Tersedia cukup pangan bagi semua orang. Hal yang paling
penting untuk mengetahui tentang sistem pangan global adalah sesuatu yang tidak
kita sadari yaitu tersedianya cukup pangan untuk hidup sehat dan bergizi bagi
semua orang di planet bumi. Bahkan PBB menyatakan bahwa saat ini tersedia
sekitar 2.800 Kkal per orang per hari, namun sistem pangan global tidak merata
atau adil. Ada sekitar 842 juta orang yang menderita kelaparan, sementara ada
sekitar 1,5 milyar orang yang kelebihan berat badan atau obesitas di planet
ini.
Gejolak harga pangan.
Harga pangan bergerak liar. Pada tahun 2008, Indeks Harga Pangan FAO hampir dua
kali lipat dalam kurun waktu kurang setahun sebelum tahun 2009. Harga pangan
kemudian melonjak lagi tahun 2010 dan 2011. Meskipun ada gejolak harga, pasokan
pangan tetap stabil selama periode tahun tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan tidak
ditentukan oleh kemampuan kita untuk memproduksi pangan di tingkat global.
Sepertiga
dari makanan terbuang. Sekitar sepertiga dari pangan dunia terbuang sebelum
dikonsumsi. Di negara maju sebagian besar limbah makanan terjadi pada konsumen
akhir, ketika makanan membusuk di toko kelontong atau di lemari es. Sedangkan
di negara sedang berkembang, sebagian besar pangan terbuang di sektor produksi
karena fasilitas penyimpanan dan pengolahan tidak efisien.
Pangan untuk
bahan bakar. Tidak semua pangan yang dihasilkan dari lahan
pertanian di planet bumi ini digunakan sebagai makanan. Misalnya, sekitar 40%
dari jagung yang ditanam di Amerika Serikat digunakan untuk bahan baku biofuel
generasi pertama, seperti etanol. Namun, pengolahan bioetanol hanya menggunakan
kadar gula dari jagung. Hal ini munculnya produk sampingan yang kaya protein
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Meningkatnya
pembelian tanah. Lanskap pemilik sistem pangan kita telah berubah.
Sejak 2008, lebih dari 56 juta hektar lahan (seluas negara Perancis) di negara
berkembang telah dibeli oleh perusahaan-perusahaan internasional. Beberapa pihak
percaya bahwa ini merupakan investasi langsung dari negara asing yang bermanfaat
bagi daerah pedesaan di Afrika. Sedangkan pihak lain khawatir bahwa perusahaan internasional
yang mengeksploitasi tanah dan tenaga kerja di Afrika tersebut akan membuat negara-negara
kaya semakin bertambah kaya.
Kontrol korporasi. Sejumlah
kecil korporasi mengendalikan sebagian besar perdagangan pangan dunia yaitu
empat perusahaan yang memproduksi lebih dari 58% benih di dunia, empat
perusahaan global yang menguasai R&D genetika unggas sampai 97%, dan empat perusahaan
lagi memproduksi 60% pestisida pertanian yang digunakan petani.
Dampak
kebijakan pertanian. Ketika kita semua tahu bahwa banyak orang yang mengkonsumsi
junk food, susu dan daging lebih banyak, kita tidak menyadari bahwa salah satu
penyebab meningkatnya masalah ini adalah kebijakan pemerintah AS di bidang
pertanian. Pada awal 1970-an, AS mulai membayar petani jagung untuk memproduksi
jagung, akibatnya terjadi over produksi. Antara tahun 1995 sampai 2012 subsidi
jagung di AS mencapai lebih dari $ 84 milyar. Kelebihan produksi tersebut
dimanfaatkan para petani sebagai pakan sapi, babi dan ayam. Hal ini mendorong
turunnya harga produk jagung tersebut dan menciptakan kondisi untuk produksi
ternak secara intensif. Saat ini juga telah ditemukan bahwa gula pada jagung
dapat diproses menjadi sirup fruktosa jagung yang dimanfaatkan untuk
memproduksi junk food.
Dampak
lingkungan. Cara kita memproduksi pangan telah mempengaruhi lingkungan kita. Usaha pertanian
di planet bumi ini menyebabkan terjadinya 75%
deforestasi di seluruh dunia, dan merupakan penyumbang terbesar emisi
gas rumah kaca non-CO2. Kita juga kehilangan sumber pangan laut. Pada tahun
2010, 53% usaha perikanan dieksploitasi penuh, 28% over eksploitasi, 3% dihabiskan
dan 1% pemulihan dari deplesi.
Beradaptasi dengan perubahan iklim. Walaupun mungkin saat ini ada cukup makanan untuk semua
orang di planet bumi, hal ini belum tentu terjadi di masa depan. Karya ilmiah
baru-baru ini menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen
sebesar 2% per dekade selama 100 tahun ke depan. Pengurangan ini tidak akan
sama di mana-mana. Daerah-daerah termiskin di dunia diperkirakan akan
memperoleh dampak terburuk. Apakah pengurangan hasil tanaman ini terjadi, bagaimanapun
tergantung dari kemampuan para petani beradaptasi dengan perubahan kondisi
iklim dengan teknologi yang mereka gunakan.
Meningkatnya permintaan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa petani di dunia harus
menghasilkan 50% lebih banyak pangan pada tahun 2050 dalam rangka memenuhi
pertumbuhan populasi global. Hal ini harus dilakukan karena adanya kenaikan
harga energi dan perubahan iklim yang menyebabkan pangan harus diupayakan
dengan kerja keras dan biaya yang mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar