Social Icons

Pages

Kamis, 08 Januari 2015

Pangan harus ditingkatkan dua kali lipat



Isu produksi pangan harus ditingkatkan sebesar dua kali lipat pada tahun 2050 dan mengurangi kerusakan lingkungan hidup mulai muncul pada tahun 2010.  Peningkatan produksi sebesar itu merupakan prediksi para ahli pangan di dunia guna memenuhi kebutuhan penduduk yang diperkirakan populasi tahun 2050 mencapai 9 milyar orang. Untuk memberi pangan/makanan kepada populasi penduduk dunia yang terus tumbuh, usaha pertanian di seluruh dunia harus menggandakan produksinya pada komoditas-komoditas penting yang digunakan sebagai makanan pokok seperti padi, gandum, jagung, kedelai, kentang, dll. Upaya untuk itu dilakukan dengan cara pembukaan lahan pertanian baru, peningkatan produktivitas tanaman pangan, pembakaran hutan hujan, dan penggunaan air irigasi dan pupuk kimiawi yang besar. Akibatnya akan timbul kerusakan lingkungan seperti pemanasan global,  degradasi lahan pertanian, serta pencemaran air sungai dan laut.

Untuk mengatasi hal tersebut, para ahli pertanian internasional yang dipimpin oleh Jon Foley di University of Minnesota mencoba mengusulkan beberapa upaya untuk menggandakan produksi pangan dunia dan mengurangi kerusakan lingkungan (Fischetti, M. 2011). Upaya tersebut adalah: 1) Mengurangi atau meminimalkan senjang hasil komoditas pertanian utama dunia (padi, jagung, kedelai, gandum dll) dengan cara meningkatkan hasil panen petani. Diperkirakan upaya ini dapat menambah 50-60% stok bahan pangan dunia. Senjang hasil merupakan selisih hasil yang diperoleh di lahan petani dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di lembaga riset atau Kebun Percobaan. Menurut Fisher, T., et.all dalam bukunya Crop Yields and Global Food Security, menyatakan bahwa upaya meningkatkan produktivitas petani melalui adopsi teknologi dan perbaikan teknik budidaya cukup sulit, selain itu ada  peran penting dari varietas unggul untuk meningkatkan hasil. Oleh karena itu, untuk mengurangi senjang hasil diperlukan upaya simultan yaitu penggunaan varietas unggul,  peran penyuluh pertanian untuk melatih petani tentang teknik usahatani, dan integrasi yang kuat antara petani, peneliti dan swasta. Sebagai contoh: Penggunaan benih, irigasi dan pupuk yang efisien, harga yang baik dapat meningkatkan hasil tanaman. Produksi jagung dapat meningkat secara signifikan di Meksiko, Afrika, Eropa Timur dan negara lainnya; 2)  Mengurangi konsumsi daging dunia. Sekitar 62% tanaman menjadi sumber bahan pangan manusia dan 35% untuk pakan, sedangkan sisanya untuk biofuel atau lainnya. Jika manusia beralih ke semua tanaman, seluruh lahan pertanian dunia dapat memproduksi 50% lebih banyak bahan pangan untuk manusia, sebab pakan untuk ternak yang memproduksi daging merupakan cara sangat tidak efisien mentransfer energi tanaman kepada manusia. Namun demikian perubahan ini sulit terjadi; 3) Menutup kesenjangan pola makan. Jika komoditas pangan utama ditanam hanya untuk kebutuhan manusia, tidak termasuk untuk pakan dan biofuel, akan tersedia milayaran ton bahan pangan untuk manusia. Minimalisasi atau menurunkan kehilangan hasil tanaman perlu juga dilakukan, karena sekitar 30% tanaman pangan yang ditanam di dunia hilang akibat gagal panen, serangan hama penyakit, stok pangan di dearah terpencil yang tidak terdistribusi akibat buruknya jalan dan tidak ada pasar, serta kehilangan lainnya; 4) Menghentikan pembakaran hutan hujan tropis. Industri pertanian yang masif menyumbang kerusakan lingkungan, melalui perluasan lahan pertanian yang merambah kawasan hutan dan padang savana, yang menyebabkan menurunkan jumlah biodiversitas dan mempercepat pelepasan CO2 ke udara; dan 5)  Efisiensi penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk berlebihan akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Kelebihan nitrogen yang masuk air airigasi dan selanjutkan ke sungai dan laut menimbulkan “zona mati” di Teluk Meksiko yang terus meluas setiap tahunnya. Para peneliti ini memperkirakan 10% lahan pertanian di dunia menggunakan pupuk nitrogen 32% melebihi dosisnya, padahal jika dapat menggunakan sesuai dosis hasil tanaman tetap sama. 

Kelima upaya menggandakan produksi pangan tersebut sangat relevan bagi Indonesia, yang saat ini sedang menuju pencapaian swasembada pangan. Oleh karena itu, Indonesia sebaiknya memperhatikan upaya-upaya tersebut dalam melaksanakan pembangunan pertanian saat ini, khususnya tanaman pangan. Disisi lain, ada baiknya juga dipertimbangkan pengurangan tingkat kelahiran agar laju peningkatan jumlah penduduk dunia dapat diminimalkan.

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates