Isu produksi pangan harus ditingkatkan sebesar dua
kali lipat pada tahun 2050 dan mengurangi kerusakan lingkungan hidup mulai
muncul pada tahun 2010. Peningkatan produksi sebesar itu merupakan
prediksi para ahli pangan di dunia guna memenuhi kebutuhan penduduk yang
diperkirakan populasi tahun 2050 mencapai 9 milyar orang. Untuk memberi
pangan/makanan kepada populasi penduduk dunia yang terus tumbuh, usaha
pertanian di seluruh dunia harus menggandakan produksinya pada
komoditas-komoditas penting yang digunakan sebagai makanan pokok seperti padi,
gandum, jagung, kedelai, kentang, dll. Upaya untuk itu dilakukan dengan cara
pembukaan lahan pertanian baru, peningkatan produktivitas tanaman pangan,
pembakaran hutan hujan, dan penggunaan air irigasi dan pupuk kimiawi yang
besar. Akibatnya akan timbul kerusakan lingkungan seperti pemanasan
global, degradasi lahan pertanian, serta pencemaran air sungai dan laut.
Untuk mengatasi hal tersebut, para ahli pertanian
internasional yang dipimpin oleh Jon Foley di University of Minnesota mencoba
mengusulkan beberapa upaya untuk menggandakan produksi pangan dunia dan
mengurangi kerusakan lingkungan (Fischetti, M. 2011). Upaya tersebut adalah: 1)
Mengurangi atau meminimalkan senjang hasil komoditas pertanian utama dunia
(padi, jagung, kedelai, gandum dll) dengan cara meningkatkan hasil panen
petani. Diperkirakan upaya ini dapat menambah 50-60% stok bahan pangan dunia.
Senjang hasil merupakan selisih hasil yang diperoleh di lahan petani
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di lembaga riset atau Kebun Percobaan.
Menurut Fisher, T., et.all
dalam bukunya Crop
Yields and Global Food Security, menyatakan bahwa upaya meningkatkan
produktivitas petani melalui adopsi teknologi dan perbaikan teknik budidaya
cukup sulit, selain itu ada peran penting dari varietas unggul untuk
meningkatkan hasil. Oleh karena itu, untuk mengurangi senjang hasil diperlukan
upaya simultan yaitu penggunaan varietas unggul, peran penyuluh pertanian
untuk melatih petani tentang teknik usahatani, dan integrasi yang kuat antara
petani, peneliti dan swasta. Sebagai contoh: Penggunaan benih, irigasi dan
pupuk yang efisien, harga yang baik dapat meningkatkan hasil tanaman. Produksi
jagung dapat meningkat secara signifikan di Meksiko, Afrika, Eropa Timur dan
negara lainnya; 2) Mengurangi konsumsi daging dunia. Sekitar 62% tanaman
menjadi sumber bahan pangan manusia dan 35% untuk pakan, sedangkan sisanya
untuk biofuel atau lainnya. Jika manusia beralih ke semua tanaman, seluruh
lahan pertanian dunia dapat memproduksi 50% lebih banyak bahan pangan untuk
manusia, sebab pakan untuk ternak yang memproduksi daging merupakan cara sangat
tidak efisien mentransfer energi tanaman kepada manusia. Namun demikian
perubahan ini sulit terjadi; 3) Menutup kesenjangan pola makan. Jika komoditas
pangan utama ditanam hanya untuk kebutuhan manusia, tidak termasuk untuk pakan
dan biofuel, akan tersedia milayaran ton bahan pangan untuk manusia.
Minimalisasi atau menurunkan kehilangan hasil tanaman perlu juga dilakukan,
karena sekitar 30% tanaman pangan yang ditanam di dunia hilang akibat gagal
panen, serangan hama penyakit, stok pangan di dearah terpencil yang tidak
terdistribusi akibat buruknya jalan dan tidak ada pasar, serta kehilangan
lainnya; 4) Menghentikan pembakaran hutan hujan tropis. Industri pertanian yang
masif menyumbang kerusakan lingkungan, melalui perluasan lahan pertanian yang
merambah kawasan hutan dan padang savana, yang menyebabkan menurunkan jumlah
biodiversitas dan mempercepat pelepasan CO2 ke udara; dan 5) Efisiensi
penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk berlebihan akan menyebabkan kerusakan
lingkungan. Kelebihan nitrogen yang masuk air airigasi dan selanjutkan ke
sungai dan laut menimbulkan “zona mati” di Teluk Meksiko yang terus meluas
setiap tahunnya. Para peneliti ini memperkirakan 10% lahan pertanian di dunia
menggunakan pupuk nitrogen 32% melebihi dosisnya, padahal jika dapat
menggunakan sesuai dosis hasil tanaman tetap sama.
Kelima upaya menggandakan produksi pangan tersebut
sangat relevan bagi Indonesia, yang saat ini sedang menuju pencapaian
swasembada pangan. Oleh karena itu, Indonesia sebaiknya memperhatikan
upaya-upaya tersebut dalam melaksanakan pembangunan pertanian saat ini,
khususnya tanaman pangan. Disisi lain, ada baiknya juga dipertimbangkan
pengurangan tingkat kelahiran agar laju peningkatan jumlah penduduk dunia dapat
diminimalkan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar