Social Icons

Pages

Sabtu, 16 Juli 2016

Lemahnya keterkaitan menghambat berbagi pengetahuan di bidang pertanian



Lembaga penyuluhan pertanian merupakan bagian dari struktur administrasi pedesaan di sebagian besar negara yang bertugas membantu menyebarkan informasi dan mengembangkan proyek. Selama beberapa dekade, lembaga tersebut telah diambil perannya sebagai perantara atau agen dalam jaringan organisasi dan individu yang menciptakan dan mengelola sumber daya pertanian baru – yang dikenal dengan sebutan Sistem Inovasi Pertanian. Agen penyuluh pertanian secara rutin mengkomunikasikan pengetahuan dan inovasi baru dari para peneliti kepada petani untuk membantu meningkatkan produksi pertanian mereka. Pada intinya, mereka merupakan agen/perantara ilmu pengetahuan – bertugas untuk melakukan mediasi antara mereka yang memproduksi pengetahuan dan mereka yang membutuhkannya, dan kadang-kadang mengemas ulang atau menambah nilai pengetahuan yang ada pada topik tertentu. Akan tetapi Sistem Inovasi Pertanian menjadi lebih kompleks: proses pertanian dan tuntutan pemangku kepentingan telah berubah serta teknologi informasi menjadi lebih menonjol.  Hal ini telah membawa tantangan baru, seperti meningkatnya biaya, memperlebar jurang antara mereka yang memiliki pengetahuan baru dan mereka yang membutuhkannya.

Mengisi kesenjangan
Banyak perantara independen yang muncul - dari sektor swasta, LSM, lembaga penelitian atau petani sendiri - untuk mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut. Tetapi, meskipun ada niat baik, upaya independen mereka tidak cukup  untuk menutup celah, karena membutuhkan kemitraan dan koordinasi. Pada kenyataannya, sebagian besar dari masing-masing pekerjaan tugas perantara saling terduplikasi. Sebaliknya, mereka harus bekerja sebgai komponen terkoordinasi dari sebuah proses dengan mandat khusus masing-masing. Misalnya pelayanan sektor publik, merupakan perantara yang paling dekat dengan pengguna akhir dan harus fokus pada kekuatan tersebut untuk lebih memahami kebutuhan petani. LSM dalam koordinasi yang erat dengan sektor publik harus fokus pada penyediaan layanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut - dengan melihat jaringan yang erat dan memastikan bahwa pengetahuan layanan disediakan secara efektif. Dan sektor swasta yang berorientasi pada hasil dan kreativitas, layak untuk  fokus sebagai ujung tombak untuk membuat dan mengidentifikasi inovasi baru. Hal ini merupakan peran yang seharusnya dari perantara ilmu pengetahuan –serangkaian kegiatan yang jelas dan keterkaitan kegiatan yang dilakukan baik oleh individu atau organisasi untuk memfasilitasi penciptaan dan berbagi ilmu pengetahuan.

Satu agen/perantara saja tidak dapat berkerja
Tidak ada satupun organisasi atau individu yang secara efisien dapat melakukan semua kegiatan yang terlibat dalam perantara ilmu pengetahuan pengetahuan. Hal ini membutuhkan jejaring para ahli dan membutuhkan kemitraan yang kompleks – sesuatu hal yang dihindari oleh sektor pembangunan internasional. Karena kemitraan tersebut jarang ada, lembaga riset sering mengambil tugas untuk melakukan penyuluhan dan pendampingan tertentu dalam hibah mereka. Dalam kebanyakan kasus mereka kurang bersedia untuk bekerja sama dengan penyuluh pertanian dan lembaga-lembaga yang ada. Tapi itu bukan hanya lembaga riset saja yang telah mengambil peran tersebut. Para ahli IT, yang harus berkonsentrasi pada pengembangan inovasi ICT baru, juga sudah mulai memberikan penyuluhan kepada petani. Sebagian besar perantara tersebut telah mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan dan inovasi atau teknologi yang berpotensi guna dapat membantu mengatasi hal itu. Tapi entah apakah mereka tidak dapat mengidentifikasi mitra yang tepat untuk memanfaatkan inovasi mereka kepada petani atau mereka melihat bahwa pekerjaan penyuluhan merupakan kesempatan untuk menghasilkan pendapatan meskipun mereka memiliki sedikit atau tidak ada pengalaman sama sekali di bidang ini. Tren ini membawa konsekuensi nyata. Banyak petani terbebani dengan kuesioner harian dan percakapan, kadang-kadang untuk proyek-proyek yang duplikasi pekerjaan sebelumnya.

Siapa yang harus melakukan?
Seorang pialang saham dapat memahami pasar keuangan, seorang agen real estate tahu pasar perumahan dan seorang kader politik dapat mempengaruhi orang untuk bersandar terhadap ideologi tertentu. Tapi agen ilmu pengetahuan dalam pembangunan internasional harus ditafsirkan secara berbeda. Kompleksitas sistem dalam Sistem Inovasi Pertanian menunujukkan perbedaan tegas tentang peran individu dan lembaga. Hal ini sebaiknya tercermin bagaimana agen ilmu pengetahuan dipraktekkan yaitu melalui kemitraan, bukan agen individu, yang akan memiliki dampak yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa cara.

Pertama, bahwa donor dan investor perlu lebih strategis ketika mendukung tahap pelaksanaan proyek. Lembaga Luar Angkasa Belanda telah menginisiasi Geodata Pertanian dan Air (G4AW), yang merupakan contoh yang sangat baik bagaimana peran perantara/agen pengetahuan dapat diaplikasikan secara efektif. NSO telah menginvestasikan lebih dari 30,5 juta Euro ke dalam sistem pertanian di negara-negara yang dipilih di seluruh Afrika dan Asia. Lembaga ini telah membuat suatu persyaratan kemitraan yang saling melengkapi sehingga untuk setiap proyek, keahlian dan pengalaman yang sesuai digabungkan sepanjang perjalanan dari bentuk data ke bentuk ilmu pengetahuan untuk penyuluhan. Penyandang dana lainnya harus mengikuti contoh ini dan mengevaluasi kemitraan berdasarkan bagaimana anggota saling melengkapi satu sama lain dan bagaimana mereka berkontribusi pada proses perantara ilmu secara  keseluruhan.

Kedua, para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan di negara-negara yang meminta internasional memberikan bantuan pembangunan agar belajar berkata 'tidak' untuk proyek-proyek pengembangan independen, terisolasi, terputus dan terfragmentasi yang usahanya duplikasi (dan mungkin sampah). Jika ada kebijakan dan peraturan dengan persyaratan detail dan pedoman prinsip-prinsip untuk melaksanakan proyek, maka organisasi yang lebih sedikit akan menjangkau pengguna akhir saja. Sebaliknya, mereka akan didorong untuk bergabung dengan yang lain dan memperkuat kegiatan yang sedang berjalan. Ketiga, kompleksitas Sistem Inovasi Pertanian menunjukkan bahwa TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan manajemen ilmu pengetahuan harus diakui sebagai komponen penting dari setiap kegiatan atau proyek yang bertujuan untuk mengaplikasikan inovasi ke lahan petani. TIK dan aplikasi ponsel akan membuat keterlibatan perantara/agen pengetahuan broker dengan petani pedesaan lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah. Dan mereka menjadikan kemitraan lebih mudah untuk mengelolanya.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates