Permintaan pangan akan
terus meningkat sampai tahun 2050 yang disebabkan 1) meningkatnya populasi
dengan tambahan penduduk sekitar 2,7 milyar orang, 2) meningkatnya pendapatan
dan 3) meningkatnya konsumsi daging. Pada abad yang lalu, produksi pangan dunia
juga terus meningkat akibat meningkatnya hasil tanaman per satuan luas yang
disebabkan pemanfaatan irigasi dan pupuk serta adanya perluasan lahan tanaman
pangan, tetapi dengan sedikit mempertimbangkan efisiensi energi pangan. Pada
dekade terakhir, hasil tanaman pangan serealia mulai melandai dan hasil
perikanan menurun. Hal ini disebabkan kecilnya investasi untuk pembangunan
pertanian yang menyebabkan peningkatan hasil tanaman mulai melandai. Disisi
lain, masih belum ada kepastian, apakah peningkatan hasil tanaman dapat dipertahankan sesuai dengan
meningkatnya permintaan pangan. Selain itu, proyeksi peningkatan produksi
sampai 50% untuk memenuhi kebutuhan penduduk tahun 2050 belum mempertimbangkan
kehilangan hasil dan lahan pertanian sebagai akibat degradasi lingkungan.
Jika tidak diimbangi
dengan cara lain, beberapa faktor akan menurunkan lahan pertanian 8-20% pada
tahun 2050, seperti degradasi lahan, urbanisasi, dan konversi lahan untuk
kegiatan non-pertanian. Selain itu, dampak perubahan iklim akan meningkat tahun
2050 dan mungkin akan menyebabkan mencairnya sebagian es di pegunungan
Himalaya, mengganggu pola curah hujan, dan mengakibatkan kekeringan di Asia. Dampak
kombinasi dari degradasi lahan, perubahan iklim, konversi lahan pertanian,
kelangkaan air irigasi, dan serangan hama penyakit akan menyebabkan hasil
tanaman diproyeksikan hanya 5-25% dari permintaan tahun 2050. Disamping itu, meningkatnya
harga minyak dunia akan menyebabkan naiknya biaya pupuk sehingga juga mempengaruhi
produksi pangan. Oleh karena itu, perlu cara baru untuk meningkatkan pasokan
makanan bagi penduduk dunia.
Berdasarkan
permasalahan diatas, ketahanan pangan dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan
pasokan melalui optimalisasi efisiensi energi pangan. Efisiensi energi pangan
merupakan kemampuan untuk meminimalkan kehilangan energi di makanan yaitu sejak
tanaman didiproduksi, didistribusikan, diolah dan disiapkan untuk konsumsi
aktual. Dengan mengoptimalkan rantai ini, pasokan pangan dapat ditingkatkan
dengan sedikit kerusakan pada lingkungan. Cara Pertama, mengembangkan
alternatif penggunaan serealia untuk pakan ternak, yaitu diganti dengan daur
ulang limbah dan limbah ikan, maka serealia tersebut dapat memenuhi permintaan
energi dari tambahan populasi 3 milyar orang serta dapat meningkatkan konsumsi
ikan sampai 50%. Cara Kedua, menurunkan efek perubahan iklim akan memperlambat
dampak, khususnya sumberdaya air di Himalaya pada tahun 2050. Selain itu, adanya
perubahan besar yang mengarah ke sistem produksi pangan berbasis lingkungan dan
mengurangi degradasi lahan pertanian akan membantu membatasi penyebaran spesies
hama penyakit, melestarikan keanekaragaman hayati dan lingkungan serta
melindungi produksi pangan pada planet ini. Secara ringkas, ada 7 opsi untuk memperbaiki ketahan
pangan, yaitu:
Opsi dengan efek jangka pendek:
- Untuk menurunkan resiko harga yang bergejolak, harus didukung regulasi harga komoditas dan pembangunan gudang stok serealia yang besar guna menyangga ketatnya pasar komoditas pangan dan resiko spekulan di pasar.
- Hal ini termasuk perbaikan infrastruktur pasar dan kelembagaan yang mengatur harga pangan dan memberikan jaring pengaman pangan yang ditujukan untuk mengurangi dampak kenaikan harga pangan dan kelangkaan pangan.
- Mendorong penghapusan subsidi. Hal ini termasuk pencabutan subsidi komoditas pertanian dan input produksi, serta adanya investasi yang mendukung sistem pangan berkelanjutan dan efisiensi energi pangan.
Opsi
dengan efek jangka menengah
- Mengurangi penggunaan biji serealia dan ikan untuk pakan ternak dan perlu mengembangkan alternatif untuk pakan ternak. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi energi pangan yang menggunakan limbah ikan dan mengembangkan teknologi baru untuk daur ulang limbah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi energi pangan 30-50% pada tingkat produksi saat ini.
- Mendukung petani untuk mengembangkan sistem diversifikasi dan pertanian ramah lingkungan yang mempertimbangkan kritisnya kondisi ekosistem (regulasi dan pasokan air irigasi, habitat liar tanaman dan hewan, keragaman genetik, pengendalian hama, dan regulasi perubahan iklim), serta kecukupan pangan untuk memenuhi kebutuhan lokal dan konsumen. Hal ini termasuk cara mengelola ekstrimnya curah hujan dan menggunakan inter-cropping guna meminimalkan input eksternal seperti pupuk, pestisida dan air irigasi serta mengembangkan teknologi hijau.
- Meningkatkan perdagangan dan akses pasar melalui perbaikan infrastruktur dan mengurangi hambatan-hambatan perdagangan. Meningkatkan akses pasar harus digabungkan dengan penurunan konflik antar negara dan korupsi, yang memiliki dampak besar pada perdangan dan ketahanan pangan.
Opsi dengan efek jangka panjang
- Meminimalkan dampak pemanasan global, termasuk promosi sistem produksi pertanian ramah iklim dan kebijakan penggunaan lahan pertanian pada skala tertentu untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
- Meningkatkan kesadaran tentang adanya tekanan peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi terhadap fungsi ekosistem yang berkelanjutan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar