Social Icons

Pages

Kamis, 05 Maret 2015

Inovasi Untuk Rumah Tangga Petani



Rumah tangga petani merupakan bagian dari solusi untuk mencapai ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan yang lestari. Ketahanan pangan dunia dan pelestarian sumberdaya alam tergantung kepada lebih dari 500 juta rumah tangga petani,  mereka menjadi tulang punggung pembangunan pertanian di banyak negara di dunia. Petani  sangat rentan terhadap risiko yaitu serangan hama penyakit, kekeringan, banjir, dan curah hujan yang tak dapat diprediksi, harga pangan yang bergejolak, serta rentan terhadap berkurangnya  produk pertanian yang diproduksi dan dikonsumsi. Dari sekitar 7000 jenis tanaman pangan yang ada di dunia, 50% kalori berasal dari tiga tanaman utama yaitu padi, jagung dan gandum. Hal ini meningkatkan kerentanan petani terhadap sistem produksi pangan (Tutwiler, A. 2013). Sebagian besar tantangan tersebut dapat diatasi melalui inovasi. Pada kenyataannya, inovasi memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani, dan pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan serta memfasilitasi transisi menuju sistem produksi pangan yang berkelanjutan. Namun, banyak negara berkembang tidak memiliki cukup kapasitas untuk berinovasi dan merealisasikan potensi inovasi pertanian pada rumah tangga petani. Sistem penelitian, penyuluhan dan lembaga pengetahuan lainnya perlu lebih kuat dan lebih baik berhubungan dengan para petani dan organisasi petani (FAO, 2015).

Disisi lain, CGIAR, FAO, GFAR dan IFAD berjanji untuk meningkatkan upaya mereka bersama guna meningkatkan kontribusi Ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi agar rumah tangga petani dapat meningkatkan produktivitas tanamannya dan kesejahteraan keluarganya, sambil melestarikan sumber daya alam disekitar mereka. Keempat lembaga internasional tersebut juga mendesak agar masyarakat internasional  mempromosikan sistem inovasi pertanian, khususnya yang sangat responsif menjawab kebutuhan rumah tangga petani. Pada tahun 2012, International Institute for Environment and Development, menyatakan bahwa banyak penelitian dengan dana publik tidak memenuhi kebutuhan prioritas petani saat ini, khususnya yang berkerja untuk petani kecil di negara-negara berpendapatan rendah sampai sedang. Sebagian besar tidak koneknya penelitian dengan kebutuhan petani karena kurangnya partisipasi wanita petani (ibu rumah tangga petani). Inovasi dan kebijakan serta pengetahuan praktis yang mendukung petani kecil merupakan hal sangat penting untuk rumah tangga petani karena produktivitas petani masih jauh dari potensi hasil sebenarnya. Kadang-kadang senjang hasil timbul karena kurangnya akses ke pupuk dan benih unggul, tetapi sering terjadi juga karena kurangnya pengetahuan petani. Padahal pengetahuan sendiri merupakan alat inovasi. Oleh karena itu, kita perlu mencari cara yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani dengan menggunakan  teknologi baru dan pendekatan baru yang dapat menjangkau seluruh sistem pangan, termasuk peningkatan produktivitas tanaman lestari, penurunan kehilangan hasil pasca panen, dan mendukung sistem pendukung dan pelayanan produksi pangan.

Rumah tangga petani sangat beragam, untuk itu inovasi harus mepertimbangkan keragaman tersebut. Strategi inovasi harus mempertimbangkan agroekologi rumah tangga petani dan kondisi sosial ekonomi mereka. Upaya pemerintah untuk mempromosikan inovasi pertanian kepada rumah tangga petani skala kecil dan skala sedang  harus dapat memasukkan kegiatan penelitian pertanian, pelayanan penyuluhan, kelembagaan pasar dan perbaikan infrastruktur. Penelitian pertanian terapan untuk tanaman pangan, ternak dan manajemen praktis usahatani harus mempertimbangkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Lingkungan kondusif untuk produsen dan organisasi pedesaan berbasis masyarakat dapat juga membantu promosi inovasi baru. Tantangan yang dihadapi pembangunan pertanian dan lingkungan kelembagaan untuk inovasi pertanian semakin kompleks, maka sistem inovasi yang efektif dan semua inisiasi harus mempertimbangkan dan mengatasi kompleksitas tersebut. Strategi inovasi harus fokus pada peningkatan produktivitas dan pendapatan bersih, serta konservasi sumberdaya alam dan tujuan lainnya. Sistem inovasi harus mempertimbangkan seluruh pemangku kepentingan. Untuk itu, harus mempertimbangkan kompleksnya kebijakan dan kondisi kelembagaan untuk pertanian dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembuatan keputusan, meskipun ada konflik kepentingan dan prioritas, sehingga perlu keterlibatan pemerintah pusat dan daerah yang tepat. Investasi publik di bidang riset dan penyuluhan sebaiknya ditingkatkan dengan menekankan pada keberlanjutan intesifikasi pertanian, meningkatkan produktivitas dan menutup kesenjangan produktivitas tenaga kerja. Riset dan pengembangan harus fokus kepada keberlanjutan intensifikasi, terus memperluas  produksi pangan yang ramah lingkungan, berkerja secara sistematis dan menggabungkan pengetahuan tradisional dan pengetahuan informal lainnya. Pelayanan penyuluhan harus fokus juga pada upaya menutup senjang hasil tanaman dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dari rumah tangga petani kecil dan sedang. Berkerjasama dengan organisasi-organisasi produsen pangan akan membantu meyakinkan bahwa riset dan pengembangan serta penyuluhan sangat responsif untuk memenuhi kebutuhan petani (Sundaram et. All., 2014). Untuk menghormati kerja keras para petani, PBB menetapkan tahun 2014 sebagai Tahun Internasional Rumah Tangga Petani (the International Year of Family Farming). 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates