Adanya transisi ke sistem pangan global untuk
memenuhi kebutuhan pangan manusia, mengurangi jejak karbon, menyesuaikan dengan
perubahan iklim dan menyeimbangkan dengan sumber daya planet, diperlukan
tindakan nyata dan terkoordinasi, dilaksanakan pada skala luas, secara
bersamaan dan dengan urgensi. Pada bulan Februari 2011 Komisi Pertanian
Berkelanjutan dan Perubahan Iklim mengidentifikasi poin maksimal kritis dan
tindakan kebijakan praktis yang akan dilakukan oleh para pemangku kepentingan
dan lembaga utama dalam mengejar ketahanan pangan dalam konteks perubahan
iklim. Berdasarkan pada review laporan utama penilaian terbaru, konsultasi ahli
dan pengetahuan mereka sendiri, Komisi mengusulkan tujuh area yang memerlukan aksi
kebijakan guna mencapai ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim.
Untuk masing-masing tujuh aksi kebijakan yang direkomendasikan ini, perlu
mengidentifikasi kontribusi yang relevan yang dibutuhkan dari masyarakat ilmiah.
Mengintegrasikan
keamanan pangan dan pertanian berkelanjutan ke dalam kebijakan nasional dan
global
Sebagai langkah pertama yang memasukan
pertanian dalam arus utama kebijakan perubahan iklim internasional, negosiator
harus menetapkan suatu program kerja mitigasi dan adaptasi di bidang pertanian
di bawah UNFCCC. Demikian pula, perwakilan negara-negara pada proses kebijakan
global harus mengintegrasikan keberkelanjutan, pertanian ramah lingkungan kedalam
'aksi awal' skema pembiayaan iklim. Untuk mengaktifkan dialog yang koheren dan
aksi kebijakan yang terkait dengan perubahan iklim, pertanian, respon krisis
dan ketahanan pangan, di tingkat global, regional dan nasional, pemerintah dan lembaga
donor global harus mengembangkan platform umum di tingkat global, regional dan nasional. Sistem pangan global dikelola melalui gabungan
yang kompleks antara aksi publik dan aksi sektor swasta dalam skala lokal
sampai skala global. Secara kolektif, pilihan kebijakan dalam pemerintah
nasional, badan-badan PBB, perjanjian global dan konvensi, komunitas ekonomi
regional, forum politik (misalnya, G8, G20) dan badan-badan penetapan standar
menyusun cara pangan diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi. Dasar bukti
ilmiah merupakan fondasi penting bagi kebijakan dan program publik serta untuk
sistem pasar dan tata kelola industri dan pengaruh masyarakat sipil dan
penyusunan agenda.
Kebijakan perubahan iklim global merupakan arena
penting untuk memperkuat dukungan internasional untuk program pembangunan
pertanian berkelanjutan yang beradaptasi dengan dan mitigasi terhadap perubahan
iklim. Rencana aksi perubahan iklim nasional juga dapat berguna untuk mengintegrasikan
sektor pertanian dengan cara spesifik tiap negara. Tanpa komitmen global untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dari semua sektor, termasuk pertanian, tidak
ada sejumlah adaptasi pertanian yang mencukupi di bawah iklim yang tidak stabil
pada masa akan datang. Masyarakat ilmiah dapat mendukung pembuatan kebijakan berbasis
bukti di lapang dengan mengukur kerentanan pertanian terhadap perubahan iklim
dan peramalan hasil pertanian di bawah berbagai mekanisme potensial untuk
adaptasi pertanian dan mitigasi. Dengan bekerja sama antar disiplin ilmu,
peneliti dapat mengembangkan pragmatis, pemahaman multi-disiplin tentang apa yang
dimaksud dengan mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan dalam konteks
batas-batas planet. Para ilmuwan dapat membantu untuk memobilisasi peningkatan
investasi dengan merinci bagaimana manfaat ganda dapat dicapai melalui praktik
pertanian berkelanjutan dan dengan memperjelas potensi geografis dan sektoral
untuk mitigasi gas rumah kaca.
Meningkatkan
tingkat investasi global secara signifikan dalam sistem pertanian dan pangan
berkelanjutan dalam dekade mendatang
Pemerintah donor harus melaksanakan dan
memperkuat komitmen G8 di L'Aquila untuk pertanian dan ketahanan pangan yang
berkelanjutan dan memungkinkan pendanaan cepat UNFCCC, bank pembangunan utama
dan mekanisme keuangan global lainnya untuk memprioritaskan program pertanian
berkelanjutan yang meningkatkan infrastruktur dan rehabilitasi lahan. Untuk merefleksikan
pentingnya pertanian berkelanjutan dalam pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kemiskinan dan kelestarian lingkungan jangka panjang, pemerintah harus
meningkatkan anggaran penelitian dan pembangunan nasional, membangun kapasitas
ilmiah yang terintegrasi dan mendukung direvitalisasi layanan penyuluhan,
transfer teknologi dan praktek masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan usahatani
terbaik dan akses ke inovasi. Dengan menunjukkan hasil dari praktek usahatani
alternatif di berbagai daerah, sistem usahatani dan lanskap dan menyesuaikan dengan
kondisi di mana sistem produksi pertanian lokal mengintegrasikan teknologi
inovatif atau pendekatan, peneliti dapat membantu untuk secara efektif
investasi langsung di sektor pertanian Misalnya, di wilayah Cerrado Brasil, investasi
sektor publik dalam penelitian pertanian dikombinasikan dengan inovasi produsen
telah ditunjukkan dengan keuntungan dramatis dalam produktivitas dan mata
pencaharian meskipun kesuburan tanah rendah.
Mengintensifkan
produksi pertanian yang berkelanjutan sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca
dan dampak negatif lainnya dari lingkungan pertanian Agar
lebih produktif, kehidupan dan ekosistem yang tahan lama dengan fokus pada penutupan kesenjangan hasil dan meningkatkan
gizi, maka sistem pertanian multi-manfaat harus dikembangkan dan dihargai. Hal
ini termasuk memperkenalkan strategi untuk meminimalkan degradasi ekosistem dan
merehabilitasi lingkungan yang rusak, dengan penekanan pada rancangan program
berbasis komunitas. Untuk memberdayakan produsen pangan yang terpinggirkan dan
meningkatkan produktivitas tanaman, perlu adanya perbaikan hak penggunaan tanah
dan air, akses ke pasar, keuangan dan asuransi, dan kapasitas lokal. Subsidi
yang memberikan insentif bagi petani yang menguras persediaan air atau
menghancurkan ekosistem harus diubah. Untuk mencegah kerugian lebih lanjut dari
hutan, lahan sawah dan padang rumput, insentif ekonomi untuk intensifikasi
pertanian berkelanjutan harus dibarengi dengan tata kelola yang lebih kuat dari
penguasaan lahan dan zonasi lahan. Ada berbagai variasi yang besar dalam pola
produktivitas pertanian dan penggunaan lahan di berbagai wilayah. Sebagai
contoh, hasil serealia di Asia pada tahun 2001 adalah 240% lebih tinggi
daripada hasil serealia tahun 1961 dengan perubahan minimal dalam penggunaan
lahan (yaitu, peningkatan produktivitas per luas lahan satuan), sedangkan pada
periode yang sama di sub-Sahara Afrika penggunaan lahan meningkat 80% dengan
hanya kenaikan moderat dari produktivitas serealia. Investasi strategis dapat
membuat perbedaan penting. Potensi pertanian di Afrika cukup besar dan
teknologi yang ada dapat digunakan untuk menciptakan transformasi yang
diperlukan dalam meningkatkan produktivitas.
Melalui kolaborasi internasional, regional,
nasional dan lokal, peneliti memiliki peran penting untuk mendefinisikan arti
praktis dari intensifikasi berkelanjutan dan menjelaskan bentuk sistem
usahatani rendah emisi yang mendukung produktivitas jangka panjang dan
ketahanan pangan. Ada beragam peluang untuk menyelidiki kesesuaian praktek
pertanian berkelanjutan (misalnya, rotasi diversifikasi, proses agro-ekologi,
meningkatkan penggunaan efisiensi hara dan air, agroforestry, dan pengolahan
tanah minimum) di berbagai daerah dan sistem pertanian. Untuk meningkatkan
produktivitas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca, diperlukan koordinasi
global yang lebih besar pada penelitian dan implementasinya. Beberapa daerah
yang menjanjikan termasuk perbaikan varietas dan masukan untuk tanaman, ternak
dan organisme air, diversifikasi sistem pertanian (misalnya, agroforestry),
pengelolaan tanah untuk menyerap karbon serta penggunaan sumber daya yang
efisien untuk produksi tanaman. Untuk mempromosikan kepercayaan publik dan
menginformasikan perdebatan tentang kemajuan teknologi yang baru, para ilmuwan
harus menjadi mahir mengartikulasikan manfaat dan bahaya teknologi baru dengan
cara yang terbuka dan transparan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar