FAO memperkirakan bahwa untuk memenuhi tantangan tahun 2050, dibutuhkan investasi sebesar $ 9,2 trilyun selama 44 tahun kedepan atau sekitar $ 210 milyar per tahunnya untuk mengembangkan pertanian negara berkembang, yang berasal dari sektor swasta dan publik. Dari jumlah tersebut, kurang dari separonya yang digunakan untuk pertanian primer dan sisanya digunakan untuk pengolahan pangan, transportasi, penyimpanan dan kegiatan hilir lainnya yang berkaitan dengan pangan. Sebagai prioritas, perlu dilakukan upaya untuk menutup kesenjangan produksi panen di negara-negara maju dengan negara berkembang yaitu sekitar 40% untuk gandum, 75% untuk beras dan 30-200% untuk jagung. Seluruh upaya tersebut harus menggunakan sumberdaya yang lebih kecil dan zat-zat yang kurang berbahaya bagi lingkungan. Tantangan tersebut sangat sulit, apalagi ditambah upaya untuk mengatasi masalah terbuangnya makanan sebesar 1,3 milyar ton per tahunnya atau sekitar sepertiga dari seluruh pangan yang diproduksi untuk konsumsi manusia. Menurut laporan terbaru oleh UNEP dan World Resources Institute (WRI), 1/3 makanan dari total produksi dunia yang hilang atau terbuang dalam sistem produksi dan konsumsi pangan bernilai sekitar US $ 1 triliun. Ketika angka ini dikonversi menjadi kalori menunjukkan bahwa 1 dari 4 kalori yang diharapkan dikonsumi tidak pernah benar-benar dimakan. Dalam situasi dunia yang masih banyak penduduk kelaparan, harga pangan bergejolak dan kerusuhan sosial, angka statistik ini tidak hanya mengejutkan tetapi juga sangat konyol secara lingkungan, moral dan ekonomi. Untungnya, hal ini merupakan wilayah dimana teknologi dapat memainkan peran yang kuat serta mendorong adanya manfaat bagi ekonomi, manusia dan lingkungan. Berdasarkan study McKinsey, taksiran peluang produktivitas sumber daya antara sekarang s/d 2030 menunjukkan bahwa mengurangi limbah makanan dapat mengembalikan $ 252 milyar di tabungan pemerintah.
Sebelum pergi menegur
anak-anak anda untuk tidak membuang sayuran mereka, perlu diingat bahwa limbah
makanan hanya sebagian dari kehilangan pangan secara keseluruhan. Limbah makanan terkait
dengan perilaku konsumen dan pengecer, sedangkan kehilangan pangan merupakan tingkat
berkurangnya pangan dari seluruh
produksi, panen, pasca panen dan tahap pengolahan pada rantai pasokan. Para ahli pertanian dunia memperkirakan bahwa sekitar 1/3 sampai setengah dari produksi
pangan dunia hilang selama proses panen di lahan sawah sampai ke piring rumah
tangga penduduk dunia. Hasil penelitian
laboratorium akan sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan dengan
menyediakan pangan lebih banyak dan berkualitas bagi pertumbuhan populasi
penduduk dunia. Tempat pertama untuk
mencari solusi mengatasi limbah makanan adalah lahan sawah. Kualitas makanan berada
di titik tertinggi ada di lahan pertanian dan kita hanya dapat mempertahankan
apa yang kita peroleh dari tanaman tersebut. Kita tidak dapat membuatnya lebih
baik. Oleh karena itu, kedepan perlu adanya kerjasama riset antara ahli pangan
dengan ahli agronomi dan ahli hortikultura, tidak seperti saat ini yang hanya
berkerjasama dengan para ahli gizi saja dan ahli psikologi. Sebagai contoh, ahli pangan akan melakukan
riset bersama dengan pemulia tanaman padi dan gandum untuk mengembangkan varietas
unggul baru dengan kandungan nutrisi yang tinggi seperti yang diinginkan para konsumen.
Mengurangi kehilangan
hasil waktu panen merupakan komponen penting lainnya untuk mengurangi kehilangan
pangan. Banyak negara di dunia yang mampu memproduksi pangan cukup tinggi,
tetapi banyak yang hilang selama proses panen sampai prosesing dan distribusi
kepada para konsumennya. Kerugian akibat
kehilangan hasil disebabkan penanganan pasca panen yang kurang tepat, kurang
teknologi panen, kurang memadainya fasilitas penyimpanan, kurangnya metode
pengolahan pangan, dan kendala
transportasi. Selain itu, produsen
pangan di beberapa negara belum memiliki kemampuan yang memadai untuk
menyediakan makanan kepada konsumen dalam bentuk yang mudah dikonsumsi. Sebagai
contoh, wanita penjual tomat di pasar di Afrika hanya mampu menjual separo dari
jumlah yang dipasarkan selama seminggu, sedangkan sisanya dibiarkan membusuk
karena tidak laku. Untuk itu, perlu adanya teknologi pangan yang dapat
mempertahankan masa simpan tomat sehingga tetap segar dan laku dijual. Beberapa teknologi pengolahan pangan seperti
pengeringan sederhana tenaga surya, penggaraman, proses pateurisasi dan
sterilisasi, dan teknik pengemasan yang baik akan dapat mempertahankan kualitas
dan masa simpan makanan.
Disamping itu, distribusi
pangan juga dapat membantu mengurangi limbah makanan pada seluruh pasokan
rantai makanan. Tren kembali ke basic yang
terjadi saat ini yaitu bahan pangan diawali dari pasar petani, lahan pertanian
lokal pedesaan, masyarakat pedesaan, dan penunjang usahatani, akan terus
berlangsung. Tetapi mayoritas populasi penduduk harus diberi makan melalui
sistem yang lebih kompleks. Terjadinya
perubahan global seperti bertambahnya populasi penduduk dan perluasan kota dan
kota besar tidak dapat ditangani distribusi pangannya oleh pasar petani kecil
pedesaan. Suatu kota di masa depan akan dihuni sekitar 20 sampai 50 juta
penduduk dan akan mengalami kesulitan mendapatkan pangan di pasar petani. Untuk
itu, perlu efisiensi distribusi pangan yaitu dengan menyediakan bahan pangan di
rumah seperti halnya restoran dan didistribusikan kepada para konsumen. Adanya
perbaikan teknologi diharapkan dapat membantu individu konsumen dalam
mengantisipasi kebutuhan pangan di rumah tangganya. Pada masa akan datang
dengan bantuan peralatan telpon pintar, peralatan rumah tangga yang canggih dan
sistem peralatan canggih lainnya diharapkan dapat dilakukan pekerjaan yang
lebih baik. Lemari penyimpanan di rumah tangga, kulkas, kompor, microwave akan
diintegrasikan kedalam sistem pangan dan jaringannya dengan para distributor,
melalui sitem pengkodean agar dapat terkoneksi dengan paket dan item lainnya.
Secara eksternal, sistem distribusi akan melacak dan mengkomunikasikan pola
konsumsi, jenis dan tingkatannya, kebutuhan memasak dan preferensi konsumen.
Jika suatu distributor tidak memliki daging jenis tertentu, maka anda dapat
memperoleh jenis lainnya, sehingga akan mengarah ke minimalisasi limbah pangan
dan mengoptimalkan apa yang akan dikonsumsi masayarakat.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar