Rumah tangga petani merupakan bagian dari solusi untuk
mencapai ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan yang lestari. Ketahanan
pangan dunia dan pelestarian sumberdaya alam tergantung kepada lebih dari 500
juta rumah tangga petani, mereka menjadi
tulang punggung pembangunan pertanian di banyak negara di dunia. Petani sangat rentan terhadap risiko yaitu serangan
hama penyakit, kekeringan, banjir, dan curah hujan yang tak dapat diprediksi, harga
pangan yang bergejolak, serta rentan terhadap berkurangnya produk pertanian yang diproduksi dan
dikonsumsi. Dari sekitar 7000 jenis tanaman pangan yang ada di dunia, 50%
kalori berasal dari tiga tanaman utama yaitu padi, jagung dan gandum. Hal ini meningkatkan
kerentanan petani terhadap sistem produksi pangan (Tutwiler, A. 2013). Sebagian besar tantangan tersebut dapat diatasi melalui
inovasi. Pada kenyataannya, inovasi memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan
produktivitas pertanian dan pendapatan petani, dan pada akhirnya dapat
mengurangi kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan serta memfasilitasi
transisi menuju sistem produksi pangan yang berkelanjutan. Namun, banyak negara
berkembang tidak memiliki cukup kapasitas untuk berinovasi dan merealisasikan potensi
inovasi pertanian pada rumah tangga petani. Sistem penelitian, penyuluhan dan
lembaga pengetahuan lainnya perlu lebih kuat dan lebih baik berhubungan dengan
para petani dan organisasi petani (FAO, 2015).
Disisi lain, CGIAR, FAO, GFAR dan IFAD
berjanji untuk meningkatkan upaya mereka bersama guna meningkatkan kontribusi Ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi agar rumah tangga petani dapat meningkatkan
produktivitas tanamannya dan kesejahteraan keluarganya, sambil melestarikan
sumber daya alam disekitar mereka. Keempat lembaga internasional tersebut juga
mendesak agar masyarakat internasional
mempromosikan sistem inovasi pertanian, khususnya yang sangat responsif menjawab
kebutuhan rumah tangga petani. Pada tahun 2012, International Institute for Environment and Development, menyatakan bahwa banyak
penelitian dengan dana publik tidak memenuhi kebutuhan prioritas petani saat
ini, khususnya yang berkerja untuk petani kecil di negara-negara berpendapatan
rendah sampai sedang. Sebagian besar tidak koneknya penelitian dengan kebutuhan
petani karena kurangnya partisipasi wanita petani (ibu rumah tangga petani).
Inovasi dan kebijakan serta pengetahuan praktis yang mendukung petani kecil
merupakan hal sangat penting untuk rumah tangga petani karena produktivitas
petani masih jauh dari potensi hasil sebenarnya. Kadang-kadang senjang hasil
timbul karena kurangnya akses ke pupuk dan benih unggul, tetapi sering terjadi
juga karena kurangnya pengetahuan petani. Padahal pengetahuan sendiri merupakan
alat inovasi. Oleh karena itu, kita perlu mencari cara yang dapat memenuhi
kebutuhan rumah tangga petani dengan menggunakan teknologi baru dan pendekatan baru yang dapat
menjangkau seluruh sistem pangan, termasuk peningkatan produktivitas tanaman
lestari, penurunan kehilangan hasil pasca panen, dan mendukung sistem pendukung
dan pelayanan produksi pangan.
Rumah tangga petani sangat beragam, untuk itu
inovasi harus mepertimbangkan keragaman tersebut. Strategi inovasi harus
mempertimbangkan agroekologi rumah tangga petani dan kondisi sosial ekonomi
mereka. Upaya pemerintah untuk mempromosikan inovasi pertanian kepada rumah
tangga petani skala kecil dan skala sedang
harus dapat memasukkan kegiatan penelitian pertanian, pelayanan
penyuluhan, kelembagaan pasar dan perbaikan infrastruktur. Penelitian pertanian
terapan untuk tanaman pangan, ternak dan manajemen praktis usahatani harus
mempertimbangkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Lingkungan kondusif
untuk produsen dan organisasi pedesaan berbasis masyarakat dapat juga membantu
promosi inovasi baru. Tantangan yang dihadapi pembangunan pertanian dan
lingkungan kelembagaan untuk inovasi pertanian semakin kompleks, maka sistem
inovasi yang efektif dan semua inisiasi harus mempertimbangkan dan mengatasi
kompleksitas tersebut. Strategi inovasi harus fokus pada peningkatan
produktivitas dan pendapatan bersih, serta konservasi sumberdaya alam dan
tujuan lainnya. Sistem inovasi harus mempertimbangkan seluruh pemangku
kepentingan. Untuk itu, harus mempertimbangkan kompleksnya kebijakan dan kondisi
kelembagaan untuk pertanian dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat
dalam pembuatan keputusan, meskipun ada konflik kepentingan dan prioritas,
sehingga perlu keterlibatan pemerintah pusat dan daerah yang tepat. Investasi
publik di bidang riset dan penyuluhan sebaiknya ditingkatkan dengan menekankan
pada keberlanjutan intesifikasi pertanian, meningkatkan produktivitas dan
menutup kesenjangan produktivitas tenaga kerja. Riset dan pengembangan harus
fokus kepada keberlanjutan intensifikasi, terus memperluas produksi pangan yang ramah lingkungan,
berkerja secara sistematis dan menggabungkan pengetahuan tradisional dan
pengetahuan informal lainnya. Pelayanan penyuluhan harus fokus juga pada upaya
menutup senjang hasil tanaman dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dari rumah
tangga petani kecil dan sedang. Berkerjasama dengan organisasi-organisasi
produsen pangan akan membantu meyakinkan bahwa riset dan pengembangan serta
penyuluhan sangat responsif untuk memenuhi kebutuhan petani (Sundaram et. All., 2014). Untuk menghormati kerja
keras para petani, PBB menetapkan tahun 2014 sebagai Tahun Internasional Rumah
Tangga Petani (the International Year of Family Farming).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar