Social Icons

Pages

Rabu, 05 Oktober 2016

Kenaikan anggaran ilmu pengetahuan meningkatkan dampak jurnal



Sebuah riset menyatakan bahwa negara-negara berkembang dapat mengambil jalan pintas untuk meningkatkan dampak dari penelitian mereka dengan meningkatkan anggaran sains nasional.  Sebuah model yang dikembangkan oleh tim peneliti, yang telah dipublikasikan dalam jurnal ekologi, menunjukkan bahwa jumlah anggaran yang dihabiskan untuk riset di negara-negara berkembang secara langsung berkorelasi dengan jumlah publikasi dari negara-negara ini dalam jurnal terbaik. Tim peneliti menyatakan bahwa di negara-negara kaya, hasil riset di beberapa jurnal sangat berkorelasi dengan output ekonomi yang diukur dengan PDB (produk domestik bruto). Shalene Jha, seorang ahli biologi yang terlibat dalam riset tersebut mengatakan bahwa hal ini dapat memberikan keunggulan negara-negara miskin atas pesaing mereka yang lebih kaya, seperti halnya meningkatkan pengeluaran riset yang relatif lebih mudah, sementara itu merangsang pertumbuhan PDB sangat kompleks dan lambat. Ideologi utama di antara pembuat kebijakan didasarkan pada PDB, sehingga untuk mengatakan bahwa investasi dalam riset adalah kuncinya merupakan hal sangat positif.

Hasi riset yang diterbitkan di Bioscience, menganalisis keluaran lebih dari 130 jurnal ekologi terbaik untuk mengetahui kewarganegaraan dari peneliti yang mempublikasikan dalam jurnal ini atau duduk di dewan redaksi mereka. Peneliti negara berkembang menulis hanya tiga persen dari jumlah makalah dalam jurnal dan hanya dua persen yang membuat papan review akademik, hal ini menunjukkan bahwa peneliti negara-negara maju terus mendominasi bidang risetnya. Apa yang menantang dari kebijaksanaan konvensional dalam riset ini adalah pentingnya anggaran riset untuk meningkatkan output ilmiah di negara berkembang. Menurut studi tersebut, bisa jadi karena negara-negara berpenghasilan rendah memiliki sistem ilmu yang kurang berkembang, sehingga mereka jauh lebih mudah beradaptasi dan dapat memilih untuk bidang yang dananya tersedia lebih mudah daripada negara-negara kaya. Sebagai negara berkembang yang berada di garis depan menghadapi beberapa tantangan ekologi terbesar di dunia, seperti perubahan iklim, ketahanan pangan dan kehilangan biodiversitas. Para peneliti berharap studi mereka dapat diterjemahkan ke banyak dana untuk kegiatan riset ekologi dan konservasi serta lebih banyak publikasi.

Menurut Jha, meskipun makalah riset fokus pada ekologi, peningkatan investasi riset untuk setiap disiplin ilmu harus memberikan dorongan peningkatan publikasi yang sama. Tapi Milena Holmgren, ahli ekologi dari Wageningen University di Belanda, percaya bahwa penyajian investasi sebagai obat mujarab riset yang dapat menyederhanakan masalah. Pengalamannya di seluruh Amerika Latin menunjukkan bahwa beberapa negara kurang fokus pada publikasi. Akibatnya, pemula ilmuwan pemulu/yunior cenderung kurang menghargai kegiatan tersebut. Jha dan rekan-rekannya mengakui bahwa investasi saja tidak cukup untuk meningkatkan jumlah publikasi. Sebaliknya mereka mengusulkan, pimpinan riset di negara Barat dapat berbuat lebih banyak untuk menjadikan referensi dan melibatkan penulis dari negara-negara berkembang dalam pekerjaan mereka, atau berbagi hasilnya melalui akses terbuka dan jurnal bahasa non-Inggris. Peningkatan jumlah mahasiswa internasional dan melibatkan mereka dalam kolaborasi jangka panjang juga akan membantu baik negara maju maupun negara-negara berkembang untuk membangun lanskap riset yang lebih setara.

Sumber:

References
George Livingston and others Perspectives on the global disparity in ecological science (BioScience, 13 January 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates