Social Icons

Pages

Minggu, 14 Agustus 2016

Penduduk di lahan kritis tertinggal dari pertumbuhan ekonomi



Riset menunjukkan bahwa para petani yang tinggal di lahan terdegradasi di banyak negara berkembang tidak dapat memanfaatkan pertumbuhan ekonomi. Sebuah paper yang diterbitkan dalam PLOS One (www.plos.org) menyatakan bahwa kemampuan ekspansi ekonomi untuk mengurangi kemiskinan secara keseluruhan turun secara signifikan di banyak negara antara tahun 2000 sampai 2010 sebagai akibat meningkatnya lahan pertanian yang mengalami degradasi. Para peneliti memperkirakan bahwa jumlah orang yang hidup di lahan kritis tumbuh 12,4 persen selama satu dekade ini, jumlahnya saat ini sekitar 1,5 miliar orang - di antaranya 1,4 miliar hidup di negara berkembang. Daerah ini merupakan kantong-kantong kemiskinan. Penduduk daerah ini tidak memiliki uang atau aset untuk berinvestasi dalam meningkatkan kesuburan tanah mereka, sehingga masalah terus berlanjut.

Untuk studi mereka, para peneliti membandingkan data satelit pada produktivitas lahan pertanian dengan distribusi penduduk pedesaan, pertumbuhan pendapatan dan tingkat kemiskinan di 83 negara-negara berkembang. Pada paper tersebut dijelaskan bahwa hidup di lahan terdegradasi membatasi panen dan keuntungan bagi keluarga petani, meniadakan manfaat yang dibawa oleh pertumbuhan ekonomi secara umum, seperti halnya akses pasar yang lebih baik dan investasi dalam praktek pertanian modern. Tim peneliti tidak mengkaji mengapa semakin banyak orang bekerja di lahan pertanian yang terdegradasi. Tetapi diduga bahwa lahan pertanian yang terbaik semakin didominasi oleh pertanian komersial skala besar, hal ini mendorong petani  miskin beralih ke lahan yang murah dan berkualitas rendah.

Seorang peneliti dari IFPRI memperingatkan bahwa degradasi lahan juga mempengaruhi negara-negara berpenghasilan tinggi, di mana meningkatnya penggunaan pupuk untuk menyembunyikan masalah. Dampak degradasi lahan jauh lebih parah pada penduduk yang tidak memiliki sumber daya untuk menutupinya. Tetapi hal itu adalah masalah global, bukan hanya masalah negara berkembang.

Rusaknya lahan pertanian dapat diselamatkan melalui langkah-langkah seperti perbaikan kesuburan tanah, penanaman beragam tanaman (diversifikasi tanaman) dan irigasi yang lebih baik. Paper ini juga menyatakan bahwa jika lebih banyak penduduk yang mengusahakan lahan pertanian yang telah diperbaiki, akan memperbesar kemampuan suatu negara untuk mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi. Misalnya, studi kasus dari Economics of Land Degradation Initiative yang mendanai riset ini, menunjukkan bahwa rotasi lahan penggembalaan akan memulihkan lahan yang terdegradasi dan meningkatkan pendapatan para penggembala di Yordania. Tetapi di daerah di mana lahan yang terdegradasi belum ada upaya perbaikan, mungkin masuk akal untuk mendorong para petani untuk mencari peluang di tempat lain.

Sumber:        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates