Social Icons

Pages

Selasa, 22 Desember 2015

Peluang Pertanian dalam Hari Pangan Sedunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan



Peringatan Hari Pangan Sedunia merupakan suatu hari ketika kita diingatkan betapa pentingnya pertanian dalam menyediakan kebutuhan dasar kita yaitu pangan. Lebih penting lagi, peran penting pertanian dalam menyediakan keamanan pangan dan mata pencaharian bagi mayoritas penduduk di negara berkembang. Hal ini sebagai pengingat tentang bagaimana, sampai saat ini, petani dan masyarakat internasional masih gagal untuk mengaktifkan jutaan petani skala kecil menggunakan usahatani dan sumber daya mereka untuk mengembangkan pertanian mereka sehingga produktif, tangguh dan berkelanjutan. Pemahaman kita tentang ekologi dan sistem pertanian memungkinkan kita untuk mengusahakan pertanian berkelanjutan, tetapi hal ini tidak tercermin dalam upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian guna mengejar pendekatan tersebut. Ketidakadilan ini nampak dari kenyataan tahun  2014, bahwa Global Hunger Index menyimpulkan tingkat kelaparan tetap "mengkhawatirkan" atau "sangat mengkhawatirkan" di 16 negara, dan laporan tahunan FAO tahun 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk termiskin dan lapar tinggal di daerah pedesaan.

Tujuan besar
Meskipun hal diatas bukan berita baru, pada bulan lalu melalui Sustainable Development Goals (SDGs), masyarakat internasional mengakui kebenaran peran penting pertanian dalam memerangi kemiskinan. Tidak seperti pendahulu mereka, di mana pertanian dihilangkan pada Millenium Development Goals (MDGs), SDGs memiliki tujuan tertentu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi dan mempromosikan pertanian berkelanjutan pada tahun 2030 (Tujuan ke-2 dari SDGs). Dan, untuk mencapai itu, dirumuskan target spesifik untuk melipatgandakan produktivitas pertanian dan pendapatan petani skala kecil yang memproduksi pangan, sambil mempertahankan keragaman genetik tanaman pangan dan ternak, dan membangun sistem pangan berkelanjutan.
Dengan SDGs, masyarakat global telah menyetujui dengan baik tentang tujuan dan target pertanian. Namun, hal ini belum mencukupi karena pertanian sangat kompleks, karena perlu menyediakan sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda, ada banyak strategi untuk pertumbuhan dan intensifikasi dan ada banyak kepentingan yang dipertaruhkan. Misalnya, pada tingkat rumah tangga pertanian, yang penting adalah keamanan pangan, pendapatan, identitas dan pekerjaan. Hal ini merupakan jaring pengaman, sebagai pijakan untuk ditingkatkan. Sebagai suatu sektor pembangunan hai penting secara finansial dan ekonomi, yaitu untuk perdagangan, pengolahan produk, teknologi (input dan mesin), bahan baku industri (serat, bahan bakar, minyak), investasi dan pertumbuhan. Pertanian juga sebagai salah satu kegiatan yang paling signifikan dari aktivitas manusia yang berdampak pada lingkungan. Memperluas usaha pertanian dan polusi akan menyebabkan hilangnya hutan, lahan swah dan ekosistem pantai, yang memiliki dampak negatif pada iklim kita. Saat ini, ada ketegangan antara pangan dan pendapatan, serta konservasi sumber daya alam untuk generasi mendatang.

Peran Teknologi
Banyak peneliti, ilmuwan dan pemerintah sedang mencari IPTEK terbaru untuk mencari solusi. Revolusi hijau telah meningkatkan hasil panen tanaman pangan berlipat ganda, tetapi saat ini produktivitas tanaman pangan telah mulai melandai,  menurunnya kesuburan tanah dan degradasi lahan mengancam keberlanjutan keuntungan revolusi hijau yang telah dicapai. Meskipun dramatis, bahkan transformasional, efek dari IPTEK, kemiskinan dan kelaparan tetap ada.
Sudah jelas ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting, tetapi solusi inovatif, berkelanjutan dan mudah diakses. Untuk melakukan hal ini memerlukan penelitian, pengembangan kapasitas dan kebijakan yang memungkinkan petani untuk memmanfaatkan sebagian besar dari aset dan pengetahuan yang telah mereka miliki, dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk melengkapi dan meningkatkan usaha mereka. Agroekologi menyediakan jalur pembangunan pertanian untuk melakukan hal itu. Agar relevan dan berkembang ke depan, perlu melibatkan jutaan petani kecil, khususnya petani perempuan, masyarakat adat, keluarga petani, peternak dan nelayan, sehingga akan ada sedikit petani yang masih tertinggal.

Implementasi dan mengukur keberhasilan
Kembali ke SDGs dan tantangan dalam implementasinya, isu penting saat ini adalah memiliki indikator yang realistis untuk pemantauan dan pengukuran keberhasilan, dan yang paling penting, membimbing strategi pemerintah yang memilih untuk mempromosikan transformasi di bidang pertanian. Akan ada kecenderungan, demi mudahnya pelaksanaan, pengukuran dan pelaporan untuk menyederhanakan masalah. Misalnya, untuk mengukur hasil dan menutup kesenjangan hasil dengan menggunakan pupuk atau bibit baru. Sebagaimana telah  kita lihat dari revolusi hijau dan tekanan lingkungan dari sektor pertanian di negara-negara maju, langkah-langkah tersebut tidak menjamin akses, inovasi atau keberlanjutan. Indikator SDGs harus lebih mengukur kemampuan petani untuk beradaptasi dan mengatasi perubahan, dan kemampuan kita untuk memfokuskan kembali penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kapasitas mereka, pengetahuan dan keterampilan petani sehingga mereka dapat meningkatkan dan mengelola sumber daya alam yang mereka miliki.

Kesimpulannya, ketahanan pangan bagi jutaan penduduk miskin yang ekstrim bisa diatasi dengan teknologi agroekologi untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan petani skala kecil, daripada investasi di teknologi untuk industri pertanian.

Sumber:
Chris Henderson (2015)
http://practicalaction.org/blog/news/campaigns/world-food-day-and-the-sdgsthe-challenge-no-the-opportunity-for-agriculture-to-leave-no-one-behind/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates