Diskusi tentang
pangan dan bahan bakar masa depan yang terus berlangsung telah mencapai
puncaknya beberapa tahun terakhir guna memenuhi kebutuhan populasi penduduk
sebesar 9 milyar orang pada tahun 2050. Tantangan untuk memberi makan populasi
penduduk yang terus berkembang dan mengatasi permintaan pangan dan daging bagi
penduduk klas menengah yang terus bertambah, merupakan tugas mulia para
peneliti pertanian di dunia. Ada beberapa faktor penting yang akan berpengaruh
pada sektor pertanian yaitu kemampuan dan kapasitas memproduksi pangan,
konservasi dan manajemen hara, dan dampak biofuel terhadap ketersediaan bahan
pakan ternak. Hasil penelitian menunjukkan adanya saling keterkaitan diantara
ketiga faktor tersebut dan menciptakan isu pertanian masa depan.
Pertumbuhan
Penduduk. Salah satu data yang
paling banyak digunakan oleh para ahli pangan dunia adalah estimasi penduduk
dunia yang akan mencapai 9 milyar orang dan harus disediakan bahan pangan untuk
mereka pada tahun 2050. Makalah peneliti
dari CAST (Council for Agricultural Science and Technology, Iowa, USA) menunjukkan
bahwa pertumbuhan penduduk dan respon pertanian bukanlah satu topik, akan
tetapi diperlukan juga estimasi kebutuhan pangan, ketersediaan lahan pertanian,
dan ketersediaan hara bagi tanaman. Selain itu, pergeseran penduduk dan
perubahan selera makan akan menambah kesulitan estimasi masa depan. Pada tahun
2050, diperkirakan konsumsi tahunan serealia dan pangan di dunia akan meningkat
masing-masing sebesar 47% dan 65% dibanding kondisi produksi saat ini. Sedangkan
konsumsi daging dan susu di dunia diperkirakan akan meningkat sampai 97%.
Sebagian besar peningkatan konsumsi tersebut akan terjadi di Cina, India, Asia
Selatan dan Asia Timur, karena meningkatnya jumlah penduduk yang kaya sehingga
memungkinkan mereka dapat membeli daging dan susu. Karena produksi harus meningkat untuk
memenuhi permintaan, maka transportasi dan distribusi pangan juga akan lebih diperhatikan.
Disisi lain, perekemonian yang miskin dan sistem pendidikan yang bermasalah
akan terus memerlukan bantuan pangan. Demikian pula halnya dengan populasi
penduduk yang kurang gizi di beberapa negara akan terus bertambah dari kondisi
saat ini yang mencapai 580 juta orang dan diperkirakan akan mencapai 1,4 milyar
pada tahun 2050.
Apakah
genetika jawabannya?. Genetika akan memainkan peran besar dalam
memperbaiki efisiensi tanaman dan mempromosikan konservasi tanah dan manajemen
hara yang efektif. Ketiga peran tersebut juga akan menjadi kunci untuk
meningkatkan hasil lebih tinggi dengan
menggunakan lahan yang sama. Tidak samanya laju pertumbuhan pasokan komoditas dan
tingkat pertumbuhan produktivitas menebabkan memicu kenaikan harga komoditas
yang juga diperburuk oleh kurangnya investasi dalam penelitian pertanian. Salah
satu korban dari kurangnya investasi riset, kemungkinan adalah tanaman transgenik
dan peraturan yang akan mengatur teknologi modern tersebut. Berdasarkan hasil studi CAST tahun 2011
menunjukkan bahwa varietas hasil rekayasa genetika pada tanaman jagung dapat
meningkatkan hasil secara signifikan dan menurunkan harga komoditas. Studi
tersebut menunjukkan bahwa jika Eropa dan Afrika mau mengadopsi teknologi
rekayasa genetik, maka akan meningkatkan ketersediaan pangan dan harga pangan
akan terjangkau oleh masyarakat umum. Untuk itu, perlu meningkatkan investasi
di bidang penelitian guna meningkatkan kapasitas untuk menyediakan pangan bagi
penduduk dan termasuk juga kebijakan regulasi yang memungkinkan implementasi
teknologi baru, khususnya produk rekayasa genetik. Namun demikian, terdapat
ketidakpastian yang terus berlanjut tentang evolusi hasil tanaman. Contoh
ketidakpastian tersebut adalah perubahan iklim yang dapat menurunkan hasil,
regulasi tanaman transgenik sebagai akibat tekanan tingginya harga pangan dan proyeksi
intensifikasi produksi pertanian.
Energi
dan biomas akan berperan juga. Transisi ke teknologi baru
saat ini di titik balik. Kenyataannya, minyak murah sudah berakhir. Harga
minyak yang lebih rendah mendorong pemulihan ekonomi, sehingga meningkatkan
permintaan minyak; pada giliran harga minyak naik akan menghentikan pemulihan perekonomian
dan muncul kembali resesi. Ini merupakan lingkaran setan. Namun demikian adanya
energi terbarukan seperti halnya biofuel selulosa dapat memberikan janji untuk
kemandirian energi di masa depan. Biofuel baru tersebut dapat dirancang untuk bahan
pakan ternak dan memulihkan serta mendaur ulang hara mineral. Selain itu, residu
tanaman dan ternak yang digunakan untuk produksi biofuel selulosa bisa dipanen
tanpa memerlukan lebih banyak lahan. Diperkirakan, setiap tahunnya minimal
tersedia 1,5 miliar ton residu di seluruh dunia. Bahan bakar generasi kedua ini
- seperti bahan bakar selulosa - jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mempengaruhi
harga pangan karena produksi bahan bakar dapat diintegrasikan dengan produksi
pakan ternak dan dapat ditingkatkan dengan panen tanaman ganda atau tanaman penutup.
Menyelesaikan debat pangan vs biofuel lebih banyak mengarah kepada pilihan
prioritas, bukan karena sumberdaya maupun hambatan teknis. Disamping itu, untuk
memulihkan ketersediaan hara bagi tanaman, seperti N, P, dan K, dapat dilakukan
dengan pembakaran residu dari produksi biofuel dan mengembalikan abunya kembali
lahan sawah.
Hara tidak akan ditinggalkan. Peneliti CAST menunjukkan bahwa hara dalam tanah (yang bertanggung jawab
untuk memberi makanan pada tanaman penutup tanah, bahan baku selulosa pakan
ternak dan tanaman biji-bijian, yang diperlukan untuk memproduksi pangan lebih
banyak dan mengkonsumsinya secara langsung) merupakan bagian kunci dari
tingginya produktivitas. Aplikasi pupuk anorganik sudah cukup untuk
mempertahankan praktek budidaya tanaman serealia saat ini. Tetapi, adanya
defisit anggaran untuk hara tanah perlu distabilkan di masa depan untuk
mendorong peningkatan produktivitas. Selanjutnya, hara tambahan yang digunakan
merupakan bagian dari bioenergi pertanaman dan dapat memperkuat ketersediaan
sumber P dan K bagi tanaman. Pada tahun 2050, penggunaan pupuk nitrogen akan
meningkat sampai 44% dari level saat ini. Oleh karena itu perlu dilakukan
pertanian presisi untuk mengurangi penggunaan nitrogen. Walaupun pertanian
presisi, tanaman transgenik dan teknologi bahan bakar selulosa memberikan
harapan untuk menyediakan pangan dan bahan bakar kepada generasi mendatang,
permintaan biofuel akan mengakibatkan tingginya penggunaan hara tanah. Oleh
karena itu, riset dan pengembangan merupakan pilihan terbaik untuk
mengintegrasikan pangan, pakan dan bahan bakar industri guna mencapai efisiensi
maksimal dan pemulihan hara tanah.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar