Sebuah revolusi telah berlangsung ketika kita
sedang memahami pertanian keluarga. Perubahan perspektif ini dipicu oleh
beberapa tantangan global. Krisis ketahanan pangan pada tahun 2008 yang terjadi
pada tahun produksi sereal yang tertinggi, telah membuka mata kita pada fakta
bahwa kelaparan sering terjadi bukan terutama masalah produksi pangan, tetapi
terjadi karena ada kaitannya dengan cara mengatur masyarakat, terhadap
kemiskinan dan marginalisasi. Transformasi besar lain adalah pengakuan bahwa
perubahan iklim yang terjadi karena aktivitas manusia. Hal ini secara logis
berarti bahwa kegiatan manusia juga dapat membantu beradaptasi dan mitigasi
perubahan iklim. Keluarga petani adalah kunci untuk masalah ini. Sebuah
pemikiran ulang telah berlangsung sehubungan dengan model iklim cerdas pertanian berkelanjutan,
membangun agro-forestry, pertanian konservasi, pengelolaan daerah aliran
sungai, model-agro-sylvo pastoral dan pendekatan lansekap. Akhirnya, sejumlah
negara telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dan akan mencapai
target MDG untuk mengurangi separuh proporsi penduduknya yang kelaparan. Tetapi
manfaat dari pertumbuhan ini belum selalu terbagi rata. Pertanyaan yang
tersisa: Bagaimana dengan setengah lainnya? Sementara kita merayakan keberhasilan
terbaru pengurangan jumlah anak-anak, perempuan dan laki-laki yang menderita
kekurangan gizi kronis, dan angka ini terus mengejutkan dunia. Ketika datang
kelaparan, satu-satunya angka jumlah penduduk yang menderita adalah nol.
Suatu usaha pertanian berdasarkan usaha
pertanian keluarga muncul sebagai solusi untuk mengatasi kelaparan dan
tantangan terhadap lingkungan dan ekonomi seperti tersebut di atas. Usaha
pertanian keluarga meliputi petani skala kecil dan menengah, nelayan, peternak,
masyarakat adat dan masyarakat tradisional. Usaha pertanian yang telah di masa
lalu, semakin diakui keberadaannya sebagai bagian dari masa depan dan pemain
kunci bagi pembangunan berkelanjutan. Pertanian keluarga merupakan kelompok
yang sangat beragam, dengan tantangan, potensi dan kebutuhan yang berbeda. Pertanian
keluarga merupakan titik utama untuk memberantas kelaparan. Dengan jumlah lebih
dari 500 juta usaha pertanian keluarga di dunia yang mewakili 98% kepemilikan
pertanian, pertanian keluarga merupakan bentuk dominan usaha pertanian di negara
berkembang dan negara maju. Di negara berkembang, 70% dari jumlah penduduk yang
kelaparan berada di daerah pedesaan dan bergantung pada usaha pertanian
subsistensi bagi pendapatan mereka. Upaya meningkatkan mata pencaharian mereka
melalui upaya penetapan kebijakan, reformasi kelembagaan dan hukum yang
mendapat dukungan konkret dalam hal pengembangan kapasitas, alat, teknologi,
infrastruktur dan akses terhadap layanan dasar, harus menjadi prioritas dari
upaya nasional dan internasional guna membasmi kelaparan dan kekurangan gizi.
Mentargetkan usaha petani keluarga akan membuat hasil signifikan dalam penanggulangan kelaparan.
Pelestarian sumber daya alam dan beragamnya kegiatan
pertanian merupakan inti dari pertanian keluarga. Bagi para keluarga petani, lahan,
air, keanekaragaman hayati, dan tanah tidak hanya sebagai faktor produksi,
tetapi juga sebagai investasi jangka panjang yang perlu dipelihara. Melalui
pengetahuan lokal, pengelolaan sumber daya alam yang inovatif dan pendekatan
tata ruang, petani dapat meningkatkan pemanfaatan ekosistem agar lebih
beradaptasi dan tahan terhadap perubahan kondisi cuaca. Mereka dengan demikian menjadi
titik pusat kegiatan pertanian cerdas
iklim, yang sekaligus melakukan penanggulangan kelaparan, peningkatan
produktivitas pertanian dan perlindungan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Pertanian keluarga sering bekerja di lahan
marginal, berjuang untuk memberantas kemiskinan dan kekurangan akses terhadap
sumber daya produktif. Namun, mereka cukup efisien. Di Brazil, mereka
menyediakan sekitar 40% dari tanaman utama pilihan untuk lahan pertanian kurang
dari 25% dari total lahan pertanian. Di Amerika Serikat, pertanian keluarga
menghasilkan US $ 230 miliar dalam penjualan produk pertanian, atau 84% dari
seluruh produksi pertanian dan menguasai sekitar 78% total lahan pertanian.
Pertanian keluarga memiliki hubungan yang kuat dengan ekonomi pedesaan. Mereka
berkontribusi terhadap lapangan kerja
pedesaan, merangsang tumbuhnya pasar lokal dan memperkuat rantai nilai. Mereka
adalah investor utama di bidang pertanian dan penggerak dari kehidupan
masyarakat dan jaringan solidaritas di daerah pedesaan. Namun, di banyak
daerah, potensi mereka tetap banyak yang belum dimanfaatkan. Menciptakan
lingkungan yang menguntungkan bagi pertanian keluarga merupakan investasi
dengan pengembalian yang tinggi dalam hal pembangunan ekonomi, sosial dan
lingkungan untuk daerah pedesaan dan perkotaan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar