berapa jumlah dan
jenis investasi yang harus dikeluarkan untuk menanam komoditas berdasarkan
hitungan permintaan dan pasokan. Mereka juga dapat mengumpulkan informasi
karena adanya jejaring yang luas dan kerjasama tentang kondisi pasar dan
kualitas produk yang dibutuhkan konsumen. Informasi yang tepat dari penggunaan
TIK dalam bentuk ponsel dapat mengefisienkan alokasi dari produk, mengurangi
variabilitas harga produk, menemukan pasar yang tawaran harganya lebih tinggi,
dan dapat bernegosiasi dengan pedagang, serta mengajar petani tentang tanaman
yang lebih menguntungkan atau teknologi budidaya tanaman yang sebelumnya mereka
tidak tahu.
TIK
juga dapat berperan dalam mengurangi tiga kendala
utama yang dihadapi penyuluhan tradisional di negara-negara berkembang, yaitu 1)
buruknya infrastruktur dan mahalnya transportasi; 2) program penyuluhan tradisional biasanya hanya memberikan informasi satu
kali untuk petani, dan kurangnya informasi tindak lanjut serta umpan balik; dan 3) penyuluhan tradisional sering terkendala masalah kelembagaan, termasuk kurangnya akuntabilitas di
kalangan penyuluh. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi oleh TIK dengan mengurangi biaya kunjungan penyuluhan, memungkinkan lebih sering
komunikasi dua arah antara petani dan agen, serta meningkatkan akuntabilitas agen.
Namun demikian, ada dua kendala utama dalam penggunaan
TIK, khususnya ponsel, di bidang pertanian yaitu konektivitas dan konten. Kendala
pertama mengenai konektivitas, jelas ada perbedaan akses antara perkotaan dan
pedesaan khususnya di negara berkembang serta bervariasi antara negara-negara. Bervariasinya akses tersebut disebabkan biaya
pelayanan dari provider. Tingginya biaya layanan ponsel yang terlihat di
beberapa negara berkembang mungkin berasal dari kurangnya kompetisi yang
signifikan antara penyedia layanan atau kurangnya regulasi yang tepat. Untuk itu perlu ada otoritas yang kuat dari pemerintah
guna memastikan bahwa infrastruktur yang ada tersedia untuk semua provider
dengan
biaya akses yang wajar. Kendala kedua yang berkaitan dengan relevansi informasi (konten) yang dapat diakses. Jika konten yang disediakan bukan jenis informasi yang
dibutuhkan petani, mungkin teknologi ini tidak atau kurang dimanfaatkan petani. Konten sangat
berpengaruh terhadap pemanfaatan ponsel di bidang pertanian. Dari berbagai
studi, jika konten tidak sesuai dengan kebutuhan, maka cara budidaya petani
tidak berubah. Tetapi konten yang sesuai dengan kebutuhan petani dan
disampaikan melalui metode ‘pesan suara’, ternyata dapat mengurangi kehilangan
hasil petani. Dengan meningkatkan komunikasi
antar petani, penyuluh, dan lembaga penelitian, TIK dapat
memfasilitasi konten yang relevan dan dibutuhkan diantara ketiga kelompok tersebut.
Banyak aspek informasi pertanian merupakan barang
publik, untuk itu pemerintah perlu mengeluarkan dana untuk memberikan informasi
terbaik kepada petani tentang harga produk untuk pasar yang berbeda, menghasilkan
varietas unggul tanaman, teknologi produksi, informasi agronomi lainnya. Dengan
demikian, momentum percepatan adopsi TIK di seluruh dunia memberikan peluang yang sangat besar di sektor
pertanian, terutama berlaku untuk teknologi telepon selular. Dampaknya akan mempengaruhi
produktivitas pertanian dan peluang
peningkatan pendapatan bagi petani kecil.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar