Sejak peradaban dimulai,
pangan dan pertanian telah menceritakan sebuah kisah dari masyarakat kita,
nilai-nilai kita, dan hubungan kita dengan bumi. Hari ini, kita menyaksikan dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya
sebagai akibat dari pangan yang
dipandang sebagai komoditas. Sebaliknya,
sistem pangan lokal yang menghargai kelestarian dan keseimbangan memiliki potensi untuk menghubungkan kita kembali dengan satu
sama lain dan tanah. Hal ini pada gilirannya membantu mengalihkan fokus kita untuk memahami pangan
sebagai bagian integral dari masyarakat dan kehidupan keluarga. Mari kita mulai di sini untuk membawa masa depan yang lebih sehat.
Selasa, 26 Mei 2015
Kamis, 21 Mei 2015
10 Hal Tentang Pertanian Berkelanjutan
Kita seharusnya tidak “menerima” perubahan iklim. Hanya karena perubahan iklim sudah terjadi dan dampaknya
sudah kita rasakan, maka seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk
mengupayakan pengurangan emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca di sektor pertanian
memberikan kontribusi sekitar 25% dari emisi gas rumah kaca global, tetapi ada
banyak jalan yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi ini. Richard Waite, peneliti
dari Food, Forests and Water Program, World Resources Institute (WRI) menjelaskan
bahwa "Dengan cara mengintensifkan usaha pertanian pada lahan yang ada dan
melindungi hutan yang tersisa, kita dapat menghilangkan emisi dari perubahan
penggunaan lahan. Dan dengan cara mengatasi emisi utama dari
produksi pertanian - dari sapi dan ruminansia lainnya, dari pupuk, dan dari
usaha produksi beras, kita dapat mengurangi emisi dari usaha produksi pertanian".
Minggu, 17 Mei 2015
8 Perbedaan Pangan Organik dan Pangan Berkelanjutan
Pangan berkelanjutan dan pangan organik suatu
hal yang berbeda. Pada dasarnya konsumen untuk memutuskan membeli pangan
organik atau pangan konvensional tergantung pada perbedaan harga, residu pestisida,
kandungan nutrisi dan dampaknya terhadap pelestarian lingkungan. Namun dari
peraturan yang ada pada USDA Certified Organic Food Label, tidak tercantum
aturan ketat yang mengharuskan petani organik atau produksi pangan organik berjalan mengikuti praktek pelestarian
lingkungan. Sebagai anggota industri organik, penting untuk bersikap realistik
terhadap batasan sertifikasi organik. Anda harus dapat memisahkan fakta pangan
organik dari fakta pangan berkelanjutan, sehingga anda dapat memasarkan pangan
organik secara jujur dan dengan sukses mengedukasi konsumen pangan organik.
Beberapa perbedaan utama antara pangan berkelanjutan dengan pangan organik
bersertifikat adalah sebagai berikut:
Selasa, 12 Mei 2015
Teknologi Meminimalkan Limbah Makanan Di Dunia
FAO memperkirakan bahwa untuk memenuhi tantangan tahun 2050, dibutuhkan investasi sebesar $ 9,2 trilyun selama 44 tahun kedepan atau sekitar $ 210 milyar per tahunnya untuk mengembangkan pertanian negara berkembang, yang berasal dari sektor swasta dan publik. Dari jumlah tersebut, kurang dari separonya yang digunakan untuk pertanian primer dan sisanya digunakan untuk pengolahan pangan, transportasi, penyimpanan dan kegiatan hilir lainnya yang berkaitan dengan pangan. Sebagai prioritas, perlu dilakukan upaya untuk menutup kesenjangan produksi panen di negara-negara maju dengan negara berkembang yaitu sekitar 40% untuk gandum, 75% untuk beras dan 30-200% untuk jagung. Seluruh upaya tersebut harus menggunakan sumberdaya yang lebih kecil dan zat-zat yang kurang berbahaya bagi lingkungan. Tantangan tersebut sangat sulit, apalagi ditambah upaya untuk mengatasi masalah terbuangnya makanan sebesar 1,3 milyar ton per tahunnya atau sekitar sepertiga dari seluruh pangan yang diproduksi untuk konsumsi manusia. Menurut laporan terbaru oleh UNEP dan World Resources Institute (WRI), 1/3 makanan dari total produksi dunia yang hilang atau terbuang dalam sistem produksi dan konsumsi pangan bernilai sekitar US $ 1 triliun. Ketika angka ini dikonversi menjadi kalori menunjukkan bahwa 1 dari 4 kalori yang diharapkan dikonsumi tidak pernah benar-benar dimakan. Dalam situasi dunia yang masih banyak penduduk kelaparan, harga pangan bergejolak dan kerusuhan sosial, angka statistik ini tidak hanya mengejutkan tetapi juga sangat konyol secara lingkungan, moral dan ekonomi. Untungnya, hal ini merupakan wilayah dimana teknologi dapat memainkan peran yang kuat serta mendorong adanya manfaat bagi ekonomi, manusia dan lingkungan. Berdasarkan study McKinsey, taksiran peluang produktivitas sumber daya antara sekarang s/d 2030 menunjukkan bahwa mengurangi limbah makanan dapat mengembalikan $ 252 milyar di tabungan pemerintah.
Minggu, 10 Mei 2015
10 Hal Tentang Sistem Pangan Global
Tersedia cukup pangan bagi semua orang. Hal yang paling
penting untuk mengetahui tentang sistem pangan global adalah sesuatu yang tidak
kita sadari yaitu tersedianya cukup pangan untuk hidup sehat dan bergizi bagi
semua orang di planet bumi. Bahkan PBB menyatakan bahwa saat ini tersedia
sekitar 2.800 Kkal per orang per hari, namun sistem pangan global tidak merata
atau adil. Ada sekitar 842 juta orang yang menderita kelaparan, sementara ada
sekitar 1,5 milyar orang yang kelebihan berat badan atau obesitas di planet
ini.
Gejolak harga pangan.
Harga pangan bergerak liar. Pada tahun 2008, Indeks Harga Pangan FAO hampir dua
kali lipat dalam kurun waktu kurang setahun sebelum tahun 2009. Harga pangan
kemudian melonjak lagi tahun 2010 dan 2011. Meskipun ada gejolak harga, pasokan
pangan tetap stabil selama periode tahun tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan tidak
ditentukan oleh kemampuan kita untuk memproduksi pangan di tingkat global.
Selasa, 05 Mei 2015
Masalah Permintaan Mengganggu Pasokan Pangan Global
Ada narasi penting perihal
sistem pangan dunia yang menjadi topik diskusi di ruang kuliah, ruang rapat,
dan kantor pemerintah di seluruh dunia. Hal ini logis dan terjadi dimana-mana.
Masalahnya, isi cerita tersebut berdasarkan asumsi yang kurang tepat. Anda
mungkin juga pernah membaca atau mendengar cerita tersebut, yang intinya berisi
seperti ini: “Populasi penduduk dunia akan tumbuh hingga 9 milyar orang pada
pertengahan abad ini dan menuntut permintaan pasokan pangan yang besar di planet
bumi ini. Untuk memenuhi permintaan
yang terus berkembang ini, kita perlu memproduksi pangan hampir dua kali lebih
banyak pada tahun 2050 dibanding produksi pangan saat ini. Ini berarti kita
harus menggunakan tanaman rekayasa genetika dan teknologi canggih lainnya untuk
menghasilkan tambahan produksi pangan tersebut”. Biar fair, sebetulnya ada kebenaran
dari pernyataan tersebut, akan tetapi pernyataan tersebut tidak lengkap atau kurang
sempurna. Selain itu, pernyataan tersebut
memberikan visi yang menyimpang dari sistem pangan dunia, akibatnya ada potensi
buruk dalam pemilihan kebijakan dan investasi. Untuk membuat kebijakan yang
tepat, kita perlu menelisik cerita tersebut pada relnya.
Jumat, 01 Mei 2015
Apakah Kedaulatan Pangan Menambah Lapar Penduduk Miskin dan Menghukum Planet Bumi?
Globalisasi bukan hanya soal
pakaian dan ponsel. Pengiriman jarak jauh seluruh komoditas pangan dunia juga telah
meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir. Lassaletta et al. (2014) memperkirakan bahwa sepertiga dari semua protein (proksi
untuk potensi gizi dari bahan makanan)
yang diproduksi secara global didistribusikan melalui perdagangan internasional. Suatu penelitian baru-baru ini di Perancis menunjukkan bahwa total volume pertukaran komersial komoditas
pangan jarak jauh, sebagian besar berasal dari tempat yang jauh, mencapai lebih dari dua kali produksi pertanian nasional (Le NoƩ et al.). Namun, nilai positif
dari pasokan makanan global sedang banyak dipertanyakan. Di negara-negara industri, gerakan warga telah
muncul, kadang-kadang didukung oleh
otoritas publik setempat,
berusaha untuk mempromosikan pasokan
makanan lokal. Gerakan ini bertujuan untuk merebut kembali kontrol nutrisi, menciptakan
kembali hubungan sosial yang sering
dihancurkan oleh adanya distribusi masal,
dan mengembangkan ekonomi lokal. Negara-negara berkembang juga berusaha untuk memperkuat pasokan makanan lokal mereka dan memulihkan kembali kedaulatan pangannya yang
hilang karena adanya kebijakan pasar
terbuka. Pada kedua komunitas
tersebut dan pada tingkat nasional,
tujuan melokalisir pasokan makanan telah menjadi fokus sosial dan politik
yang penting.
Langganan:
Postingan (Atom)