Populasi penduduk
dunia yang diperkirakan mencapai 9,6 milyar orang pada tahun 2050, dunia akan
menghadapi tuntutan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap sumberdayanya
yaitu air, kenageragaman hayati dan lahan. Sebagai tambahan adalah dampak perubahan
iklim dan tantangan untuk menyediakan pangan bagi dunia dimana sekitar 870 juta
menderita kelaparan kronis. Pemerintah, LSM, akademisi dan sektor swasta terus
mencari solusi jangka panjang yang berkelanjutan terhadap masalah kerawanan
pangan dunia dan kelangkaan sumberdaya alam masa depan. Salah satu solusi yang
diusulkan oleh Jules Pretty (1990) dan
didukung oleh Panel Montpellier (Kelompok
Ahli Tingkat Tinggi Eropa dan Afrika di bidang pertanian, perdagangan,
kebijakan, dan pembangunan dunia) adalah Intensifikasi
Pertanian Berkelanjutan. Menurut
Pretty, Intesifikasi Pertanian Berkelanjutan didefinisikan sebagai memproduksi
output lebih banyak dari lahan yang sama sambil menurunkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan pada saat yang sama meningkatkan kontribusi terhadap modal alam dan pelestarian lingkungan. Modal alam
adalah tanah, udara, air, organisme hidup dan semua formasi biosfer bumi yang
memberikan kita berupa barang dan jasa penting ekosistem untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia,
serta sebagai dasar untuk semua kegiatan ekonomi manusia. Inti dari
intensifikasi pertanian berkelanjutan adalah memproduksi pangan yang lebih
banyak dengan cara yang lebih efisien. Pencapaian ketahanan pangan tidak akan
mungkin terjadi jika pangan yang diproduksi tanpa mengorbankan sumberdaya alam
seperti air dan lahan. Sebaiknya kita perlu mencari cara untuk memaksimalkan
hasil pertanian dan pelestarian lingkungan dan ekosistem dimana sektor
pertanian sangat bergantung.
Intensifikasi
berkelanjutan, pada intinya, adalah menyeimbangkan pertukaran antara keuntungan
jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang. Hal ini merupakan suatu
pergeseran pemikiran yang tidak mudah, tetapi salah satu anggota Panel
Montpellier berpendapat mungkin dapat dicapai. Sebagian besar rasa optimis
mereka berdasarkan bukti sejarah kecerdikan manusia dalam menghadapi tantangan
dan terobosan inovasi dan teknologi yang dikembangkan saat ini. Sementara itu,
banyak yang bisa dicapai dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi yang
sudah ada saat ini dan skala tantangan yang kita hadapi akan membutuhkan
inovasi. Dari laporan Panel Montpellier yang baru ditekankan pada pentingnya
inovasi untuk mendorong intensifikasi berkelanjutan di Afrika. Sebagai contoh,
sebuah studi oleh International Institute ofTropical Agriculture menemukan bahwa tingkat pengembalian dari penelitian
pertanian di sub-Sahara Afrika diperkirakan sebanyak 55%. Penelitian yang sama
juga mengurangi jumlah orang miskin sampai 2,3 juta
setiap tahunnya di wilayah tersebut dan sekitar setengah dari
dampak tersebut berasal dari penelitian pertanian internasional yang dilakukan
oleh CGIAR.
Karena intensifikasi berkelanjutan merupakan
pengurangan pertukaran dan memaksimalkan manfaat dari tujuan ekonomi,
lingkungan dan sosial, maka kita perlu merencanakan ulang sistem inovasi untuk
membantu penelitian multidisplin dan kolaboratif. Teknologi, ide-ide dan proses
harus memberikan beberapa keuntungan yaitu memperkuat ketahanan, meningkatkan
modal alam, meningkatkan produktivitas rumah tangga, mengurangi dampak
lingkungan, dan meminimalkan emisi gas rumah kaca. Hal ini merupakan pergeseran
dari pendekatan tujuan tunggal penelitian tradisional dan akan memerlukan
manfaat, kondisi dan biaya untuk dapat diidentifikasi sejak awal. Beberapa
mitra dari masyarakat dan sektor swasta perlu bekerja sama menuju visi bersama
menggunakan kombinasi pendekatan, baik itu agro-ekologi, genetik atau
sosial-ekonomi. Terakhir, sistem inovasi dapat dan harus beroperasi pada
berbagai skala, baik oleh petani sendiri, melalui pasar nasional atau kebijakan
internasional. Mengambil inovasi untuk berbagai skala harus menjadi prioritas
dan pusat dari ini adalah keterlibatan yang lebih besar dari kelompok
penelitian dan industri yang berkerja dengan petani.
Pertanian konservasi, suatu sistem usahatani berbasis
pada minimal pengolahan tanah, penutup tanah organik dan rotasi tanaman,
merupakan contoh sukses dari inovasi yang dapat memenuhi beberapa tujuan,
melibatkan banyak partner, dan sedang dikembangkan di banyak negara. Penelitian
dari 286 proyek di 57 negara berkembang menunjukkan adanya peningkatan
rata-rata hasil tanaman sampai 79%. Pertanian konservasi juga telah ditemukan
untuk membangun karbon dan kesuburan tanah, meningkatkan penyerapan karbon,
mengurangi aliran air permukaan dan kebutuhan tenaga kerja yang lebih rendah. Sistem
inovasi menjadi lebih global, lebih holistik dan lebih beragam, tetapi berhenti
dari cara-cara tradisional dalam melakukan penelitian akan memakan waktu,
tenaga, visi dan pembelajaran. Banyak pertanyaan yang perlu dijawab untuk membentuk
dasar dari agenda penelitian masa depan. Jika intensifikasi berkelanjutan akan
berhasil, kita perlu tahu: a) bagaimana mencapai keuntungan jangka pendek dan
keberlanjutan jangka panjang secara bersamaan, b) bagaimana merancang kebijakan
yang dapat mendukung sistem inovasi terintegrasi, c) bagaimana merencanakan
banyak keuntungan, d) bagaimana membangun ketahanan dari awal tanpa tambahan
hasil, dan e) bagaimana menjangkau berbagai tingkatan.
Sumber:
Sir Gordon
Conway (2013) http://www.economistinsights.com/sustainability-resources/opinion/human-innovation-feed-world
Tidak ada komentar:
Posting Komentar