Makida Mohammed adalah seorang petani dekat wilayah
Oromia di Etiopia, di mana biji-bijian seperti gandum, barley dan tef (jenis
serealia sumber pangan di Etiopia) mendominasi pemandangan lahan pertanian.
Gandum merupakan tanaman komersial utama Muhammad. Di Etiopia, produksi gandum
oleh petani kecil seperti Mohammed mencapai lebih dari 70 persen dari total produksi
gandum dalam negeri. Pendapatan Mohammed berasal dari menjual gandum untuk
membeli pangan, pakaian dan menyekolahkan kelima anaknya. Saya bertemu Mohammed
melalui proyek bersama Cornell Alliance
for Science, sebuah organisasi yang berbasis di Cornell University di
Amerika Serikat yang bertujuan untuk meningkatkan akses ke inovasi ilmiah melalui
komunikasi yang lebih baik. Aliansi ini berkerjasama dengan SciDev.Net menyelenggarakan debat
online. Perdebatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi mengapa petani di seluruh
dunia cenderung lambat untuk mengadopsi inovasi pertanian. Sedangkan debat offline,
diadakan di World Conference
of Science Journalists di Korea Selatan, yang bertujuan mengeksplorasi
peran jurnalis dalam menyebarkan informasi tentang inovasi.
Kisah Muhammad menunjukkan
berapa besar perbedaan teknologi dapat membuat kehidupan petani, tetapi juga
bagaimana sulitnya bagi mereka untuk menerapkan inovasi. Muhammad sekarang
dianggap sebagai petani yang makmur di desanya. Tetapi hal tersebut tidak
selalu seperti itu. Ketika suaminya meninggal, norma budaya mereka mendorong Mohammed
untuk menikahi saudara suaminya. Tapi dia menolak karena dia merasa akan
kehilangan pertaniannya kepada suaminya yang baru. Sebaliknya, Mohammed memilih untuk keluar dari lahan yang
sulit, mendukung anak-anaknya yang masih muda dengan bantuan istri pertama
suaminya. Sejak mengambil alih lahan usahatani yang ia garap dengan suaminya,
Muhammad telah mampu membiayai semua anak-anaknya ke sekolah. Melalui kerja keras, Mohammed berhasil meningkatkan
produktivitas pertanian menjadi 2,6 ton/ha gandum. Tetapi hidup tetap rawan. Pada
tahun 2010, karena penyakit karat kuning, Mohammed tidak mendapatkan hasil
usahataninya. Karat, yang merupakan jamur parasit adalah kutukan bagi petani di
seluruh dunia. Infeksi penyakit ini sulit dikendalikan karena spora jamur menyebar
jarak jauh oleh angin.
Benih keberhasilan
Setelah infeksi penyakit karat yang
menghancurkan, Mohammed memutuskan untuk beralih ke berbagai varietas gandum
tahan karat yang diberikan oleh Bedada Girma, seorang ilmuwan dari Institut
Penelitian Pertanian Etiopia (EIAR). Sekarang hasilnya dapat meningkat lagi. Mohammed
adalah salah satu petani yang pertama di negaranya untuk mencari dan mengadopsi
varietas baru gandum tahan karat dari EIAR dan menerapkan praktek-praktek
pertanian yang progresif. Tapi hal itu tetap sulit baginya untuk mengubah
pendekatannya terhadap usahataninya. Ada beberapa sumber informasi tentang
praktik alternatif di daerah Mohammed, dan banyak orang di komunitasnya yang enggan
untuk menerima keputusannya. "Awalnya sesama petani menertawakan
saya," katanya. "Tapi kemudian mereka melihat keberhasilan
saya." Penduduk desa membentuk
koperasi untuk menghasilkan benih unggul sendiri dan Mohammed berperan sebagai
pelopor adopter awal teknologi. Dia sekarang memiliki ponsel yang ia gunakan
untuk memonitor harga pasar dan ketersediaan stok biji-bijian.
Negara-negara berkembang banyak memiliki pemimpin
pertanian potensial seperti Mohammed, dimana petani kecil bersedia untuk
mencoba pendekatan usahatani yang berbeda untuk meningkatkan usahatani mereka.
Namun, banyak yang menghadapi hambatan sosial ekonomi dan logistik yang membuat
mereka sulit untuk mengakses benih unggul, alat-alat pertanian dan teknologi
informasi. Dalam hal ini, perbaikan dalam komunikasi dan berbagi informasi
dapat memainkan peran penting untuk membantu mereka mengakses teknologi
pertanian dan keahlian. Petani seperti Mohammed menginspirasi tim peneliti dari
Cornell untuk membangun Alliance for Science, yang pernah dianugerahi hibah US
$ 5 juta. Tim peneliti berusaha untuk berbagi cerita dan pengalaman dari petani
secara global, dengan mengakses inovasi ilmiah yang memiliki potensi untuk
menjamin keamanan makanan mereka sendiri, memperbaiki lingkungan dan meningkatkan
kualitas hidup bagi keluarga mereka dan komunitas mereka.
Dengan bertambahnya populasi
dunia dan perubahan iklim, hal itu menjadi semakin penting untuk menemukan cara
guna mengatasi hambatan informasi, yang menghalangi adopsi inovasi pertanian.
Dalam sebuah riset di Tanzania, diperkirakan bahwa rumah tangga akan menikmati,
rata-rata 18 persen kesempatan yang lebih baik untuk mencapai ketahanan pangan
dengan menanam varietas unggul jagung. Studi
dari Senegal dan negara-negara lain di Afrika Tengah dan Afrika Barat telah
menunjukkan bahwa pengenalan dan adopsi varietas jagung baru telah memberikan
kontribusi untuk mengurangi kemiskinan sejak tahun 1970-an, ketika varietas
modern hanya lima persen dari areal jagung yang ditanam, dibandingkan dengan 60
persen pada 2005. Namun, di Ethiopia, 30 persen dari produsen gandum masih
tidak mendapatkan manfaat dari varietas gandum yang modern, hal itu disebabkan
sebagian besar petani kurang informasi dan akses ke benih. Dan bahkan
pengadopsi, seperti Mohammed, lebih lanjut bisa meningkatkan hasil panen mereka
dan keamanan rumah tangga jika mereka bisa mengakses informasi tentang praktek usahatani
yang lebih baru. Mengingat apa yang kita ketahui tentang dampak dari akses dan
adopsi teknologi pertanian modern, apa yang bisa jrunalis lakukan untuk menyebarkan
informasi dan mendidik masyarakat tentang pilihan teknologi dan implikasi dari
pilihan petani?
Menyebarkan informasi
Salah satu peran penting bagi
jurnalis adalah untuk menyampaikan informasi tentang teknologi baru dan
penyedia layanan yang dapat membantu petani untuk mengakses inovasi teknologi
pertanian. Media juga dapat menyebarkan informasi melalui pelatihan, yang
menawarkan kesempatan untuk belajar dengan melakukan. Semua hal ini
meningkatkan hubungan antara petani dan riset serta meningkatkan kemungkinan
keberhasilannya. Sistem tradisional yang telah memberikan dukungan tersebut di
negara-negara miskin, termasuk pusat-pusat pembelajaran orang dewasa, instansi
pemerintah dan pusat riset terapan, yang
umumnya kurang didanai dan kadang-kadang tidak berfungsi. Para peneliti mengeksplorasi
penyerapan inovasi telah menyarankan bahwa alat komunikasi baru - dan
komunikator non-tradisional - dapat melengkapi sumber daya yang terbatas untuk menjangkaunya.
Memastikan akses ke inovasi pertanian juga penting dalam iklim dunia yang tidak
menentu, di mana kekeringan berkepanjangan, musim hujan tertunda, badai dan
suhu ekstrem sangat mempengaruhi usahatani. Bagaimana jurnalis dapat
menyebarkan pesan tentang kemajuan teknologi yang dikembangkan agar mendapat
respon? Dan apa tentang sisi lain dari koin? Jurnalis, terutama di
negara-negara di mana akses ke media terbatas dan kebebasan berbicara dibatasi,
dapat menghambat penyebaran informasi. Jika pekerjaan mereka buruk, apakah karena
kurangnya pelatihan atau kebebasan pers yang terbatas, jurnalis dapat
menghambat aliran informasi. Apa yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah
seperti itu?. The Alliance for Science ingin membantu para
jurnalis untuk menceritakan kisah-kisah petani yang mengambil risiko seperti
Mohammed yang telah dapat melihat inovasi pertanian dapat memperbaiki
kehidupan. Diharapkan para jurnalis dapat
memanfaatkan aliansi sebagai sumber daya untuk mengidentifikasi para
peneliti yang mengembangkan teknologi baru dan para petani yang mengadopsi teknologinya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar