Social Icons

Pages

Senin, 12 Desember 2016

Sains mendasari tujuan pembangunan baru



Para Negosiator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), telah menekankan perlunya peran sains dalam menghadapi berbagai kekhawatiran bahwa tujuan-tujuan pembangunan baru diarahkan untuk mengatasi masalah pada tahun 2030. Lebih dari 150 kepala negara dan pemerintahan, serta para perwakilan tingkat tinggi, menghadiri KTT Pembangunan Berkelanjutan PBB dan dengan suara bulat menyetujui Transforming our world: 2030 Agenda for Sustainable Development. Agenda ini mencakup 17 tujuan dari SDGs (dan 169 target) – lebih dari sembilan tujuan lainnya dari Millenium Development Goals (MDGs) yang telah disepakati pada tahun 2000. Mereka mencakup isu-isu seperti melestarikan lautan, melindungi keanekaragaman hayati, memastikan akses ke energi dan "mengambil tindakan segera terhadap perubahan iklim ". Menurut Flavia Schlegel UNESCO, "agenda ini  sangat komprehensif dan benar-benar mencakup aspek-aspek yang paling penting dari kehidupan di planet ini untuk tanaman, hewan dan manusia". Adanya keragaman tujuan juga berarti bahwa "mereka semua saling terkait".

Pada konferensi PBB, Schlegel menggambarkan perhatiannya pada peran penting bahwa sains akan berperan dalam agenda pembangunan pasca-2015: "Tujuan pembangunan tentang air, energi, keanekaragaman hayati, laut dan perubahan iklim sangat bergantung pada sains, tetapi ada juga isu lintas sektoral melalui seluruh agenda -yaitu sains, teknologi dan inovasi akan benar-benar menjadi kekuatan pendorong untuk pembangunan. Romain Murenzi, Direktur Eksekutif The World Academy of Sciences, mengatakan bahwa agenda pembangunan 2030 adalah rencana komprehensif untuk pengembangan sosial ekonomi nasional dan global, namun perlu didukung dengan keuangan yang cukup. Hal ini akan membutuhkan investasi yang lebih besar dalam pendidikan di semua tingkatan, juga akan membutuhkan investasi di bidang sains, teknologi dan inovasi bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga inklusi sosial - yaitu, pemberantasan kemiskinan melalui akses ke pangan, air minum yang aman dan sanitasi. Murenzi menambahkan bahwa masyarakat dari negara berkembang dalam bidang sains  dan pembinaan kerjasama Selatan-Selatan merupakan hal penting untuk memastikan bahwa sains dari seluruh dunia sebaiknya diperhitungkan ketika melaksanakan tujuan SDGs. Beberapa negara di selatan, seperti Brasil, China, India, Afrika Selatan, Meksiko dan Turki, memiliki perkembangan ekonomi yang luar biasa dan kemajuan luar biasa dalam sains.

Beberapa peneliti dan pembuat kebijakan prihatin bahwa sejumlah besar target dan indikator dalam tujuan SDGs bisa membingungkan. Harald Schmidt, seorang akademisi kebijakan kesehatan di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, mengatakan bahwa dalam tujuan pembangunan kesehatan, misalnya, akan masuk akal bagi para pembuat kebijakan untuk memprioritaskan target yang menguntungkan kelompok termiskin. Ia menekankan perlunya panduan praktis bagi para pembuat kebijakan yang mungkin berjuang untuk memahami dan memasukkan bukti ilmiah yang relevan dan menerapkannya dalam kebijakan mereka. Langkah berikutnya dalam agenda pembangunan 2030 akan menentukan indikator untuk mengukur apakah SGDs maju atau tidak, yang diharapkan akan diterbitkan pada September 2016.

Sumber:
http://www.scidev.net/global/sdgs/news/science-underpins-new-development-goals.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates