Social Icons

Pages

Jumat, 03 April 2015

Bagaimana Tanaman Pangan Memberi Makan Penduduk 9 Milyar Orang?



Umumnya peningkatan produksi pangan diharapkan dari negera-negara sedang berkembang, dimana dampak perubahan iklim akan sangat berpengaruh di negar tersebut. Krisis pangan akibat cuaca dan iklim ekstrim telah meningkat sehingga mengancam kehidupan dan mata pencaharian petani. Kondisi tersebut menjadi salah topik bahasan pada Dialog CGIAR pada acara Climate Week di UN Summit pada 25 September 2014 di New York, Amerika Serikat, yang melibatkan para ilmuwan dan pembuat kebijakan yang berperan pada ilmu pertanian dalam merevolusi bagaimana kita memberi makan dunia. Salah satu sesi panel dialog tingkat tinggi adalah mencermati peran tanaman pokok dalam menjamin ketahanan pangan bagi populasi penduduk yang terus bertambah dan menetapkan prioritas penelitian tanaman yang terpenting. Peningkatan produksi tanaman pokok di beberapa negara telah mengalami pelambatan, dalam arti sudah mengalami stagnasi untuk dapat meningkat produktivitasnya. Walaupun produksi pangan dapat selalu ditingkatkan melalui perluasan lahan pertanian dengan cara membuka kawasan hutan, tetapi tantangan sebenarnya adalah meningkatkan produktivitas sebesar 30% dari kondisi saat ini tanpa melakukan deforestasi

Keberhasilan dari irigasi dan pemupukan dalam peningkatan produksi pangan telah dicapai di beberapa wilayah yang cocok dan kita harus melihat potensi keuntungannya di seluruh sistem pangan. Peningkatan produksi tanaman pokok sebesar 60-70% selama 20-30 tahun kedepan masih memungkinkan, asalkan ada investasi yang signifikan dan kontinyu melalui multi kegiatan yaitu kombinasi pemuliaan, perbaikan praktis agronomi, pengurangan resiko bagi petani, rantai nilai, kebijakan yang kondusif, penyuluhan yang lebih baik, dan pengurangan kehilangan hasil setelah panen. Tingkat adopsi teknologi baru merupakan kendala utama untuk mencapai pertumbuhan produksi tersebut.  Selama Revolusi Hijau, penggunaan varietas unggul tanaman dan irigasi telah menunjukkan hasil yang baik pada wilayah agroekologi yang cocok untuk pertanian, namun pada sistem usahatani yang kompleks belum dapat menunjukkan hasil yang baik. Sebagian besar peningkatan produktivitas selama Revolusi Hijau telah melewati sistem usahatani yang lebih kompleks dalam kondisi tingginya resiko lingkungan tumbuh seperti wilayah tropis semi kering, dimana variabilitas iklim tinggi dan kebanyakan usahatani skala kecil dilakukan di lahan tadah hujan.

Investasi Riset Berarti Produktivitas Meningkat
Investasi sektor swasta dalam bidang riset pertanian telah meningkat lebih cepat dibanding investasi pemerintah. Kondisi ini menyebabkan gagalnya pertumbuhan produktivitas pertanian, khususnya tanaman pangan, di negara-negara yang  pemerintahnya kurang berinvestasi pada sektor pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya investasi dan dedikasi yang kuat untuk meningkatkan produktivitas pada semua bagian sistem pangan guna mencapai pertumbuhan yang diinginkan khususnya di negara-negara yang gagal berinvestasi di sektor pertanian. Hal ini disebabkan banyak negara yang saat ini tidak berada pada jalur pembangunan pertanian berkelanjutan.  Dengan meningkatnya variabilitas dan ekstrimnya iklim, tidak mungkin kita tidak akan melihat dampak krisis harga pangan masa depan yang akan berdampak buruk terhadap penduduk miskin. Ketika kita ditanya inovasi apa yang dapat dimanfaatkan oleh para petani di Sub-Sahara Afrika yang masih menghadapi tantangan kondisi alam, maka sistem pemasaran dan investasi menjadi lebih diperhatikan karena dapat berdampak langsung kepada usahatani petani kecil.  Selain itu, inovasi teknologi yang ada juga siap untuk diimplementasikan dalam perbaikan air irigasi, tanah dan manajemen lahan pertanian, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menyebarkan informasi. Akan  tetapi Afrika menghadapi tantangan yang lain yaitu kerangka kebijakan yang kurang ramah dan degradasi lahan. Namun, peneliti yakin bahwa meningkatkan produksi pangan di Afrika sampai tiga kali lipat mungkin dapat tercapai.

Model Baru Untuk Riset
Dalam model linier riset untuk pengembangan, CGIAR telah berperan untuk menghasilkan teknologi dan diharapkan sistem inovasi nasional dan sektor swasta dapat memanfaatkan teknologi tersebut, serta petani dapat mengadopsinya. Dalam beberapa kasus, model ini berkerja dengan baik tetapi pada kasus lainnya tidak menunjukkan hasil yang positif terutama pada sistem yang kompleks. Saat ini, lembaga riset yang didanai pemerintah difokuskan untuk menghasilkan teknologi yang sesuai untuk petani dan berkerja bersama petani guna mengetahui kebutuhan mereka. Riset partisipatif mengakui bahwa inovasi berasal dari semua bagian sistem, dari peneliti kepada penyuluh kepada petani. Dalam sistem pertanian yang kompleks, dimana diperlukan persyaratan ilmu pengetahuan yang tinggi, riset partisipatif lebih efektif dibanding dengan pendekatan top-down untuk transfer teknologi. Prioritas riset baru diperlukan pada seluruh kebutuhan, pembelajaran dan inovasi dari petani target CGIAR, kebijakan dan kelembagaan yang diperlukan untuk mendukung petani, dan konteks sosial ekonomi yang memungkinkan adopsi teknologi baru. Riset pertanian untuk pembangunan merupakan satu bagian dari teka-teki, bagian terbesar dari investasi harus masuk ke komponen lain dari sistem inovasi seperti lembaga penunjang yang dapat mendorong adopsi teknologi baru.  Peningkatan produktivitas tanaman pokok yang kita butuhkan merupakan suatu keharusan dan akan memanfaatkan investasi yang ditargetkan pada seluruh bagian sistem pangan guna memberi makan dunia pada tahun 2050. Investasi yang besar saat ini pada teknologi untuk masa depan dapat membantu menghindari krisis pangan yang timbul karena perubahan iklim.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates