Social Icons

Pages

Minggu, 10 Mei 2015

10 Hal Tentang Sistem Pangan Global



Tersedia cukup pangan bagi semua orang.  Hal yang paling penting untuk mengetahui tentang sistem pangan global adalah sesuatu yang tidak kita sadari yaitu tersedianya cukup pangan untuk hidup sehat dan bergizi bagi semua orang di planet bumi. Bahkan PBB menyatakan bahwa saat ini tersedia sekitar 2.800 Kkal per orang per hari, namun sistem pangan global tidak merata atau adil. Ada sekitar 842 juta orang yang menderita kelaparan, sementara ada sekitar 1,5 milyar orang yang kelebihan berat badan atau obesitas di planet ini.

Gejolak harga pangan. Harga pangan bergerak liar. Pada tahun 2008, Indeks Harga Pangan FAO hampir dua kali lipat dalam kurun waktu kurang setahun sebelum tahun 2009. Harga pangan kemudian melonjak lagi tahun 2010 dan 2011. Meskipun ada gejolak harga, pasokan pangan tetap stabil selama periode tahun tersebut.  Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan tidak ditentukan oleh kemampuan kita untuk memproduksi pangan di tingkat global.

Sepertiga dari makanan terbuang. Sekitar sepertiga dari pangan dunia terbuang sebelum dikonsumsi. Di negara maju sebagian besar limbah makanan terjadi pada konsumen akhir, ketika makanan membusuk di toko kelontong atau di lemari es. Sedangkan di negara sedang berkembang, sebagian besar pangan terbuang di sektor produksi karena fasilitas penyimpanan dan pengolahan tidak efisien.

Pangan untuk bahan bakar. Tidak semua pangan yang dihasilkan dari lahan pertanian di planet bumi ini digunakan sebagai makanan. Misalnya, sekitar 40% dari jagung yang ditanam di Amerika Serikat digunakan untuk bahan baku biofuel generasi pertama, seperti etanol. Namun, pengolahan bioetanol hanya menggunakan kadar gula dari jagung. Hal ini munculnya produk sampingan yang kaya protein yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Meningkatnya pembelian tanah. Lanskap pemilik sistem pangan kita telah berubah. Sejak 2008, lebih dari 56 juta hektar lahan (seluas negara Perancis) di negara berkembang telah dibeli oleh perusahaan-perusahaan internasional. Beberapa pihak percaya bahwa ini merupakan investasi langsung dari negara asing yang bermanfaat bagi daerah pedesaan di Afrika. Sedangkan pihak lain khawatir bahwa perusahaan internasional yang mengeksploitasi tanah dan tenaga kerja di Afrika tersebut akan membuat negara-negara kaya semakin bertambah kaya.

Kontrol korporasi. Sejumlah kecil korporasi mengendalikan sebagian besar perdagangan pangan dunia yaitu empat perusahaan yang memproduksi lebih dari 58% benih di dunia, empat perusahaan global yang menguasai R&D genetika unggas sampai 97%, dan empat perusahaan lagi memproduksi 60% pestisida pertanian yang digunakan petani.

Dampak kebijakan pertanian. Ketika kita semua tahu bahwa banyak orang yang mengkonsumsi junk food, susu dan daging lebih banyak, kita tidak menyadari bahwa salah satu penyebab meningkatnya masalah ini adalah kebijakan pemerintah AS di bidang pertanian. Pada awal 1970-an, AS mulai membayar petani jagung untuk memproduksi jagung, akibatnya terjadi over produksi. Antara tahun 1995 sampai 2012 subsidi jagung di AS mencapai lebih dari $ 84 milyar. Kelebihan produksi tersebut dimanfaatkan para petani sebagai pakan sapi, babi dan ayam. Hal ini mendorong turunnya harga produk jagung tersebut dan menciptakan kondisi untuk produksi ternak secara intensif. Saat ini juga telah ditemukan bahwa gula pada jagung dapat diproses menjadi sirup fruktosa jagung yang dimanfaatkan untuk memproduksi junk food.

Dampak lingkungan. Cara kita memproduksi pangan telah mempengaruhi lingkungan kita. Usaha pertanian di planet bumi ini menyebabkan terjadinya 75%  deforestasi di seluruh dunia, dan merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca non-CO2. Kita juga kehilangan sumber pangan laut. Pada tahun 2010, 53% usaha perikanan dieksploitasi penuh, 28% over eksploitasi, 3% dihabiskan dan 1% pemulihan dari deplesi.

Beradaptasi dengan perubahan iklim. Walaupun mungkin saat ini ada cukup makanan untuk semua orang di planet bumi, hal ini belum tentu terjadi di masa depan. Karya ilmiah baru-baru ini menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen sebesar 2% per dekade selama 100 tahun ke depan. Pengurangan ini tidak akan sama di mana-mana. Daerah-daerah termiskin di dunia diperkirakan akan memperoleh dampak terburuk. Apakah pengurangan hasil tanaman ini terjadi, bagaimanapun tergantung dari kemampuan para petani beradaptasi dengan perubahan kondisi iklim dengan teknologi yang mereka gunakan.

Meningkatnya permintaan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa petani di dunia harus menghasilkan 50% lebih banyak pangan pada tahun 2050 dalam rangka memenuhi pertumbuhan populasi global. Hal ini harus dilakukan karena adanya kenaikan harga energi dan perubahan iklim yang menyebabkan pangan harus diupayakan dengan kerja keras dan biaya yang mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates