Social Icons

Pages

Rabu, 02 Desember 2015

Petani Wanita memiliki kunci terhadap keamanan pangan dan menghilangkan kelaparan



Wanita adalah landasan ekonomi pedesaan, terutama di negara berkembang. Mereka memikul tanggung jawab terbesar untuk produksi pangan, memproduksi panganlebih dari setengah dari produksi pangan dunia dan meningkatkan produksi pangan sampai 80-90% di negara sub-Sahara Afrika. Namun demikian, wanita terlalu sering tidak dilibatkan dalam program konsultasi yang berdampak langsung terhadap kehidupan mereka, seperti halnya tentang keputusan terhadap kebijakan pemerintah, intervensi pembangunan atau program pendidikan. Wanita menghadapi hambatan baik ekonomi dan sosial. Di Sub-Sahara Afrika, wanita yang memiliki tanha hanya 15%. Dalam masyarakat di dunia, ada tradisi dan sikap budaya terhadap wanita yang melarang mereka untuk memiliki dan mewarisi tanah, dan plot tanah warisan yang dimiliki oleh wanita lebih kecil dan rendah kualitasnya. Diskriminasi ini sebagian dapat dikaitkan dengan kurangnya pengakuan dari peran wanita yang dapat berperan dalam produksi pangan, yang juga mengarah terhadap terbatasnya atau mungkin tidak sama sekali tentang akses ke pelatihan dalam teknologi baru atau varietas tanaman yang bisa meningkatkan produksi pangan.

Selain itu, ada perbedaan juga dalam tingkat hasil tanaman antara petani pria dan petani wanita. Rata-rata hasil tanaman yang diperoleh petani wanita umumnya 20-30% lebih rendah dibanding petani pria. Hal ini bukan disebabkan kurang terampilnya petani wanita, tetapi karena kurangnya akses  untuk memperoleh bibit, pupuk dan peralatan pertanian yang bermanfaat untuk produksi pangannya. Menurut Bettina Luescher dari WFP di Jenewa, "Jika petani wanita memiliki akses yang sama untuk kredit pertanian, tanah, benih dan menjual hasil panen mereka di pasar, kami pikir kami bisa mengangkat sekitar 100-150 juta orang dari bencana kelaparan. Bukankah itu jumlah yang menakjubkan?". "Mereka akan mampu tidak hanya menyediakan pangan untuk kebutuhan keluarganya sendiri, mereka juga dapat pangan untuk penduduk sedesanya, negaranya dan masa depan mereka. Bagaimana kita bisa tidak memberdayakan wanita tani, sehingga mereka dapat membantu diri mereka sendiri?.

Hal ini tidak berarti akan mengubah sikap budaya yang telah berurat berakar terhadap wanita dan merupakan prestasi yang mudah. Inisiatif yang bertujuan memberdayakan wanita dapat memiliki efek sebaliknya jika diperkenalkan tanpa pertimbangan norma-norma budaya. Salah satu program WFP melaporkan bahwa tantangan dalam melibatkan wanita petani di Ethiopia karena tradisi yang membatasi keterlibatan wanita dalam pertanian. Menurut laporan itu, frase "Busha budete" berarti "budaya buruk", mengacu kepada larangan terhadap wanita melakukan kegiatan di masyarakat sesuai hukum adat. Menutup kesenjangan gender sangat bisa membantu meningkatkan mata pencaharian penduduk benua Afrika yang terus bertambah,  tetapi penelitian WFP di Ethiopia menyoroti kebutuhan untuk mengakui kesulitan dalam mengubah keyakinan budaya masyarakat tentang peran perempuan dalam pertanian.

Menurut FAO, dengan mengaktifkan petani wanita di seluruh dunia untuk menjadi lebih produktif, dengan memberi mereka akses yang sama dengan petani pria terhadap sumber daya, sehingga mereka dapat meningkatkan hasil pertanian keseluruhan sebesar 2,5-4%. Keuntungan dalam produksi pertanian saja dapat menghidupi sekitar 100-150 juta penduduk yang kelaparan. Selain itu, pemberdayaan wanita juga akan membantu mengakhiri siklus kekurangan pangan dan kemiskinan dari generasi ke generasi. "Perempuan memainkan peran besar dalam tujuan dunia dengan nol kelaparan. Jika Anda memberikan makanan untuk seorang wanita, ia akan memberi makan keluarganya. Seringkali ia akan menjadi yang terakhir untuk makan. Dan ketika wanita menderita kekurangan gizi dan kelaparan, maka anak mereka juga akan kekurangan gizi dengan konsekuensi menderita seumur hidup, "kata Luescher.

Kami bekerja keras untuk menghentikan kelaparan yang sedang berlanjut ke generasi berikutnya. Menurut Leuscher, salah satu fakta yang paling mengganggunya adalah bahwa jika bayi dalam seribu hari pertama hidupnya tidak mendapatkan makanan bergizi yang baik, dia tidak akan pernah sehat, cerdas dan produktif seperti anak-anak lainnya.  Memberikan kesempatan terhadap wanita untuk menjadi lebih produktif di sektor pertanian akan memiliki efek yang membentang ke generasi berikutnya. Keluarga di mana wanita berpengaruh terhadap keputusan ekonomi akan mengalokasikan lebih banyak pendapatan mereka untuk kebutuhan makanan, gizi anak-anak, kesehatan dan pendidikan. Hasil penelitian dari Badan Amal Plan International telah menemukan bahwa hanya satu tahun tambahan pendidikan bagi wanita/gadis yang duduk di sekolah menengah dapat meningkatkan pendapatan 10-20%.  Meningkatkan kesetaraan gender melalui pertanian dapat dimulai pada generasi anak perempuan baik di Afrika maupun di seluruh dunia, yang lebih terdidik dan lebih siap untuk memberikan kontribusi ke perekonomian mereka dan terus berlanjut.

Menurut Gregory Barrow dari WFP, bahwa organisasi WFP berkomitmen untuk mencapai tujuan yaitu zero hunger (nol kelaparan) pada 2030. "Jika kita akan  mencapai hal ini, kita perlu memanfaatkan peran wanita sebagai produsen dan  penyedia pangan di perekonomian pedesaan. Wanita menjadi bagian hampir setengah dari angkatan kerja pertanian di banyak negara berkembang dan di Afrika, mereka menjadi bagian besar petani yang memproduksi sekitar 80% dari pangan di negaranya. "Jika kita ingin mencapai tujuan WFP nol kelaparan, kita perlu mengenali peran penting yang dimainkan wanita di bidang pertanian dan menyediakan mereka sumber daya yang mereka butuhkan untuk membantu WFP menurunkan jumlah orang kelaparan di seluruh dunia."

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates